Kenapa dia selalu ada dimana-mana. Padahal aku sangat tidak pingin ketemu Andika karena bisa bikin jantungku berdetak tidak menentu
Kenapa ada rasa untuk Andika, kenapa rasa ini ada padaku, pingin rasanya menghilang dari dunia, pingin rasanya tidak usah mengenal Andika, tapi ternyata takdir berkata lain
Siang setelah usai mengikuti mata kuliah Bioteknologi pingin pergi ke kantin karena rasa lapar sudah mendera dengan cepat langkahku kuayunkan menuju kantin tapi didepan kelasku aku berpapasan dengan Andika and the geng, dengan terburu-buru akan melangkah menjauh tapi kenyataannya Andika menghentikan langkahku dengan teriakannya, gadis kampung berhenti, katanya dengan bengis.
A a a a ada a a apa? kataku tergagap
Ada apa katamu? bentak Andika
Kamu tahu kalau kamu itu sudah mengotori pandanganku, kata Andika dengan pedas.
Mmmm maaf aku cuma mau lewat ke kantin saja, aku ngk ada niat menganggu pandangan anda, sungguh aku tidak ada niat sedikitpun untuk menganggu anda, kataku lirih sambil menunduk, rasanya lutut menjadi lemas, mau mengangkat kaki rasanya ngk kuat
Kamu ngomong apa, kok ngk jelas banget sambil mensjamkan tatapannya kearahku
Mmmmmaksudku aku hanya ingin ke kantin saja, maaf jika lewat didepan dirimu.
Alasan, katanya sambil membentak
Sssusu sungguh aku tidak bohong, kataku
Aku tidak percaya dengan perkataanmu, sekarang jelaskan tujuanmu melintas dihadapanku, cepat katakan jangan membuatku menunggu lama
Tapi emg betul, aku tidak ada niat apa-apa ketika lewat didepanmu, kataku lirih
Kamu kira aku percaya dengan perkataanmu, katanya sambil melototkan matanya kearahku
Udah Andika, ayo kita pergi jangan meladeni dia, kata salah satu teman Andika
Nggak bisa dia harus bertanggung jawab dengan yang dilakukan, kata Andika kekeh tidak mau pergi
Mempertanggungjawabkan apa Andika, seloroh teman satunya
Dia gadis kampung sudah menyita waktuku, kata Andika tetap menghadang jalanku
"Kalau aku salah tolong di maafkan", kataku
"Ku mohon maafkan aku, aku janji ngk muncul lagi dihadapan kamu", kataku memelas
"Nggak bisa ngk bisa jangan seenaknya kamu ngomong", kata Andika ngk mau kalah
"Oke aku harus gimana biar kamu ngk marah sama aku", kataku
"Kalau gitu jadi pembantuku selama 1 tahun, baru aku akan aku maafkan", kata Andika
"Apa tidak ada cara lain", tanyaku lirih
"Ngak ada", katanya tegas
"Tolong kasih hukuman yang lain bisa?" tanyaku
"Aku bilang ngk bisa titik", kata Andika
"Baiklah aku nurut", kataku mengalah
Deal dia meraih tanganku dan digenggamnya telapak tanganku, aku cuma bisa diam ngk berani protes
"Mulai sekarang kamu adalah pembantuku", kata Andika
Kenapa aku menurut saja dengan perintahnya, sungguh biasanya aku bisa menolak keinginannya tapi ini aku tunduk pada perintahnya
Apa karena rasa cintaku yang begitu besar pada Andika maka aku menuruti perintahnya. Ya karena rasa cintaku yang besar sama Andika makanya aku ingin selalu berada didekatnya
Mungkin dengan cara ini bisa mengobati rasa rinduku sama Andika
Biarpun tak bisa memiliki setidaknya aku selalu didekatnya. Melihat dia marah, tertawa dan tersenyum itu sudah bikin hatiku bahagia, karena cinta tak harus memiliki, itu prinsip aku dan aku sadar kalau diriku tak sebanding dengan Andika bagaikan pungguk merindukan bulan, bagaikan bumi dan langit
"Jangan melamun aku sedang bicara sama kamu gadis kampung", kata Andika
"Maksudnya", tanya ku sambil menggerjapkan mataku karena dia ngk mendengar Andika ngomong apa-apa
Di sentilnya dahi gadis kampung itu oleh Andika Karena kesal ngomong dari tadi dianggap angin lalu sama gadis kampung
"Aduh sakit", kata ku sambil meringis
"Salah sendiri diajak ngomong malah melamun", tandas Andika
"Ya maaf", kataku lirih
"Enak aja ngomong maaf", gertak Andika
"Kalau salah minta maaf penjara ngk ada penghuninya", tegas Andika
"Kalau orang masuk penjara kan lain kasusnya", protesku
"Oooooo gitu ya udah mulai pintar dan berani ya membantah kata-kataku", tekan Andika dengan tajam
"Aku tidak berani dan ngk akan berani", kataku lirih sambil menundukkan wajah
"Apa katamu", kata Andika sambil mengerlingkan matanya serta tersenyum tipis kearahku
Gila deg deg deg jantungku berdetak bertalu-talu, aku berusaha mengatur nafas supaya detak jantungku tidak terdengar oleh mereka terutama Andika bisa gawat kalau dia sampai mendengar. Karena apa yang kurasakan tidak boleh ada yang tahu kecuali diriku dan Lala
"Gadis kampung kamu mendengar ngk apa yang kukatakan", tanyanya sekali lagi kepadaku
"Maksudnya", tanyaku pura-pura bego
"Aduh gadis kampung ini pingin rasanya ku lenyapkan jadi berkeping-keping", batin Andika sambil mengepalkan tangannya
"Mungkin dia pura-pura bego Dik", kata Prasetyo
"Kukira juga begitu", seloroh Rangga
"Dan membuat kita semua biar kayak orang bego saja", seloroh Revan
"Kita semua mau saja dibodohi sama gadis kampung itu", ujar Rangga lagi
"Aku sependapat", kata mereka
"Ayo kita buat gadis kampung ini tak berkutik dan tak berdaya", ajak Pras
"Hmmmmm kamu tahu tadi kita sudah sepakat kalau kamu akan jadi pembantuku sampai aku lulus tanpa digaji", tegas Andika sambil terenyum menggoda
"Ha", kata Fika sambil membulatkan matanya serta mulutnya melonggo
Andika langsung menyentil dahi gadis kampung tersebut, sambil berbisik, "mulut ditutup banyak lalat yang masuk".
Aku langsung mengatupkan mulutku, malu rasanya pingin tenggelam didalam tanah
"Kalau aku ngk digaji, aku bayar kuliah darimana", batinku.
Ya Allah kok jahat betul Andika kepadaku masak tega memanfaatkan tenagaku tanpa digaji.
"Soal uang kuliah dipikir nanti pasti ada jalan keluar", batinku
"Bagaimana kamu sepakat", tanyanya
"Terpaksalah aku harus mau", batinku
"Hei Andika tanya kenapa ngk dijawab",: kata Revan dengan suara keras
Dengan menarik nafas berat akhirnya ku anggukkan kepala tanda setuju
"Sepakat", katanya sambil menjulurkan tangannya kearahku
Aku terima sambil menjabat tangannya
Hatiku semakin tidak nyaman dengan jabatan erat Andika karena dia tidak melepas genggaman tanganku, aduh orang ini bikin jantung deg deg an jangan sampai dia mendengar detak jantungku, kuambil nafas perlahan dan menghembuskan dengan pelan
Aku berusaha menarik tanganku dari genggamannya, akhirnya dia melepaskan genggaman tangannya, aku bernafas lega
"Apa aku sudah boleh pergi dari sini", tanyaku
"Belum", katanya cuek
"Belum gimana maksudnya", tanyaku
"Acara jadi pembantu dimulai hari ini dan kamu sebagai pembantu harus selalu ada di sampingku", jelasnya dengan tegas
"Ha", kataku sampai mulutku terbuka saking tidak menyangka jadi pembantunya dikampus juga.
"Kirain dirumah aja", batinku
"Kamu suka melonggo ya biar lalat banyak yang masuk kemulutmu", tanya Revan
Dengan pandangan marah ku tatap Revan, dia terperanjat dan kaget melihat tatapanku yang mematikan, Revan bersembunyi dibelakang Rangga
"Kalau ngomong diatur jangan sembarangan", tandasku kesal
"Kamu marah", tanya Andika sambil tertawa lirih karena melihat tingkah laku gadis kampung membuatnya terhibur
"Ternyata dia sangat menggemaskan", batin Andika
Pantesan ada sesuatu yang beda dengan gadis lain, semakin mengenalnya semakin menarik
"Oke kalau begitu tuan Andika, saya harus mengerjakan apa sekarang", tanyaku
"Karena aku orang baik maka aku beri diskon hari ini", katanya
Aku cuma menatapnya saja
"Untuk jadi pembantuku dimulai setelah pulang sekolah aja", kata Andika
"Ya udah gadis kampung kami pergi dulu", bye bye kata Andika sambil melambai kearahku
Aku tidak mempedulikannya karena aku buru-buru menuju pintu gerbang untuk pulang.