Bagian 7. Devandra vs Revandra

1392 Kata
Lagi?" Faisal mengerutkan kening. Lulu memejamkan mata, ia salah bicara. Kini masalah akan semakin panjang, dan tambah panjang ketika Devan yang dari tadi cuma menonton kini mendekat. Ia berdiri di belakang Lulu. Lulu tiba-tiba merasa akan menjadi pengadil diantara 2 cowok yang sepertinya siap bertarung ini. "Iya! Lagi! Lu ada masalah dengan kata itu Bro?" tantang Devan. Tatapan itimidasi Devan dibalas dengan seringaian oleh Faisal. "Artinya..?" "Artinya gw dulu lebih dari sekedar teman buat dia. Atau gw perlu perkenalkan diri sebagai Devandra, mantan pacar Lulu?" "Van, cukup!" Lulu memohon. Faisal tiba-tiba tertawa mencemooh. "Hahaaa! Gila ya! Bahkan namapun hampir sama!" " De-van-dra. Re-van-dra." ejanya. Lulu memijit pelipisnya yang mulai pusing. Ia mendelik kesal ke Devan. Ngapain nih orang pakai acara memperkenalkan diri segala. Ia bahkan tak pernah membahas nama mantan ke Andra, karena hal itu. Nama depan mereka yang hampir sama. Devan yang ditatap kesal, justu membalasnya dengan tatapan lembut yang susah diartikan. Padahal baru sedetik lalu ia mau menusuk Faisal dengan tatapan mautnya. "Jangan-jangan lu pacaran sama Andra karena gak bisa move on dari mantan lu ini ya?" tuduh Faisal. "Cukup ya Sal. Ini keterlaluan!" Lulu akhirnya tergugu juga. Tangis yang dari tadi ia tahan pecah begitu saja. "Lu menuduh gw berdasarkan asumsi lu semata, tanpa mau mendengarkan penjelasan gw!" "Kalo gitu, apa penjelasan lu?" tantang Faisal sambil bersidekap sombong. Ini bukan Faisal yang biasanya. Faisal yang biasanya, cenderung tidak mau ikut campur sama urusan orang selagi ia tidak diusik. Tapi untuk yang satu ini Faisal merasa jengah, karena ini menyangkut Andra, sahabatnya. Lulu hanya bisa menggeleng. Tangisnya tidak mau berhenti walau ia sudah mencoba. Tuduhan Faisal yang terakhir benar-benar menyakiti hatinya. Hanya ia dan Tuhan saja yang tahu seberapa sayangnya ia pada Andra. Orang lain tidak berhak menuduhnya macam-macam. "Mulut lu lemes amat sih jadi cowok." sela Devan. "Lagian lu bukan pacarnya ini." " Gw emang bukan pacarnya, tapi gw sahabat pacarnya!" balas Faisal. "Sahabat doang! Ya nyantai aja kalau gitu. Atau jangan-jangan lu ada hati juga sama pacarnya sahabat lu? Jadi panas tu hati dia jalan sama orang lain!" " Jangan sembarangan ngomong lu ya!" Faisal yang mulai kehilangan kesabaran maju. "Lah, lu aja boleh sembarangan ngomong ke cewek" seringai Devan. "Sialan!" Faisal kini benar-benar maju. "CUKUP! Pleasee.." Lulu membentangkan tangan di antara mereka berdua. Devan yang dari tadi banyak ngomong, anteng di tempat menunggu diserang Faisal. "Kalian gak nyadar kita dari tadi jadi tontonan orang-orang! Gw malu..." Lulu terisak. Air matanya membanjir layaknya air bah. Dari tadi ia hanya terdiam di tengah perdebatan kedua cowok itu, lantaran malu ditontonin orang-orang yang lewat. Ia berasa seperti cewek yang ke-gap selingkuh sama pacarnya. "Sal, udah! Gw tau lu kecewa banget. Tapi lu salah paham. Gw kasih penjelasan sekarangpun lu gak akan mau ngerti. Please, lu cabut deh! Gw gak mau ada pertengkaran di sini. Malu Sal." Lulu menatap Faisal dengan memohon. Faisal yang tadinya emosi mulai tenang. Tatapan mata belo Lulu yang bersimbah air mata meluruhkan emosinya. Iba juga melihat Lulu menangis sesugukan. "Gak jadi nonjok gw Bro?" Devan tiba-tiba merusak kedamaian yang mulai tercipta. Faisal yang barusan mulai off kini on lagi. Giginya gemeletuk geram. "Si kampr3t ini!" Faisal maju lagi. "Faisal, please.. Lu cabut sekarang!" Lulu menghadang Faisal. Ia sadar, Faisal bukan lawan yang sepadan untuk Devan. Bisa bonyok muka tampan Faisal ditonjokin Devan. Menghadapi orang g!la ini jago olahraga aja gak cukup, harus jago berantem juga. Devan itu atlet kick boxing, plus dia juga sudah banyak praktek di lapangan alias berantem sana sini. Faisal pada dasarnya orang yang cinta damai. Apalagi ia anak seni. Baginya tidak semua masalah harus diselesaikan dengan baku hantam. Baik Faisal dan kedua teman Andra lainnya, bahkan Andra pun bukan orang yang rusuh. Beda banget dengan Devan, prinsipnya kalau gak bisa diomongin, tonjok aja udah! Lulu balik ke arah Devan. Ia geram, orang gila ini dari tadi banyak bacot. "Van, lu diam ya!" bentak Lulu. "Maksud lu apaan? Mancing-mancing dari tadi." Pelototan Lulu dibalas dengan senyum manis oleh Devan. Tangannya mengusap sisa air mata di pipi Lulu. Lulu menampik kasar. "Jangan becanda Van!". Devan menarik napas, gemas melihat Lulu yang marah. "Lu, gw cuma gak mau lu disakitin. Itu doang! Lagian tu cowok lemes amat mulutnya. Greget gw!" "Tapi gak harus lu tantangin berantem. Lu gatal pengen nonjok orang? Bukan dia sasaran lu!" Devan tertawa sinis, "Bro, mantan gw melindungi lu nih!" soraknya ke Faisal yang udah mulai tenang. Faisal menyerngit kurang paham. "Takut amat dia muka bening lu gw jadiin samsak tinju." pancing Devan lagi sambil mencemooh. Faisal benar-benar kehilangan kesabaran. Ia berlari menuju Devan dan melayangkan pukulan. Lulu yang tadi di hadapan Devan, didorong ke samping oleh Devan sampai yang punya badan hampir oleng terjatuh. Dalam sekejap, Devan sudah memiting lengan Faisal dan menendang punggungnya. Faisal langsung tersungkur ke tanah. Tanpa menunggu, Devan sudah bersiap menghadiahi pukulan. Nyaris saja ia mematahkan hidung Faisal kalau saja Lulu tidak berteriak. "CUKUUUP!!" "Cukup Van! Please!" entah kekuatan dari mana ia berhasil menarik tubuh Devan dari Faisal sampai-sampai Devan terduduk. Lulu menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk tubuh Faisal supaya tidak jadi bulan-bulanan Devan. "Jangan lukai sahabat Andra! Hiks.. Huhuuu.." ratap Lulu. "Kalau Faisal terluka, Andra juga ikut terluka.. Huhuhuuu.." Lulu makin nangis kejer. "Sal, udah! Lu pergi.. Jangan.. ladeni.. dia.." Suara Lulu terputus-putus karena menangis. "Lu.. bentar lagi manggung kan.. Jangan sampai.. lu manggung.. dengan muka bonyok.. Fans lu.. Kanya.. bisa stress.." isak Lulu. Faisal yang dari tadi kesakitan, jadi meringis geli. Lulu masih sempat mikirin fansnya disaat begini. Sementara Devan menatap Lulu kecewa. Bisa-bisanya Lulu membela cowok lain di depannya. *** Drama ala-ala sinetron Ind*siar itu, berakhir dengan ceramah panjang satpam bioskop yang akhirnya datang setelah mendengar teriakan Lulu. Dan mereka bertiga sukses di usir keluar dari pelataran bioskop. Kalau masih mau drama sambung di tempat lain. Begitu omel pak satpam tadi. Devan memarkirkan motor sportnya di halaman sebuah cafe. Lulu yang sedari tadi heboh di belakangnya minta diturunin di jalan, akhirnya turun dengan susah payah. Ia mengumpat dalam hati, kenapa jok motornya harus setinggi ini! "Ngapain kita di sini? Antarin gw pulang gak!" Lulu menghentakkan kaki kesal. "Lu hari ini sumpah bikin rusuh ya Van. Nyesel gw jalan sama lu! Bikin malu! Hampir bikin orang bonyok! Lu tau gak, Faisal itu gitaris band kampus gw. Minggu ini mereka mau manggung di acara kampus. Coba lu pikir gimana jadinya kalau lu patahin hidungnya tadi? Dasar cowok gila!" cerocos Lulu tanpa jeda. Devan bersidekap menunggu Lulu siap berceramah. Lulu makin emosi melihat cowok yang sedang diomelinya itu malah senyum-senyum. "Ngapain lu senyum-senyum? Lu ngeledekin gw?" semprot Lulu lagi. "Kita makan dulu yuk Yang. Biar lu ada tenaga buat ngomel-ngomel." Lulu bergeming. Ia melengos kesal. "Gak! Gw udah kenyang sama drama tadi. Antar gw pulang atau gw pesal ojol nih?" Devan yang lebih tinggi dari Lulu, menggapai pucuk kepala Lulu dengan mudahnya. Diacaknya rambut cewek yang dari tadi tak hentinya cemberut itu, dan dibalas dengan tepisan plus pelototan. Devan tertawa gemas. " Lulu cantik, lu masih punya utang traktiran kan sama gw? Dan sekarang gw lapar, gimana dong?" Devan mengerling centil. "Dasar mafia! Tadi gw mo gantiin semua biaya nonton elu nya yang gak mau! Lu sengaja mengulur-ulur waktu biar lama sama gw?" semprot Lulu. "Haram hukumnya cowok ditraktir nonton Lu" "Hukum dari mana tuh? Hukum karangan lu? Ngeles aja! Tau gitu mending langsung makan aja dari tadi. Mana filmnya gak seru!" "Stttt... udah. Jangan ribut di parkiran. Malu diliatin orang. Mending kita langsung masuk, udah kelar makan tuh dari tadi" Devan menarik tangan Lulu yang sepertinya masih akan terus menyerocos. "Tuh kan, malu ribut-ribut di parkiran. Ngapain tadi pake acara berantem segala di parkiran. Lu kira gw tadi gak mal..." Lulu langsung terdiam karena Devan tiba-tiba meletakkan telunjuknya di bibir Lulu. Hampir aja terjilat. "Kalau lu masih ngomel gw bungkam sama ciuman nih!" ancam Devan iseng. Lulu langsung mengunci mulutnya. Dia tau kalau Devan yang ngomong, bisa jadi si gelo itu benar-benar nyosor di tempat umum. . . . " Enak Lu?" Devan bertanya ke Lulu yang walaupun sedang dalam mode ngambek tetap semangat kalau urusan kunyah mengunyah. Sepiring nasi hangat dan seporsi gede udang saus padang nyaris tandas dihajar Lulu. Emosi emang menguras tenaga! "Doyan atau lapar Lu?" Devan masih berusaha membuka percakapan walaupun dari tadi dianggurin. Lulu hanya membalas dengan lirikan. "Lu, boleh tanya gak?" Lulu gak menjawab, ia hanya menatap Devan sambil terus mengunyah. "Diam berarti boleh ya?" "Nama cowok lu Revandra?" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN