EMPAT

1090 Kata
Usai perfom dari party, Fachri dan Damar mampir ke sebuah cafe. Di sana teryata ada Vio dan Anton calon tunangannya. Vio yang melihat Fachri pun menyapanya. "Bocah loe malam mingguan kok sama cowok sih."Ejek Vio. "Suka-suka gue dong mau sama siapa juga,"balas Fachri cuek dan duduk gak jauh dari meja Vio. "Somse banget tuh bocah, awas aja loe."ucap Vio. "Siapa dia sayang?"tanya Anton. "Adeknya Shinta sayang."jawab Vio manja. "Oh kok beda ya? Shinta sahabat loe kan?"tanya Anton lagi. "iya sayang."balas Vio. Fachri yang mendengar percakapan Vio dan Anton merasa mual, terlalu lebay menurut Fachri. "Kenapa loe?"tanya Damar. "Mual gue denger percakapan mereka."jawab Fachri. "Fach dia kan kakak loe? Kenapa loe bolehin pacaran sama cowok b******k kaya gitu."ujar Damar yang mengetahui tentang Antonio karena Damar juga sering ke club malam bersama Fachri. "Gue gak suka ikut campur urusan orang."jawab Fachri. "Bukanya itu kakak loe?"tanya Damar. "Dia bukan kakak gue, cuma gue udah anggep dia kakak, dia itu sahabat kakak gue tapi udah deket kaya saudara."jelas Fachri. "Oh gitu."Damar mengangguk mengerti. Fachri dan Damar mengobrol santai sambil makan. "Sayang, sebentar gue angkat telfon dulu."Anton menjauh dari Vio. "Iya sayang."balas Vio melanjutkan makannya. Tak lama Anto pun kembali."Maaf sayang, gue harus pergi ada kerjaan mendadak, bos nelfon gue katanya penting."ucap Anton. "Ya udah gak papa,entar gue pulang sendiri aja."jawab Vio sedikit kecewa karna Anton selalu saja sibuk. "Maaf sekali sayang, mau gue pesenin taksi?"tawar Anton. "Gak usah sayang, nanti gue pulang sendiri."tolak Vio. "Beneran gak papa?"tanya Anton lagi. "Gak papa beneran."Vio berusaha meyakinkan. "Trima kasih sayang, loe emang paling pengertian,"Anton mengecup kening Vio lalu pergi meninggalkan Vio sendiri. Vio merasa badmood makan sendirian. Akhirnya Vio menuju meja Fachri. "Gue ikut gabung ya."pinta Vio. Damar dan Fachri yang sedang mengobrol pun menghentikan obrolannya. "Emang cowok kakak kemana?"tanya Fachri. "Pulang duluan di telfon bosnya."balas Vio. "Malam minggu juga kerja? Rajin banget." Cibir Fachri. "Emang cowok gue rajan,makannya sibuk mulu."jelas Vio. "Kasian amat."Fachri menertawakan Vio. "Ihh loe mah, bahagia dia atas penderitaan orang."Vio cemberut. "Iya dech kak, maaf."Fachri masih saja belum berhenti tertawa. "Fachri nyebelin."Vio membrengut kesal. "Udah fach entar nangis lagi."Damar ikut memanasi. "Ah ya loe benar, dia kan cengeng."sindir Fachri. Vio membrengut kesal. "Kaya anak kecil gitu aja ngambek."Fachri menoel dagu Vio. "Gak usah pegang-pegang!"ketus Vio. "Gak boleh pegang, kalau peluk boleh?"goda Fachri. "Gak,"bentak Vio. "Kalau gitu, cium gimana?"Fachri masih saja menggoda Vio. "Enak aja, bibir gue masih virgin,"ketus Vio. Fachri dan Damar terbahak melihat kepolosan Vio. "Kalian nyebeliiinnnnnn!!"seru Vio. Ia meraih tasnya beranjak pergi. "Mau kemana?"Fachri mencekal lengan Vio. "Mau pulang lah, kalian nyebelin."ucap Vio. "Sensi amat sih, kita kan cuma bercanda,"balas Fachri. "Loe udah bikin gue kesel, loe harus tanggung jawab." "Gue aja belun nyentuh kakak, masa harus tanggung jawab. Waktu itu cuma liat doang."balas Fachri. "Astaga Fachri...!! mulut loe bocor amat."gemas Vio. "wow pernah liat-liatan nih. Gimana menurut loe fach?"tanya Damar usil. "Kecil mar."jawab Fachri asal. "Fachri...."vio membekap mulut Fachri. "Suer kalian kayak sepasang kekasih."ujar Damar. "Gak."Sahut Vio. Fachri melepas tangan Vio yang membekap mulutnya."Gue juga ogah sama loe bawel."ucap Fachri. Damar hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Fachri dan Vio. Tak terasa malam semakin larut, Vio sudah ngantuk." Fach pulang yuk?"ajak Vio sambil menguap. "Tadi kakak berangkat sama siapa?"tanya Fachri. "Sama pacar gue lah."jawab Vio. "Harusnya pulang ya bareng dia dong."ucap Fachri. "Kan dia udah pulang, gue udah ngantuk banget suer."Vio terus menguap matanya serasa sulit di buka lagi. "Udah antar dia fach, kasian."perintah Damar. "Ya udah ayo pulang."ajak Fachri. "Udah gak kuat jalan, ngantuk banget, gendong."rengek Vio. "kakak nyusahin banget sih."gerutu Fachri melepas jaketnya dan mengikatkan di pinggang Vio. "Untuk apa?"tanya Vio sambil menunjuk jaket Fachri yang ada di pinggangnya. "Buat nutupun paha kakak,udah ayo naik."Fachri jongkok agar Vio mudah naik ke punggungnya. Tak banyak bicara, Vio pun naik ke punggung Fachri. Belum juga sampai parkiran Vio sudah tertidur pulas. "Dasar suka ngatain gue kebo, dia sendiri tumor, tukang molor."gumam Fachri. Dengan pelan Fachri meletakan Vio di jok belakang. Tadinya Fachri akan mengantar Vio pulang ke rumah. Namun Fachri baru ingat kalau ia harus perfom malam ini di club malam Dragon tempat Fachri bekerja. Terpaksa Fachri membawa Vio ke hotel terdekat dari club, gak mungkin Fachri membawa Vio ke room club. Setelah menidurkan Vio, Fachri bergegas pergi. ******** Jam tiga pagi Vio terbnagun. "Gue di mana?"Vio melihat ke sekeliling kamar yang terasa asing. Saat Vio kebingungan kebetulan Fachri baru pulang. "kakak bangun pagi amat, tumben."ucap Fachri. "Loe bawa gue ke mana bocah?"tanya Vio. "Hotel."jawab Fachri singkat sambil duduk bersandar di sofa. "Kenapa gak antar gue pulang dan loe dari mana jam segini baru pulang."cerca Vio. "Gue ada urusan mendadak kak, jadi gue bawa Kakak kemari."jelas Fachri yang merasa lelah dan ngantuk. "Ayo pulang sekarang."Vio bangun dari tempat tidur. "Gue cape, ngantuk juga. Gue tidur dulu sebentar."Fachri merebahkan dirinya di sofa dan memejamkan matanya. Fachri memang terlihat lelah. Vio pun kembali ke tempat tidur melanjutkan tidurnya. Fachri terbangun saat sinar matahari menyilaukan matanya. "Jam sembilan ."gumam Fachri beranjak bnagun ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai Fachri melihat Vio yang masih tidur pulas. "Kebo."cibir Fachri menyalakan rokoknya sambil berjalan menuju blakon. Vio menghirup bau asap rokok yang menggangu tidur nyenyaknya."Fach... Fachri."panggil Vio. "Apaan."jawab Fachri dari balkon. Vio pun bangkit dari tempat tidurnya menuju balkon. "Masih kecil gak boleh ngerokok, bahaya, entar jadi kebiasaan."Vio merebut rokok Fachri dan mematikannya. "Kakak apa-apaan sih." "Loe tau gak sih bahayanya rokok? bisa bikin kanker, paru-paru, serangan jantung dan lebih parahnya impoten."Vio mencoba menakut-nakuti Fachri. "Ohya? bisa impoten ya kak?"tanya Fachri sok polos. "Iya jadi mending gak usah ngrokok sebelum jadi kebiasaan."jawab Vio. "Kalo gitu, gimana jika kita tes, gue impoten atau gak? gue udah ngrokok dari SMP, rokok udah jadi candu gue"Fachri mendekat ke arah Vio sengaja ingin menjailinya. "Loe mau apa? jangan deket-deket."Vio mundur masuk ke dalam kamar. "Pengen buktiin apa yang di omongin kakak, benar atau salah."Fachri terus mendekati Vio. "Jauh-jauh sana."Vio mengibas kibaskan tanganya mengusir Fachri dan terus berjalan mundur hingga mentok ke temapat tidur hingga terjatuh di atas ranjang. Niat menjaili Vio malah Fachri tersandung sandal Vio dan jatuh tapat di atas Vio, namun Fachri menahan beban tubuhnya hingga tak sampai menyatu dengan tubuh Vio. "Fachri loe apa-apaan!! minggir."Vio mendorong tubuh Fachri sambil ketakutan hendak menangis. Fachri yang melihat expresi Vio pun langsung membaringkan tubuhnya di samping Vio dan tertawa terbahak." Kakak lucu sekali mukanya."Fachri makin terpingkal sampai memegangi perutnya. "Gak lucu, ngeselin, nyebelin bnaget, dasar tengil, songong, rese, bule gila, omes."Vio memukul-mukul bahu Fachri. Saat ini vio menganggap Fachri sebagai adiknya begitu juga sebaliknya. Mereka tak menyadari kedekatan mereka bisa saja membuat cinta menyusup masuk di hati mereka masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN