Hany dan Reza sudah berada di depan rumah Elina. Mereka langsung masuk ke dalam untuk mengetuk pintu karena pagarnya tidak di kunci. Hany yakin Irsyad masih ada di dalam. Reza mengetuk pintu itu dengan keras. Tapi tidak ada jawaban. Mungkin Misel pura-pura tidak ada dirumah. Reza menengok ke arah CCTV yan tepat berada di atas kepalanya.
“MISEL BUKA PINTUNYA! GUE MAU NGOMONG SESUATU” ucapnya sambil melotot kearah CCTV walaupun suaranya tidak akan terdengar oleh Misel.
“GUE TAHU LU ADA DI DALAM!”
Hany tidak menghentikan Reza, cara ini sudah paling tepat menurutnya. Pasti Misel sedang ketakutan dan tidak berani menghadapi ini semua.
“MISEL! LU BERDUAAN SAMA COWOK BR*NGS*K ITUKAN?! JANGAN SAMPAI GUE LAPOR KE RT BIAR KALIAN DI GREBEK!” Reza memberi ancaman sambil memukul pintu dengan keras.
“Kak sudah ah jangan kaya begitu, gak enak sama tetangga,” ucap Hany yang merasa tidak ada gunanya. Kemudian ia berjalan sendirian ke pintu belakang dan tidak sengaja melihat Misel yang sudah panik di dekat pagar serta Irsyad yang masih memekai sepatu. Mereka akan kabur lewat sana. Dengan sigap Hany menarik lengan Misel dan mencengkramnya dengan kuat.
“KAMU MAU KEMANA?!” bentak Hany. Wajah Misel terlihat takut dan panik. Dari arah samping Irsyad ingin memukul kepala Hany. Tapi usahanya gagal karena Reza tiba-tiba dating dan menahannya dari belakang. Irsyad mencoba melepaskan tangan Reza, tapi tenaganya tidak bisa mengalahkan Reza. Mereka itu masih tergolong bocah, pasti akan kalah dengan Hany dan Reza.
***
Sekarang Misel dan Irsyad sudah duduk bersebrangan dengan Hany dan Reza. Misel ketakutan sambil mengenggam tangan Irsyad di bawah meja, ia bahkan Ia tidak bisa melihat ke arah depan. Sedangkan Irsyad memasang wajah yang senga, Ia tampak tidak takut sama sekali.
“Kenapa kalian berduaan? bukannya harusnya kamu sekolah?” tanya Hany memecah keheningan.
“Memang lu siapa ngatur-ngatur kita?” Irsyad balik bertanya. Misel mencubit tangan Irsyad dengan pelan agar ia tidak berbicara demikian. Reza menatap mata Irsyad dengan intens dan begitu mengintimidasi. Bisa bisanya ia berbicara tidak sopan padahal posisinya ia yang salah.
“Gak sopan banget ya lu! Lu sadar gak si kalau ini salah?” bentak Hany yang emosinya mulai memuncak.
“Sudah Han, gak usah basa basi langsung saja kita bawa ke kantor polisi,” ucap Reza yang membuat Misel terkejut dan bertambah takut.
“Ngapain segala bawa bawa polisi? Memang berduaan dirumah tindakan kriminal?!” cerca Irsyad sambil memukul meja.
Reza berdecak kesal. “Lu kira kita gak tahu? Lu berdua ‘kan yang ngebunuh Elina?” kata Reza yang terlalu cepat menyimpulkan padahal bukti yang mereka punya tidaklah kuat.
Irsyad tertawa mendengar perkataan Reza yang tidak masuk akal. Ia mengganggap Reza seperti orang bodoh.
“Ternyata Lu kena mental ya ditinggal Kak Elina? Sadar! Dia itu bunuh diri, lagian apa kita bunuh dia.” Irsyad berkata sambil di selingi tawaan sinis.
“Kak, jadi kakak nyangka aku sama Irsyad bunuh kak Elina? Aku itu adiknya Kak, gak mungkin aku bunuh kakakku sendiri,” ucap Misel
“Terus kamu bisa jelasin kenapa waktu itu kamu pernah bilang merasa bersalah atas kematiannya Elina dan kita tahu kalian setiap sore pergi ke apartemen Elina. Elina mati waktu sore, bisa saja ‘kan sebenarnya kalian ada di sana dan dorong Elina ke bawah terus kalian langsung kabur begitu saja,” kata Hany sambil berkaca-kaca. Ia membayangkan jika perkataannya benar. Misel membuunuh Elina, orang yang selalu ada dan melindungi Misel.
“Satu lagi! Lu jelasin isi DM ini, kenapa ada beberapa bagian yang kaya kehapus,” timpal Reza sambil menyodorkan ponsel yang menunjukkan screenshot DM Elina dengan Irsyad.
Misel tidak kuat, air matanya mengalir. Sedangkan Irsyad membeku mendengar serangan bertubi-bertubi dari Hany dan Reza.
“Kak kenapa kakak ngelakuin ini semua? Kenapa kakak curiga sama aku?” ucap Misel sambil menunjukkan kesedihan di wajahnya dan membuat Hany iba.
“Sejujurnya aku juga gak mau ngelakuin ini Sel, tapi waktu itu aku gak sengaja lihat kamu masukin orang ini ke rumah,” ucap Hany sambil menunjuk Irsyad. Ia menjelaskan pertama kali mengapa mereka bisa curiga.
“Sekarang jelasin semuanya Sel. Kalau kamu gak salah seharusnya kamu gak takut kaya tadi.”
Tangisan Misel makin menjadi-jadi.”Kak, aku malu cerita inn ke Kakak. Tapi aku bakal cerita semuanya kalau itu buat Kak Hany gak curiga sama aku,” ucap Misel sambil sesegukan.
“Kak Elina tahu aku pacaran sama Irsyad dan .... aku suka bohon sama Kak Elina. Waktu Kak Elina ngekos, diam-diam aku suka nginep di kosan Irsyad. Aku lakuin itu semua karena kesepian dan pusing di rumah,” kata Misel
Irsyad benar-benar lelaki yang tidak baik. Reza dan Hany mulai merangkai semua kecurigaannya dengan cerita yang di katakan Misel.
“Bener cuman kaya begitu? Terus apa hubungannya sama ucapan kamu yang ngerasa bersalah?”
Misel tak mendengar ucapan Hany dengan jelas. Ia sibuk menenangkan diri dan menghapus air matanya.
“Biar gue yang jelasin,” kata Irsyad mencoba membantu Misel.
“GAK! GUE MAU MISEL YANG CERITA!” bentak Hany. Mereka semua terkejut melihat wajah Hany yang begitu merah. Reza yang berada disebalah Hany meggenggam tanganya agar Hany bisa sedikit lebih tenang.
Misel menarik nafasnya sebelum melanjutkan cerita.“Aku ... selalu bohong ke Kak Elina. Aku minta uang les padahal uangnya buat main. Aku bentak Kak Elina dan nyalahin dia kalau semua ini salah Kak Elina. Kak Hany lihat ‘kan DM itu sudah lama itu karena Kak Elina negerstuin kita berdua dan dia selalu bilang kalau mau main di apartemen dia saja biar aku gak ngelakuin hal-hal yang buruk kalau lagi berduaan. Makanya ...”
“Sebentar Sel ini kamu gak ngarang ‘kan?” potong Hany yang menaruh curiga, Ia merasa ada sesuatu yang ganjal dari cerita Misel.
“Bener kak,” balas Misel dengan suara bergetar
“Pertama DM itu terakhir bulan November, Elina tinggal di apartemen baru Desember akhir. Gue ngerasa aa yang kalian sembunyiin tahu gak,”
“Maksud aku waktu Kak Elina belum unya apartemen. Dia selalu ngajakin aku sama Irsyad buat mai di kosannya. Buktinya Kak Hany pernah ketemu sama aku ‘kan di kosannya Kak Elina,”jelas Misel yang lupa dengan kronologi ceritanya.
Berbeda dengan Hany yang masih curiga. Walaupun bulan Desember seingatnya dia sering bertemu dengan MIsel di kosan Elina. Reza menangkap semua cerita Misel. Ceritanya terdengar jujur dan pas dengan isi DM Elina.
“Terus kenapa di DM itu kaya ada pesan yang kehapus?” tanya Reza
“Itu... aku yang hapus. Waktu Kak Elina meninggal aku ngerasa bersalah karena aku pikir Aku dan Irsyad yang memperburuk kondisi mental Kak Elina,” balas Misel sambil menunduk.
Hany memejamkan mata, ia merasa buruk terlalu curiga seperti tadi. Sekrang semuanya jelas dan ia yakin bukan Misel yang membunuh Elina.
“Aku tahu Kak Hany dan Kak Reza syok sama kejadian ini. Aku tahu kalian belum ikhlas terima kenyataan. Aku juga Kak ... satu-satunya harapan buat kakak tahu semunya itu Hp-nya Kak Elina, karena hpnya belum ketemu samapi sekarang dan aku yakin seandainya Kak Elina itu dibunuh. Orang yang ngambil Hp itu adalah pembunuhnya.” Misel berkata dari hati terdalamnya. Air matanya mengalir lagi, lebih deras dari sebelumnya.
“Bukan cuman Kalian yang mau tahu kejadian sebenarnya kaya gimana. Misel juga Kak, Dia mau lebih syok dibandingkan kalian berdua,” sambar Irsyad sambil merangkul Misel.
Hany dan Reza tertampar dengan ucapan Misel. Mungkin Ia benar mereka terlalu syok dengan kepergian Elina yang sangat tiba-tiba. Selama ini rasa kecurigaan terhadap Irsyad dan Misel terlalu berlebihan. Sekarang yang mereka pikirkan hanya dua hal, berhenti mengikhlaskan semuanya atau melanjutkan pencarian Hp Elina yang mungkin saja akan sia-sia.
****