Reza datang menemui Gisel di kosannya. Ia ingin meminta maaf perihal hari ini dan kemarin malam. Awalnya ia tidak ingin memperdulikan hal ini. Tapi hatinya terus menyuruh Reza melakukannya. Perasaan Reza memang sulit dipahami. Ia datang membawa berbagai makanan dan minuman ditangannya. Anggaplah ini semua sogokan.
Gisel membuka pintu dan menampakkan wajah sinisnya. Ia terlihat begitu kesal melihat Reza ada dihadapannya sekarang.
“Ngapain?” tanya Gisel sambil melipat tangannya di d**a.
“Mau kasih ini,” balas Reza sambil mengangkat paper bag yang ada digenggamannya.
“Gak butuh!” cerca Gisel kemudian menutup pintu itu dengan cepat. Namun Reza lebih cepat tanggap memegang sisi pintu sehingga tidak bisa ditutup oleh Gisel.
“Apaan si Za!”
“Aku mau minta maaf,”
“Minta maaf buat apa? Ketahuan selingkuh sama sahabatnya Elina? Atau minta maaf karena kamu masih sayang sama Elina?” Gisel tidak sanggup menahan emosinya lagi. Jika bisa ia ingin menendang Reza sekarang juga.
“Aku gak selingkuh. Kamu harus denger penjelasan aku dulu Sel,” kata Reza dengan wajah memelas
Gisel tetap berusaha menutup pintu, walaupun tangan Reza masih menahannya. Ia tidak peduli melihat tangan Reza sudah merah dan berurat.
“Aku sama Hany gak ada apa-apa. Aku cuman kerja sama buat cari tahu kematian Elina.”
“Sama saja itu salah Za! Kamu masih peduli sama dia”
“Bukan begitu sel! Aku peduli sama hubungan kita,” ucap Reza sedikit meninggi
Mendengar kalimat itu, Gisel mulai melemah. Ia melepaskan pintu itu sehingga Reza tidak usah menahannya lagi. Ia pun mencoba masuk ke kosan Gisel dan Gisel tidak menolaknya sama sekali. Gisel seperti berubah menjadi patung. Ia diam saja ketika Reza masuk dan menutup pintu itu. Kemudian Reza meletakkan paper bag yang ia bawa di lantai. Lalu menggenggam tangan Gisel dan menatap perempuan itu dengan tatapan yang lembut.
“Maaf aku gak bilang sama kamu dari awal. Kamu harus tahu, aku sama Hany gak ada hubungan apa apa. Selam ini aku cuman mau hubungan kita baik-baik saja. Sel cuman kamu pikirin kalau Hany tahu aku selingkuhin Elina. Dia pasti mikir kita penyebab kematiannya ditambah kejadian beberapa lalu soal Elina yang ... ”
Reza menghela nafasnya sejenak. Ia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya lagi.
“Kamu tahu ‘kan Elina gugurin kandungannya? Itu yang buat aku takut dan ngerasa bersalah. Ini semua aku lakuin semata-mata agar hubungan kita gak ketahuan dan sebagai permintaan maaf aku ke Elina,” ucap Reza lagi.
Gisel memeluk Reza, Ia terlalu percaya dengan Reza jika semua ini memang di dasarkan atas dirinya. Padahal Reza berkata demikian hanya untuk menenangkan hati Gisel. Untuk alasan kedua mengenai penguguran kandungan, Reza benar-benar menyesal. Ia terlalu bodoh membiarkan Elina berjuang sendirian waktu itu. Tapi Reza sudah pernah mencoba untuk bertanggung jawab, namun Elina sendiri yang memilih jalan itu. Sekarang ketika Elina tidak ada, perasaan bersalah itu selalu muncul terus menerus.
***
Misel hanya bisa melihat Irsyad yang sedang sibuk membuka suatu kardus yang ia bawa. Katanya itu adalah CCTV yang baru ia beli untuk di letakkan di depan rumah Elina. Kemarin Misel menceritakan semua tentang keanehan yang ia rasa terhadap Hany sehingga Irsyad membelikannya CCTV, ditambah surat teror yang pernah mereka dapat. Misel merasa ini berlebihan tapi ia senang karena Irsyad sangat peka dan peduli dengannya.
“Kamu bisa masangnya?” tanya Misel yang melihat Irsyad sudah mengeluarkan CCTV itu dari kardus. Ia juga membaca buku panduan yang ada didalamnya.
“Bisalah,” balas Irsyad kemudian pergi ke halaman depan rumah Misel.
Misel hanya membantu memegangi kursi agar Irsyad bisa menjangkau atap halaman rumahnya. Tidak butuh beberapa lama Irsyad berhasil memasang CCTV itu.
“Sudah kelar,” balas Irsyad lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengecek video CCTV. Misel ikut melihatnya dan CCTV itu terpasang sempurna. Videonya bisa menjangkau halam rumah Misel hingga ke luar pagar.
Mereka tidak sadar dari kejauhan sudah ada Hany yang memantau apa yang mereka lakukan. Hany segera pergi ke warung langgannya beberapa hari terakhir. Hany bertambah curiga, untuk apa Misel memasang CCTV. Apa ia tahu rencana Hany.
Hany duduk di sana, mengambil ponsel dan memberi pesan kepada Reza. Hari ini Reza memang tidak datang. Katanya ia kelelahan karena habis mengerjakan revisi skripsian. Selagi ia duduk dan menunggu balasan pesan dari Reza, tiba-tiba ada yang datang menghampirinya. Seorang perempuan menggunakan hodiee hitam. Hany tidak begitu kenal dengan orang itu.
“Misi, ” ucap orang itu
“Iya?”
“Boleh pinjem Hp-nya sebentar?”
Hany berpikir sejenak.
“Sebentar saja kok, cuman buat log in ke i********:. Soalnya hp saya mati dan harus kasih tahu teman saya.”
Karena tidak tega, Hany memberikan ponselnya. Lagipula tidak ada salahnya membantu. Orang itu dengan cepat meraih ponsel Hany dan memakainya. Setelah itu ia segera berterimakasih dan pergi. Ketika Hany melihat layar ponselnya yang menunjukkan laman i********:. Ia jadi mendapat suatu pencerahan. Ia mengklik pilihan tambahkan akun dibagian bawah laman. Lalu ia mengetikan usernam Eina. Hany ingin coba masuk ke instagramnya. Saat ia yakin tak yakin saat hendak menuliskan pasword. Tapi seingatnya, Elina memliki template saat membuat password yaitu namanya dan diberikan angka kelahiran di belakangnya. Ia termasuk orang yang suka lupa sehingga selalu memberi password sama.
Selagi menunggu loading, Hany menutup mata sambil berdoa dalam hati. Semoga hal ini berhasil. Saat membuka mata, ia melihat layarnya berubah menunjukkan beranda i********: Elina. Ia senang bukan main. Dengan perasaan takut dan tak karuan ia membuka Drag Message. Ada akun Reza dipaling atas. Hany tergiur untuk membukanya.
Ternyata selama ini, Reza terus menerus memberi Elina pesan. Walaupun ia telah tiada. Reza terlihat begitu merindukannya. Banyak tulisan penyesalan, kerinduan dan permintaan maaf karena belum sempat membahagiakan Elina. Hany hampir menangis membaca semua pesan itu. Rasa terharu dan merasa bodoh menjadi satu. Ia merasa bodoh karena kemarin salah menafsirkan rasa perhatian Reza. Ia tidak munafik, Hany mengakui adanya harapan Reza membalas perasaan lamanya. Mungkin Elina akan marah jika mengetahui hal ini.Setelah puas membaca pesan dari Reza, Hany kembali fokus mengecek pesan yang mungkin mencurigakan. Pesan sepuluh teratas tidak ada yang mencurigakan. Kebanyakan mereka teman teman Elina yang mendoakan Elina agar tenang di sana. Hal yang paling tidak berguna, untuk apa mereka melakukan hal itu.
Hany terdiam saat melihat profil yang menunjukkan gambar Irsyad. Walaupun ikonnnya kecil, tapi Hany yakin itu Irsyad. Nama akun itu juga membuat Hany yakin jika itu adalah milik Irsyad. Kemudian ia klik pesan itu.
Terakhir pesan itu berakhir pada bulan November akhir tahun lalu.Ia mulai membacanya pesannya dari atas dan berharap mendapat petunjuk dari semua ini.
****