Doa Qunut

1455 Kata
"Syauqi, aku udah hapal ini doa qunutnya, kamu dengerin aku dulu!" "Syauqi tunggu, ih!" Bella tiada hentinya mengejar langkah kaki Syauqi menuju kelas jurusan suaminya yang berada di gedung A lantai 2. Bibirnya terus mencebik sebal melihat Syauqi hanya fokus pada buku ditangannya. "Syauqi, dengerin aku du-" "Stop Bella!" Syauqi menghentikan langkahnya dan menatap tajam pada istrinya, yang tidak henti mengoceh sejak tadi malam! "Lo jangan ke kelas gu-" "Aku kamu Syauqi bukan lo gue lagi!" dengan cepat Bella memotong ucapan Syauqi, saat mendengar kata lo gue yang keluar dari mulut suaminya. Syauqi memejamkan matanya sejenak, berusaha tidak berkata dengan nada tinggi, ia bersyukur pagi ini koridor jurusannya sepi jadi tidak ada yang melihatnya bersama Bella. "Kamu jangan ke kelas aku, nanti kita bisa ketahuan, Bella!" ulang Syauqi dengan emosi tertahan seraya merubah kata lo gue menjadi aku kamu sesuai dengan permintaan Bella ketika gadis itu berhasil menghafal surah al-fatihah dan al-ikhlas. Bella menatap Syauqi disampingnya dengan senyuman manis miliknya. "Please kali ini aja ya, janji deh kali ini gak minta apa-apa lagi," kata Bella dengan lembut, tidak seperti biasa yang selalu ngegas. "Ke kelas gu-" "Aku Syauqi, bukan gue!" seru Bella cepat saat suaminya menggunakan kata gue lagi. "Ke kelas aku sekarang!" ulang Syauqi dengan datar membuat Bella tersenyum sumringah, meski ia tahu bahwa suaminya sedang kesal setengah mampus dengannya. Dan Bella tidak peduli pada suaminya yang kesal serta wajah dingin Syauqi! Syauqi sangat bersyukur pagi ini koridor jurusannya benar-benar sepi bahkan kelasnya pun belum ada yang datang. Ia tidak terlalu mempedulikan karena Syauqi sengaja datang lebih pagi untuk memeriksa makalah kerja kelompoknya. "Yaudah cepet baca!" kata Syauqi terdengar marah saat bokongnya sudah mendarat di kursi belakang seraya menghempas ranselnya di meja. Bella tersenyum lagi, senyuman Bella hari ini terlalu banyak menurut Syauqi. Mungkin gadis itu sudah gila. Tangan Bella menarik kursi yang berjarak jauh dari Syauqi, lalu meletakkannya tepat disebelah Syauqi. "Dengerin ya." "Iya!" Bella mengambil napas, sambil mengingat doa qunut yang ia hapal pada jam 2 pagi demi bisa mencium Syauqi dengan lagi dan lagi. Gadis itu sungguh m***m! Tangan Bella terangkat menengadah layaknya orang yang sedang berdoa. "Bismillahirrahmanirrahim, Allahummah dini fi man hadait, wa 'afini fiman 'afait, wa tawallani fi man tawallait, wa barik li fi ma a'thait, wa qini syarra ma qadhait, fa innaka taqdhi wa la yuqdha 'alaik, wa innahu la yazillu man wa lait, wa la ya'izzu man 'adait, tabarakta rabbana wa ta'alait, fa lakal hamdu a'la ma qadhait, wa astagfiruka wa atubu ilaik, wa shallallahu 'ala sayyidina muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallam." Bella tersenyum sumringah saat bacaannya lancar bak air yang mengalir di sungai. Sementara Syauqi hanya mendengar seksama sambil memeriksa makalah ditangannya. "Gimana? Aku udah hapalkan?" tanya Bella semangat. Syauqi yang mendengar itu hanya mengangguk paham. Dan ia tahu bahwa Bella itu cepat dalam menghafal terbukti dengan Bella yang bisa menghafal beberapa surah pendek dalam waktu kurang dari 15 menit. Bella mendengus kesal, melihatnya suaminya yang fokus pada buku tebal, lalu berpindah pada makalah ditangannya seakan mengecek apakah makalahnya sudah betul dengan menjadikan buku tersebut sebagai referensi. "Aku keluar dulu!" kata Bella pasrah, ia merasa tidak dianggap keberadaannya padahal ia sudah duduk tepat disebelah Syauqi. Baru saja Bella berdiri sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Membuat Bella menoleh pada pergelangan lalu beralih pada Syauqi yang tengah menutup buku dan makalahnya dengan satu tangan. Senyuman Bella mengembang dan kembali duduk disebelah Syauqi. Setelah selesai laki-laki itu langsung menoleh pada Bella. "Bacaan kamu bagus, dan hapalin lagi yang belum dihapal biar sholat kamu sah," kata Syauqi tenang. Ia tidak ingin membuat Bella marah lalu gadis itu susah di bimbing. "Siap kapten!" seru Bella antusias sembari memberi hormat pada Syauqi dengan senyuman termanisnya. Sudut bibir Syauqi terangkat, melihat gemas pada Bella. Gadis itu bisa berubah-ubah. Kadang berbicara tinggi, kadang manja, kadang m***m dan kadang terlihat seperti anak kecil, seperti sekarang ini. "15 menit lagi dosennya masuk, kamu keluar ya." "Siap kapten!" Entah kenapa hati Bella seperti berbunga-bunga sekarang ini saat menyadari bahwa dirinya dan Syauqi seperti dua orang yang saling mencintai. Bella mencium sopan punggung tangan suaminya. Lalu menatap binar pada Syauqi, seolah menunjukkan rasa terimakasih yang besar karena telah sabar membimbingnya. "Ini belum," telunjuk Bella mengarah pada keningnya. Tanda bahwa Syauqi harus mencium keningnya. Tanpa ragu Syauqi menarik lembut tengkuk Bella lalu mendaratkan kecupan singkat di kening Bella. "Belajar yang rajin." kata Syauqi dan Bella mengangguk semangat. Syauqi menahan napas saat Bella mendekatkan wajah dengan wajahnya. Bibir Bella menempel pada pipi kirinya dan cukup lama, bukan kecupan! "ASTAGFIRULLAH! APA YANG KALIAN LAKUIN?" Suara keras dan memekakkan telinga itu langsung membuat Bella menjauhkan wajahnya. Sementara Syauqi menoleh pada sumber suara dan mendapati Galang di ambang pintu kelas. Tidak ada yang di lakukan Syauqi selain mengambil ranselnya lalu memasukkan kepalanya di dalam. Syauqi yakin Galang pasti akan meminta penjelasan. Dan untuk itu Syauqi bersikap seperti orang bodoh saja. Benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana temannya tahu tentang dirinya dan Bella. Bella masih setia duduk disebelah Syauqi, ia terkekeh geli melihat tingkah suaminya. Detik berikutnya tangan Syauqi bergerak seolah menyuruh Bella untuk segera pergi. Dan tak lama Bella benar-benar pergi tanpa mengatakan apapun.      Galang menatap curiga pada Bella, saat gadis itu melintas dihadapannya. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya, saat melihat seorang Putri kampus yang diminati banyak orang kini sedang bersama dengan temannya. Bahkan matanya melihat dengan jelas bagaimana Bella mencium pipi Syauqi. Dan Galang tahu betul jika Syauqi dan Bella tidak pernah bertegur sapa di kampus sebelumnya. Setelah memastikan Bella pergi, Galang langsung menuju Syauqi yang masih menyembunyikan kepalanya di dalam ransel. "Bisa di jelaskan, Qi?" *** Bella masih saja ingin tertawa melihat wajah bodoh suaminya dibalik ransel dimana kepala Syauqi berada. Ia yakin jika Galang akan meminta penjelasan yang detail dari Syauqi. Mata Bella mulai menyapu sekelilingnya. Orang-orang sudah mulai berdatangan. Dan Bella patut bersyukur tidak ada yang melihat dirinya bersama Syauqi selain Galang. Bruk! Bella meringis saat bahunya disenggol sengaja oleh seseorang. Mata Bella langsung tertuju pada seseorang yang telah sengaja bermain dengannya. "Sialan!" Bella mengumpat sambil berdecak saat melihat sekumpulan remahan micin alias musuhnya. "Kamu gapapa, Bell?" tanya seorang gadis yang tidak lain adalah Maira. Bella langsung menepis kasar tangan Maira saat Maira hendak menyentuhnya. Matanya hanya tertuju pada Dela yang telah sengaja mencari gara-gara dengannya. "Sorry gue gak sengaja, lagian mata lo kemana-mana!" kata Dela santai dan itu membuat Bella emosi. Dela benar-benar cari masalah dengannya. "Lo cari masalah ya sama gue!" hardik Bella dengan sorotan mata tajam yang menghunus mata Dela. "Gue gak-" "Dela, udah." sela Maira cepat. Ia tidak ingin ada perdebatan lagi antara teman-temannya dan Bella. "Lo ngapain ke jurusan kita? Jurusan lo gak disini!" sambar Resa angkuh dengan tangan yang bersedekap d**a. "Up to me!" Bella tak kalah angkuh dengan wajah terangkat, menatap sengit pada sekumpulan remahan micinnya. "Oh jangan-jangan lo lagi cari cowok ya buat temenin lo di club! Ups!" Perkataan Dela benar-benar membuat emosi Bella naik, amarahnya memuncak. Apalagi saat melihat Resa dan Fitri tertawa meremehkan padanya. "Damn mouth!" Bella berbicara itu tepat di depan wajah Dela. Sementara Dela tersenyum sinis, entah apa yang membuat Dela begitu membencinya. "Tapi sayangnya mulut Dela benerkan?" tambah Resa tak kalah menyakitkan menurut Bella. "Dela, Resa udah! Gak baik kalian bicara gitu sama Bella!" sergah Maira, ia sudah cukup pusing melihat temannya yang suka sekali mencari gara-gara dengan Bella. "Mai, buat apa sih lo mau baikin dia? Inget kalo dia ini pernah jahatin lo, Mai!" tegas Resa, terdengar jengah melihat Maira yang selalu bersikap baik pada siapapun, termasuk Bella. "Sesama manusia itu gak boleh punya dendam," kata Maira lagi. "Gak usah sok ceramah deh lo! Ini kampus bukan masjid!" tukas Bella. "Jangan gitu, Bell,!" seru Fitri. Maira menghela napas, sambil tersenyum menatap teman-temannya. "Aku minta maaf ya Bella, kalo aku pernah salah sama kamu." Maira berkata dengan lembut dan tenang. "Buat apa sih, Mai minta maaf sama cewek kayak dia!" Bella diam, sambil menatap dengan sinis wajah Maira dan Dela. "Kalian semua iri sama gue?" tanya Bella santai. "Iri dari hongkong! Kita itu gak suka sama Putri kampus yang kerjaannya ke club mulu!" ucap Dela. "Oh ya? Yakin itu alasannya? Bukan karena gue selalu di atas kalian?" "Percuma lo di atas kalo lo gak ada apa-apanya di banding Maira. Dia lebih punya akhlak daripada lo!" Bella tertawa pelan, seperti mengejek. "Terserah kalian mau bilang apa! Yang jelas gue selalu di atas kalian!" "Songongnya minta ampun!" sambar Resa. Kini mata Bella mengarah pada Maira di depannya. "Dan suatu saat nanti, hati temen lo ini akan gue hancurin!" sarkas Bella tajam menusuk. "Dasar b***h lo Bella!" teriak Dela. "Kita yang akan hancurin lo kalo sampe lo berbuat jahat sama Maira!" Bella tertawa lagi sambil bersedekap d**a. "I don't care!"  setelah itu Bella beranjak dari sana dengan meninggalkan sejuta kekesalan pada sekumpulan musuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN