Syauqi berdiri di depan Alaska, Senja dan Rasyid. Disampingnya ada Bella dengan jaket merahnya. Seperti biasa, rambut yang digulung satu ke atas. Sementara Syauqi setelannya seperti Ayahnya dulu, kemeja dengan kancing yang terbuka dan lengan yang digulung sampai siku.
"Ma, Pa, kita pulang dulu," ucap Syauqi lembut, dengan mencium kening Senja sekilas, lalu beralih mencium punggung tangan Senja kemudian Alaska. Dan Bella melakukan hal yang sama seperti Syauqi.
Keadaan yang canggung untuk Bella membuat ia seperti orang bisu.
"Kak Bella!"
Suara itu langsung mengalihkan fokus Bella, tak hanya Bella namun semuanya. Ia melihat ada Akilla yang berlari keluar rumah dan berdiri tepat didepannya dengan sebuah paper bag ditangan Akilla.
"Nih buat kakak, hadiah dari Akilla karena kakak mau jadi istri kak Syauqi." ujar Akilla riang sambil menyerahkan paper bag pada Bella.
Bella menerimanya, lalu tersenyum manis pada adik Syauqi yang sangat mirip dengan Senja, bahkan gadis kecil seperti Akilla sudah bisa menggunakan hijab, berbeda dengan dirinya.
"Thankyou cantik," sahut Bella seraya mengelus puncak kepala Akilla dengan sayang.
"Sama-sama kak."
Syauqi dan yang lainnya yang melihat kedekatan Bella dan Akilla, tersenyum haru. Dan sepertinya Akilla sangat menyukai Bella.
"Sering-sering ke Bandung ya kak," lanjut Akilla menatap pada Bella lalu pada Syauqi. Keduanya mengangguk bersamaan.
"Hati-hati ya," kata Senja pada keduanya.
"Iya Ma,"
"Jangan ngebut bawa mobilnya kak!" itu suara Rasyid, raut wajahnya terlihat sedih saat ditinggal lagi oleh kakak sulungnya.
"Oke. Belajar yang rajin jangan ngelukis mulu!" jawab Syauqi saat teringat akan hobi dan bakat adiknya itu. Ia sendiri tidak tahu darimana darah seni yang ada ditubuh Rasyid, mengingat jika Senja dan Alaska bukan orang seni.
"Kamu juga Killa belajar yang rajin, bulan depan kakak tagih storan hapalan kamu!" kata Syauqi beralih pada Akilla, gadis itu mengangguk antusias.
Alaska yang sedari tadi diam, hanya tersenyum lebar saat Syauqi bisa menjadi kakak terbaik untuk adik-adiknya. Dan Alaska juga yakin akan menjadikan Syauqi sebagai penerus perusahaannya, mengingat jika Rasyid mempunyai keahlian yang berbeda.
Setelah selesai berpamitan kepada keluarganya, Syauqi lekas berjalan menuju mobil Bella. Gerald tidak ikut pulang bersama Bella dan Syauqi, karena pria pekerja itu sudah kembali ke Amerika tadi malam.
"Daaa..." lambai Bella dari dalam mobil bersamaan dengan Syauqi yang membunyikan klakson.
Helaan napas panjang keluar dari mulut Bella, ia segera menyandarkan kepalanya dikursi saat mobil sudah berjalan menuju Jakarta bersama Syauqi yang fokus menyetir.
***
Akhirnya mobil Syauqi memasuki wilayah Jakarta. Mobil merah itu bergabung bersama pengendara lain yang kali ini jalanan tampak kurang akan macet.
Mata Syauqi melirik sekilas ke arah Bella yang sedang asik dengan ponsel dan earphonenya dikedua telinga. Gelengan kepala Bella menandakan bahwa gadis itu menikmati alunan musik yang mengalun di pendengarannya.
Roda mobil berbelok disebuah toko buku yang sering Syauqi kunjungi untuk sekedar membeli buku untuk dijadikan perpustakaan mini di kamarnya.
Bella yang sadar akan mobil tidak lagi berjalan dengan lekas melihat keluar, lalu keningnya berkerut sambil melepas earphone di telinganya.
"Kita ngapain ke toko buku?" tanya Bella pada Syauqi disampingnya.
Laki-laki itu tidak menjawab, ia hanya sibuk melepaskan seatbelt. Hingga mata Syauqi mengalih pada Bella.
"Mau ikut atau tunggu di sini?" kini Syauqi yang berbalik bertanya membuat Bella mendengus kesal.
"Gak. Mau!" tekan Bella dengan wajah maju ke depan.
"Oke!"
Setelahnya Syauqi turun, meninggalkan Bella sendiri di dalam mobil. Kaki laki-laki itu mengayun menuju pintu utama toko.
Bella hanya melihat dari balik kaca mobil, menatap punggung Syauqi yang menghilang dibalik pintu. Helaan napas keluar dari mulut Bella ketika ia merasa bosan sendirian di dalam mobil, hingga Bella memutus untuk menyusul Syauqi saja. Barangkali Bella teringin membeli buku.
Namun baru saja Bella ingin masuk, suara mengejek masuk di pendengarannya.
"Putri kampus so bad!"
Bella yang tadinya memegang ganggang pintu, langsung berbalik badan menatap orang yang telah menjeleknya.
"What the hell?"
Senyuman sinis tercetak jelas di bibir Bella, matanya menjelajah menatap empat orang perempuan yang berdiri di depannya. Dua orang perempuan tidak menggunakan hijab dan dua orang lagi menggunakan hijab yang terlihat syar'i.
"It hurts my eyes to see you guys!" sarkas Bella dengan angkuh. "Terutama temen lo itu! Sok suci!" lanjutnya lagi dengan ekor mata yang melirik pada salah satu perempuan berwajah oval dan putih serta hijab hitam yang melekat dikepala.
Salah satu diantaranya, tersenyum kecut melihat Bella.
"Temen gue ini jauh lebih baik daripada lo! Emangnya lo suci, hah? Udah berapa banyak tuh cowok di club yang cobain tubuh lo?"
Mendengar itu darah Bella mendadak mendidih. Ia tidak terima dituduh seperti itu. Walaupun ia sering ke club bukan berarti Bella menjadi perempuan murahan yang mudah menyerahkan diri. Ia sudah berjanji jika tubuhnya hanya di beri pada suaminya dan itu Syauqi!
"Mulut lo perlu gue bakar ya!" ucap Bella, matanya menyiratkan betapa sakit hatinya saat dituduh tanpa bukti.
"Dan gue rasa lo udah gak perawan lagi!"
PLAK
Satu tamparan mendarat mulus dipipi gadis yang bernama Dela. Wajahnya memanas menatap Bella yang berani menamparnya.
"b***h lo Bella!" teriak Resa yang berdiri disamping Dela.
"Oh ya?"
Bukannya marah Bella menyeringai jahat saat Dela memandangnya dengan tatapan membunuh.
"Udah-udah!" kata gadis dengan hijab biru mudanya sambil memegang lengan Dela.
Untung di depan toko buku itu tidak ramai jadi tidak mengundang perhatian orang lain.
"Lo gak pantes buat jadi Putri kampus! Kelakuan lo kayak sampah!" sambar Resa dengan emosi yang hendak meledak jika saja lengannya tidak ditarik oleh gadis berhijab hitam.
Bella menatap remeh pada Resa, dengan memutar bola matanya jengah. Begini jika ia bertemu dengan empat orang musuhnya.
"Terus siapa yang cocok buat gantiin gue?" tanyanya, lalu telujuk Bella terangkat dan mengarah pada gadis berhijab hitam tersebut. "Your friend is holy??"
"Asal lo tau, Maira jauh lebih baik dari lo!" tukas Dela tidak terima jika sahabatnya direndahkan.
"Tapi sayangnya gue di atas kalian!" tandas Bella.
"Bell, udah. Kenapa kamu gak suka sama aku?" akhirnya pertanyaan keluar dari mulut Maira, dengan tatapan sendu. "Kamu bilang sama aku, gak baik kita semua berantem kayak gini." lanjut Maira dengan suara ketenangan yang mengalir.
"Gak usah sok baik lo!" ketus Bella.
"Udahlah Mai, percuma orang kayak dia dibaikin!" tambah Dela.
"Gue juga gak butuh buat di baikin sama kalian!" setelah ucapan itu lolos, Bella segera melangkahkan kakinya menuju mobil, moodnya benar-benar rusak.
"Dasar bicth!" umpat Dela tajam. Dan kembali melanjutkan langkah kaki mereka untuk masuk ke toko buku.
Mata Bella kian memicing saat melihat segerombolan anak-anak kecil yang Bella kenal. Moodnya kembali terbit saat melihat mereka, dan dengan segera Bella berjalan menuju perempatan dimana mereka berada.
***
"Mai ada Syauqi!" bisik Fitri tepat disebelah Maira, saat matanya menemukan Syauqi yang berada di rak buku sebelah.
Maira langsung mengalihkan tatapan dari buku menuju Fitri. Senyuman Maira perlahan terlihat saat mendengar nama Syauqi.
"Itu orangnya!" tunjuk Dela yang juga melihat Syauqi.
Dan benar, mata Maira menemukan Syauqi yang memegang beberapa tumpukan buku ditangan laki-laki itu.
"Samperin, Mai!" seru Resa riang saat melihat rona bahagia dari wajah Maira.
Maira mengangguk pelan, perasaan damai dan tenang menyerang dadanya kala berdekatan dengan Syauqi.
"Assalamualaikum," sapa Maira saat tubuhnya berdiri disebelah Syauqi.
"Eh Maira, waalaikumsalam," balas Syauqi seraya menutup buku yang ia baca.
"Cari buku apa?"
"Biasa, buku untuk referensi."
Maira mengangguk paham, matanya menatap ke rak buku.
"Lo cari buku apa?" kali ini Syauqi bertanya. Hati Syauqi terenyuh kala mengingat impiannya untuk menikah dengan perempuan seperti Maira musnah begitu saja.
"Buku referensi juga kok," balas Maira dengan senyuman yang tak pernah pudar dari wajahnya.
Syauqi mengangguk. "Kalo gitu gue duluan ya," pamit Syauqi.
"Iya Qi, hati-hati."
Syauqi membalasnya dengan seutas senyuman tipis dan segera berjalan menuju kasir untuk membayar semua buku yang ia pilih.
"Ciee ketemu calon imam nih," goda Dela dan yang lainnya. Ketiga sahabatnya itu tersenyum bahagia saat melihat rona merah dipipi Maira.
"Is kalian!" gerutu Maira. Sejujurnya dia bahagia bisa bertemu dengan Syauqi teman kecilnya yang kini sudah berubah menjadi lelaki sholeh.
"Gue yakin Syauqi bakal jadi imam lo, Mai." ucap Resa.
"Amin, semoga tu cowok gak bikin lo patah hati, Mai!" seru Fitri tak kalah semangat.
"Amin."
***
Syauqi membuka pintu mobilnya, dan saat itu pula ia tidak mendapati Bella di dalam. Syauqi meletakkan barangnya di kursi belakang, dan kembali menutup pintu. Matanya menyapu bersih pemandangan sekitarnya. Namun, keberadaan Bella tetap tidak ditemukan oleh Syauqi.
Kakinya berjalan mendekati salah satu satpam di toko buku. Barangkali satpam tersebut mengetahui di mana Bella.
"Assalamualaikum,Pak," sapa Syauqi sopan.
"Waalaikumsalam,"
"Pak, mau tanya, liat perempuan yang keluar dari mobil merah itu, pak?" tanya Syauqi.
Satpam dengan nama Ujang di name tagnya itu memandang ke arah mobil Syauqi. Lalu, kembali menatap Syauqi.
"Neng geulis itu ya mas, yang rambutnya rada kecoklatan sama wajahnya kayak bule itu?" Pak Ujang kembali bertanya memastikan.
"Iya Pak. Bapak lihat dia?"
"Neng geulis nya tadi berantem sama temen perempuannya terus dia pergi ke arah perempatan depan mas," ujar Pak Ujang.
Kening Syauqi saling bertautan saat mendengar bahwa Bella bertengkar dengan teman perempuan.
"Makasih ya, Pak." Syauqi membungkuk, tanda memberi hormat dan terimakasih pada Pak Ujang.
"Iya mas."
Tidak menunggu lama, Syauqi berlari menuju perempatan jalan depan. Bukan karena ia khawatir pada Bella, melainkan ia sudah berjanji untuk mejaga Bella dalam keadaan apapun. Ia tidak ingin menjadi laki-laki pengecut.
Syauqi terus berlari, membuat kemeja hitamnya ikut terbawa angin bersama larinya. Hingga perlahan kaki Syauqi berhenti berlari saat matanya menemukan Bella dilampu merah yang menyala, gadis itu berdiri disebuah mobil dengan gitar kecil ditangannya, topi hitam yang menutup kepala dan tiga orang anak kecil berdiri disisi kanan dan kiri Bella.
Pemandangan apa yang Syauqi lihat? Sampai-sampai Syauqi merasakan sesuatu hebat dihatinya. Kekagumannya terhadap Bella.
Lihat awan disana
Berarak mengikutiku
Pasti dia pun tahu
Ingin aku lewati lembah hidup yang tidak indah
Namun, harus kujalani
Berdua denganmu pasti lebih baik, aku yakin itu
Bila sendiri hati bagai langit
Berselidung kabur
Judul lagu : Berdua Lebih Baik - Acha Septriasa
Suara gadis itu menggema diperempatan lampu merah tersebut. Semuanya menatap pada Bella, tatapan kagum ditujukan untuk Bella mereka terpesona dengan wajah cantiknya dan suara merdu milik Bella.
Saat lagu selesai, Bella segera melepas topinya dan orang-orang datang menuju Bella memberi uang dengan nilai besar di topi tersebut. Bahkan dari mereka rela turun dari mobil dan motor lalu berlari menuju Bella. Tak tanggung-tanggung mereka memuji kecantikan yang Bella miliki dan suara indahnya.
"Thankyou," kata Bella akhirnya dan segera melangkah menuju sisi trotoar jalan saat lampu hijau sudah menyala. Bersama dengan tiga anak kecil yang ia gandeng.
Diwaktu bersamaan ada Syauqi yang melihat jelas apa yang Bella lakukan. Istrinya itu mengamen saat hidupnya berkecukupan. Bahkan Bella rela terpapar sinar matahari, membiarkan dirinya bergabung bersama anak-anak kecil yang lusuh dan tanpa malu Bella menjadi pusat perhatian diperempatan saat ia menyanyi.
Syauqi juga dapat melihat Bella menghitung uang yang didapat lalu menyerahkan semua uang itu pada segerombolan anak jalanan. Tatapan bahagia terpancar diwajah anak-anak itu. Syauqi benar-benar kagum atas perbuatan baik Bella dan hatinya benar-benar terasa tersentuh. Ini pertama kalinya ia melihat gadis seperti Bella ingin bergabung bersama orang-orang rendah tak berpunya. Sisi baik Bella yang satu itu jarang dimiliki oleh orang-orang.
Syauqi takjub untuk pertama kalinya.
Tidak mau ketahuan bahwa dirinya sedang memperhatikan Bella. Syauqi kembali berlari menuju parkiran mobil karena ia yakin Bella pasti akan kembali.
Dan benar saja, saat Syauqi masuk di dalam mobil saat itu pula Syauqi bisa melihat Bella tengah berlari menuju mobil.
Senyuman Syauqi terbit saat ia kembali membayangkan Bella diperempatan jalan tadi. Istrinya mempunyai sisi baik yang berbeda dari yang lain.