Setelah pulang dari kampus, aku naik angkot menuju rumah Tuan Andika dan mulai hari ini aku resmi menjadi pembantu Tuan Andika. Aku sudah sampai didepan gerbang rumah Andika.
Rumahnya sangat megah dengan ukuran yang sangat besar, halamannya sangat luas, bagus banget rumah ini
Seorang penjaga menyapaku, "apa nona yang akan menjadi pembantu dirumah ini?".
"Iya", jawabku
"Kalau begitu silahkan masuk nona, Tuan sudah menunggu didalam", katanya lagi
"Iya terimakasih", jawabku lirih
Aku berjalan menuju kerumah megah, sampai didepan pintu aku ketuk sambil berucap, "Assalamualaikum".
"Wa alaikumsalam", suara laki-laki menjawab salam ku
"Masuk", katanya lagi
Kubuka pintu dan aku masuk, kulihat Tuan Andika sedang duduk disofa sambil bermain ponselnya
"Maaf Tuan, saya sudah datang", kataku lirih sambil menundukkan kepala dan tetap berdiri
Dia diam saja dan cuek sambil main ponsel
Hampir setengah jam aku berdiri nunggu perintah dia selanjutnya
Tapi mulut itu tertutup dengan rapat dan enggan terbuka
"Maaf Tuan, sekali maaf saya sudah berdiri disini selama setengah jam, apa yang perlu ku kerjakan Tuan", tanyaku
Tapi mulut tuan Andika tertutup dengan rapat
"Ih geram aku melihatnya ingin rasanya ku mencakar dan mencabik-cabik wajahnya, apa dia ngk tahu, kaki aku kesemutan, awas ku doakan jadi patung batu kamu tuan Andika", kataku dalam hati
Mendadak dia menatapku dengan garang sambil membelalakkan matanya.
"Kamu gadis kampung sedang menyumpahi aku kan?", katanya dengan suara ditekan karena amarah
"Ngak ngak ngak Tuan, sumpah aku tidak berani menyumpahi anda Tuan", kataku terkejut.
"Kok dia tahu ya aku menyumpahinya dalam hati, apa dia paranormal", batinku
Tiba-tiba dia membentakku
Aku tergagap dan terkejut banget jantung rasanya mau copot
"Ya Allah tuan jangan berprasangka buruk, saya mana berani menyumpahi anda Tuan", kataku
"Oke ini baca setelah itu tandatangani", katanya
"Ini apa tuan, apa maksudnya", tanyaku
"Jangan banyak omong, baca dan segera tanda tangani", katanya lagi
"Apaan ini, gila aku disuruh melayani dia, amit-amit mana bisa, pokoknya aku harus menolak surat perjanjian ini" gerutu ku tidak suka
"Apa poin nomer 3 tidak bisa diganti tuan", tanyaku
"Tidak ada penawaran lagi, tanda tangani kalau kamu tidak pingin sengsara", katanya tajam
"Ba ba baik tuan, saya akan tanda tangani", kataku lirih.
Lalu surat perjanjian ku tandatangani setelah itu ku serahkan ke tuan Andika
"Hmmmm", gumamnya
"Ha hanya gitu, gila betul tuan Andika, memaksa orang tanda tangan tapi tidak ada rasa terima kasih", gerutu ku
"Tahu gitu ngk usah tanda tangan aja", batinku
"Jangan merencanakan hal yang akan kau sesali seumur hidupmu gadis kampung", katany sinis
"Saya punya nama tuan, kenapa tuan manggil saya gadis kampung", protesku
"Suka-suka aku mau manggil apa ke pembantuku", katanya lagi sambil meraih surat kontrak dan berlalu begitu menuju kelantai atas.
Di tangga dia berhenti dan berkata kepadaku.
"Siapkan makanan untukku jangan sampai kau beri racun makananku", kataku tegas dan mengintimidasi
"Baik tuan jangan khawatir karena aku tidak ingin masuk penjara", kataku dengan marah
"Oke kalau kamu sadar gadis kampung dengan statusmu itu", katanya mengejek sambil tertawa sinis ke arahku
"Sekarang buatkan masakan untuk makan malam ku, aku akan keatas untuk membersihkan diri, setelah selesai bisa panggil aku keatas", katanya sambil menuju tangga
Di tengah tangga dia berkata lagi.
"Kamu tahu jalan menuju ke dapur", tanyanya
"Belum tuan",:kataku lirih
"Kenapa ngk nanya", katanya lagi
"Lupa tuan", jawabku sekenanya
"Lalu dia menunjuk dibelakang ku, disitu dapurnya kamu bisa ke sana", katanya
"Ya tuan", jawabku
Aku melangkah menuju dapur dan membuka kulkas ada bahan apa yang bisa dimasak
Setelah semua bahan sudah siap aku memasaknya, capcay, ayam crispy, sambal terasi, ayam rica-rica, semua sudah saya tata dimeja makan serta kopi pahit. Setelah siap aku menuju kelantai atas untuk memanggil tuan Andika
Ku ketuk pintunya tok tok tok, suara ketukan pintu
"Ya bentar, saya akan turun", teriak Andika
Aku berbalik menuruni tangga menuju meja makan untuk menunggu tuan Andika datang
Terdengar langkah menuruni tangga, kuangkat kepala dan terpesona melihat penampilan tuan Andika, dia pakai celana panjang bahan kain berwarna biru tua dan atasan kaos oblong berwarna putih sangat pas ditubuhnya yang atletis
Tercetak jelas di kaosnya yang agak tipis perutnya sick pack alias kotak-kotak ada 6, gila bikin air liur mengalir saja membayangkan perutnya ada roti sobeknya, pingin ku raba roti sobeknya pasti enak, ah tanpa kusadari aku berteriak keras dan menggeleng-gelengkan kepalaku, ah pikiran kotor menghantui aku, ku tarik nafas agar hilang pikiran kotor itu
Dia memandangku dengan heran sambil mengernyitkan matanya, ada apa, tanyanya
"Ngak ada apa-apa tuan", jawabku
"Kayak orang gila teriak dan berbicara sendiri", kata Andika lagi
"Kalau saya gila udah dibawa kerumah sakit tuan", protesku dengan nada kesal
"Ya terserah dirimu dan menurut kamu betul", kata Andika sambil menggerutu
Lalu dia menyeret kursi dan mendudukinya, lali membalikkan piring dan mengisi dengan nasi terus dia ambil semua lauk diletakkan di piringnya, sebelum makan dia berdoa, setelah itu dia menyuapkan nasi dan lauk kemulutnya, dia makan dalam diam sehingga ruangan tampak hening, tidak ada komentar dengan masakanku berarti tuan Andika cocok dengan masakanku, betapa senangnya hatiku melihat dia suka dengan masakanku
Setelah selesai makan dia naik kelantai dua lagi, tanpa bersuara dia melangkah menaiki tangga dan menuju kamarnya, sampai tangga terakhir dia menoleh dan berkata, bersihkan rumah, halaman depan dan tanpa belakang serta kolam, katanya
Ha aku hanya melonggo saja mendapat perintah kerja yang begitu banyak, gila ini namanya kerja paksa.
Apa aku berhak protes, jelas tidak, aku harus cepat mengerjakan biar cepat selesai dan bisa pulang istirahat
Aku mulai membersihkan hiasan, guci, setelah itu mengepel lantainya, habis itu menguras kamar mandi, menyapu halaman depan, taman, dan menguras kolam butuh waktu 4 jam, jam 5 baru selesai setelah itu aku makan karena lapar selesai makan aku membersihkan dapur, wah kinclong semua, aku puas dengan hasil pekerjaanku.
Setelah itu aku membersihkan diri, sholat Ashar dan mengaji sebentar sampai Maghrib menyambut, adzan Magrib dikumandangkan, aku ambil air wudhu dan melaksanakan sholat Maghrib, selesai sholat Maghrib aku memanaskan sayur dan lauk yang tadi siang aku
masak, setelah itu aku tata diatas meja dan ku tutupi. Lalu aku ambil kertas kecil dan menulis bahwa aku pamit pulang, setelah itu ku tempelkan dipintu kulkas, lalu aku beranjak meninggalkan perumahan mewah milik tuan Andika, ku pandangi rumah seperti enggan untuk meninggalkannya, lalu aku berjalan menuju pintu gerbang dan berpamitan sama pak satpam yang bernama Budi. Pak Budi baik dan ramah walaupun baru satu kali bertemu.
"Mari Pak Budi, saya permisi dulu mau pulang", pamit aku pada Pak Budi
"Iya neng hati-hati dijalan", pesannya
"Iya, makasih atas perhatiannya", kataku
Lalu aku meninggalkan pintu gerbang menuju jalan raya untuk mencari angkot.
Andika turun dari tangga menengok kanan kiri ngk ada siapa-siapa.
""Apa gadis kampung itu berani pulang tanpa ijinku", geram Andika
Lalu dia menuju depan dan memanggil Pak Bud
Pak Bud gadis kampung itu sudah pulang, tanyaku
"Udah den, barusan", jawab Pak Bud
"Ya udah kamu bisa kembali", perintahku
"Baik den", balasnya
"Awas kamu gadis kampung tunggu pembalasanku, jangan seenaknya kamu jadi pembantuku", geram Andika
Lalu dia menuju meja makan, dan menghamburkan semua makanan yang ada dimeja, karena masakan tadi siang yang disuguhkan dimeja
Setelah itu dia ambil kunci mobil dan keluar mengendarai mobil untuk pergi ke kafe untuk makan malam