jalani saja

1143 Kata
manusia hanya mampu berencana Tuhanlah yang menentukan.... kata kata yang teruntai indah ditelinga Arin, seperti takdir sedang mempermainkanya,. dia berpedoman tidak akan pacaran dan fokus pada sekolahnya tapi takdir menghadirkan Afandy kepadanya hingga dia lupa pada komitmenya sendiri dan berpacaran dengan Afandy,setelah benih benih cinta itu tumbuh berkembang takdir pula yang menjauhkanya dari kekasihnya itu,. Dan kini Arin hanya bisa merenungi nasibnya,setelah lulus SMA dia tak bisa melanjutkan sekolahnya karna uang untuk biaya kuliahnya harus dipakai untuk berobat bapaknya yang tiba tiba terkena stroke bahkan dia harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan sehari hari, menjadi tulang punggung keluarga membuatnya lupa akan kebahagiaanya sendiri, waktunya habis untuk bekerja demi keluarganya. Jika ditanya tentang masalalunya bersama Afandy dia hanya akan menjawab jalani saja dan serahkan semuanya kepada takdir jawaban yang naif tapi dia hanya menghibur dirinya sendir,karna jujur sampai saat ini tidak ada satu kabarpun dari kekasihnya itu, dan ini sudah 10 tahun berlalu terlambat 6 tahun dari waktu yang dijanjikan. "nak duduk sini,bapak sama ibu mau bicara..." Arinpun menuruti perkataan ibunya,duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya. "bapak minta maaf karna beberapa tahun ini sudah merepotkanmu mengurusi bapak,.." "jangan berkata seperti itu pak...Arin gak suka" "sekarang bapak sudah sembuh bahkan sudah bisa bekerja lagi,bapak ingin kamu menata masa depan kamu,jangan hanya memikirkan kami saja.." "maksud bapak apa?kenapa ngomong seperti itu?" "maksud bapak, bapak ingin kamu menikah, usia kamu udah cukup matang untuk berumah tangga,apa kamu masih menunggu nak Fandy?" "Arin belum berpikir kesana pak,masalah Fandy biarlah takdir yang menentukan.." "jika sekarang ada lelaki yang ingin melamarmu apa kamu bersedia?" Arin tersentak dengan ucapan bapaknya "Arin gak mau dijodohin ya pak,...lagian Arin belum mikir mau nikah" " tapi usiamu udah 27 tahun nak...para tetangga juga pada ngomongin kamu"ibu juga ikut mendesaku "ibu...jangan didengerin kata tetangga, waktu kita susah dulu apa mereka yang kasih kita makan,enggak kan?pak..bu...Arin mohon jangan paksa Arin menikah,jika sudah ada jodohnya semua akan terjadi,Arin mau kekamar pak bu, mau nyiapin baju buat dibawa besok,. Inilah yang paling tidak disukai Arin setiap dia pulang kekampung halamanya,..seolah hal yang tabu jika ada anak gadis berusia 20 tahun lebih belum menikah,padahal rekan rekan kerjanya banyak yang belum menikah meski umur mereka mendekati kepala 3,bahkan ada yang sudah berumur 35 tahun. Sebagai seorang tamatan SMA,Arin hanya bisa melamar sebagai buruh pabrik dengan gaji rata rata yang penting baginya bisa untuk bayar kos dan makan serta mengirimi orang tuanya dikampung. Dilain tempat disebuah kamar berdominasi warna hitam putih,seorang lelaki menatap langit langit kamarnya...pikiranya menerawang pada seorang gadis yang menempati hatinya selama 10 tahun ini,. Gadis yang masih menunggu kepulangannya atau bahkan mungkin melupakannya karna dia hanya berjanji selama 4 tahun tapi kenyataannya sampai 10 tahun ini dia belum kembali bahkan tak pernah sedikitpun memberikan kabar padanya, tok...tok...tok... suara ketukan pintu menyadarkan Afandy dari lamunan panjangnya,dengan malas diapun berjalan membuka pintu " hai bro....boleh gue masuk!!" Fandy berbalik dan membiarkan sahabatnya itu masuk,. "ada apa..." " minggu depan ada peninjauan pabrik yang di Indo,lo ikut ya..." mendengar kata Indo membuat Fandy ragu,apa ia harus kembali ke tanah air bukan karna takut justru dia sangat ingin kembali dan melihat pujaan hatinya itu tapi status yang disandangnya sekarang yang membuat dia ragu haruskah ia kembali.. "akan aku fikirkan..." " kenapa masih harus dipikirin sich,bukannya lo pengen banget balik ketanah air demi kekasih pujaan hati lo itu?" "itu dulu,..sekarang keadaanku berbeda." "berbeda gimana? gak ngerti gue, bukannya selama ini lo ngejomblo demi cewek lo yang ditanah air itu, bahkan diumur lho yang udah kepala 3 ini gak nikah nikah juga karna dia kan" memang sahabatnya ini tak tau apa yang telah dialami Fandy,dia hanya memendamnya sendiri "suatu saat kamu akan tau sendiri..." jawab Fandy sedih teringat akan kondisinya "kapan kita berangkat?" "hari sabtu kita berangkat biar minggunya bisa istirahat,baru senin kita ke lokasi." Fandy hanya mendengarkan.. flash back 6 tahun yang lalu... Fandy memegangi kepalanya yang berdenyut seakan mau pecah,memang sudah beberapa bulan ini dia selalu merasakan sakit kepala yang luar biasa,.tapi tak pernah dianggap serius olehnya bahkan setiap sakit kepalanya datang dia hanya minum obat sakit kepala dan tidur besoknya pasti baikan begitulah seterusnya sehingga dia tidak pernah memeriksakan diri kedokter,. Tapi kali ini berbeda dia sampe berteriak karna rasa sakit yang dia derita,.apartementnya kedap suara itulah sebabnya seberapa keraspun dia berteriak itu hanya sia sia hingga diapun tak sadarkan diri,. Fandy tersadar keesokan harinya dengan menyisakan rasa sakit dikepalanya cuma sudah tidak seperti kemarin,lalu dia putuskan hendak memeriksakan diri kedokter,.meraih ponselnya diapun menghubungi clara sekretaris ayahnya untuk mengosongkan jadwalnya hari ini, Fandy sudah menyelesaikan studynya hanya dalam 3 tahun,dia ingin cepat kembali ketanah kelahirannya tapi siapa sangka ayahnya memintanya untuk mengurusi perusahaanya di Australia selama setahun karna perusahaan ayah yang di jakarta sedang bermasalah. "cla..kosongkan jadwalku hari ini,aku ada kepentingan mendesak" tanpa menunggu jawaban sekretarisnya dia langsung mematikan telpnya,menyambar kunci mobil dan keluar menuju parkiran apartement. Diruangan serba putih disinilah Fandy berada sekarang, tanganya masih gemetar memegangi kertas hasil diagnosanya,masih terngiang ditelinganya vonis dokter yang baru saja ditemuinya,..."dari hasil diagnosa kami, anda mengidap kanker otak stadium 3,dan kemungkinan bertahan hidup maximal sampai 6 tahun." musnah sudah semua harapan dan cita citanya dimasa depan,buat apa dia jauh jauh menggapai cita cita hingga meninggalkan kekasih tercintanya,keegoisannya menyuruhnya kembali ketanah air, tapi otak warasnya melarangnya,jika dia kembali meraih cintanya maka suatu saat diapun akan pergi meninggalkannya dan itu mungkin akan lebih menyakitinya,alangkah baiknya dia tidak kembali sehingga mungkin cintanya itu akan menemukan seseorang yang bisa mencintainya, itulah yang dia fikirkan dan akhirnya diapun memantapkan hati untuk menetap di Australia menyembunyikan penyakit yang dideritanya dari siapapun tak terkecuali termasuk keluarganya sendiri. flash back off "welcome my country....." teriak sendy saat kakinya menapaki turun dari pesawat,.Fandy hanya memandang sahabatnya sekilas kemudian diapun ikut melakukan hal yang sama barusan sahabatnya lakukan,memejamkan mata menghirup udara dalam dalam aku kembali sayang....tapi kembaliku bukan untukmu melainkan ingin memastikan kau mendapatkan pendamping yang lebih baik dariku. berkata dalam hati. Hari senin pagi,seperti yang dibilang sendy kalo hari ini mereka akan mengunjungi pabrik,.Agar tak terjebak macet dijalan sengaja pagi pagi sekali sendy sudah ada didepan kamar Fandy,.selama perjalanan tidak ada banyak obrolan,bahkan Fandy hanya menikmati pemandangan diluar jendela dengan berbagai macam fikiran yang ada dibenaknya, membayangkan seandainya saja tiba tiba dia bertemu dengan Arinka atau membayangkan seperti apa wajah gadisnya itu sekarang, ah terkadang dia senyum senyum sendiri tapi tak lama senyum itu berubah dengan raut kesedihan mengingat akan penyakitnya, Sendy hanya sesekali melirik sahabatnya itu tanpa mau mengganggunya,. Tiba dipelataran pabrik mereka turun dan langsung disambut oleh manager pabrik,melangkah masuk mengikuti arahan sang manager,. saat melewati ruang produksi tidak sengaja matanya menangkap sosok gadis yang sangat ia kenal tapi mungkinkah gadisnya itu bekerja disini, apalagi sebagai buruh,rasanya tidak mungkin karna mereka sepakat untuk mencapai cita cita bersama, karna penasaran Fandy pun menghentikan langkahnya hendak berbalik memastikan penglihatannya,baru akan berbalik sendy sudah menahanya " mau kemana...kita harus metting,para petinggi sudah menunggu kita." Fandy hanya menghela nafas,akhirnya dia melanjutkan langkahnya keruang metting
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN