perpisahan...

1033 Kata
author pov# Disebuah kamar yang sangat luas didominasi warna baby pink dan biru langit serta pernak pernik dengan warna senada,Arin terdiam terpaku diatas ranjang kamar ade,..hari ini fandy menjemputnya untuk acara perpisahan, ternyata bukan hanya perpisahan sekolahan melainkan perpisahan kepergian fandy keluar negeri, beberapa saat yang lalu " sayang kita ke kamar ade yukk ada yang mau aku omongin." fandy berbisik ditelinga Arin lalu menggandengnya ke kamar atas,Arin hanya menurut, pintu sengaja dibiarkan terbuka agar ayah dan bunda tak berfikiran macam macam tentang mereka,sesampainya didalam kamar fandy bingung ingin mulai darimana,karna memang selama ini dia tidak pernah memberi tahu sedikit pun tentang keinginanya melanjutkan study ke luar negri "yang...aku mau bicara sesuatu tapi aku harap kamu tidak merubah apapun yang ada diantara kita selama ini" fandy membuka pernyataannya yang membuat Arin sangat penasaran "sebenarnya aku sudah lama menginginkan kuliah diluar negeri, fandy menjeda ucapannya melihat reaksi arin,dan seperti perkiraanya Arin sangat terkejut diawal pembicaraanya dan ternyata aku mendapat bea siswa untuk melanjutkan study ku disana, sayang...aku tau ini berat bagi kita tapi seperti janji kita, kita akan meraih cita cita kita bersama, maka dari itu aku meminta padamu maukah kamu menungguku hingga aku menyelesaikan study ku...???" lama Arin terdiam tak tau harus menjawab apa, perasaannya memang sudah tak menentu saat fandy menjemputnya dirumah dan ternyata inilah jawaban keresahannya beberapa hari ini Arin terduduk diam ditepi ranjang milik ade, sementara fandy sudah berlutut dihadapannya sambil menggenggam jemari Arin "sayang...katakan sesuatu,please jangan hanya diam" Arin menunduk menatap fandy dalam,matanya sudah berkaca kaca tak tau apa yang harus dia ucapkan " don't cry please,ku mohon... maaf kan aku jika keputusanku ini menyakitimu,aku sudah berjanji untuk tidak menyakitimu ternyata aku mengingkarinya,maafkan aku...." fandy memeluknya erat dengan bertumpukan kedua lututnya,Arin tak sanggup lagi menahan air matanya,dibalasnya pelukan fandy,biarkan saja dikata dosa karna bukan muhrim tapi Arin memang butuh pelukan ini " kenapa kak....kenapa kakak gak bicara dari awal kalo mau pergi,kenapa baru sekarang" banjir sudah air matanya,dan fandy pun tak sanggup melihatnya semakin mengeratkan pelukannya, sementara itu didepan pintu ada bunda Amel dengan berlinang air mata,sama seperti anak laki lakinya itu,Amel juga tak tega melihat Arin menangis,apalagi semenjak anaknya itu mengenalkan dia sebagai pacarnya bunda Amel sudah menganggap Arin seperti anaknya sendiri,karna tak kuasa melihat adegan itu akhirnya bunda Amel meninggalkan kamar anak gadisnya dan niatnya untuk memanggil anak laki lakinya untuk turun ia urungkan. Fandy masih berlutut didepan Arin,dia melepaskan pelukanya, menghapus air mata diwajah Arin lalu meraih sebuah kotak dalam saku celananya, diserahkanya ke genggaman Arin sambil berkata " pakailah ini jika memang kamu mau menungguku, kali ini aku tak ingin egois memaksamu, aku takut akan melukaimu lebih dalam jika aku memaksamu, aku tak bisa menjajikan apapun padamu tapi tetap satu yang tak akan pernah berubah dari dulu sekarang ataupun nanti yaitu cintaku padamu, hanya itu yang mampu aku janjikan padamu jika kamu mau menungguku.." "berapa lama kak...kakak melanjutkan study kemana?" "ausy...aku tak tau berapa lama aku disana tapi aku akan secepatnya menyalesaikan gelar master ku disana demi bisa kembali padamu, seperti kataku tadi, aku tidak bisa menjanjikan apapun selain cintaku padamu, karenanya semua keputusan ku serahkan padamu, i love you myhoney, aku menunggumu dibawah, semoga kamu mau memakainya" Fandy bangkit berdiri dan sekali lagi mengeratkan genggamannya sebelum melangkah keluar kamar membiarkan Arin berfikir tentang keputusannya,. Lama Arin terdiam dan merenung, diusap usapnya kotak pemberian fandy,berfikir keputusan apa yang harus ia berikan, menunggunya dan terikat janji yang entah sampai kapan atau melepasnya dan menyerahkan pada takdir, sudah terbiasa dengan sikap pemaksanya fandy,dia selalu menuruti apa yang lelaki itu ucapkan dan pinta, tapi kini dia disuruh memilih sendiri tanpa paksaan apa yang harus ia lakukan,.setelah berfikir sangat lama bahkan teman teman fandy satu persatu berpamitan pulang tapi Arin tak menunjukkan tanda tanda hendak turun, akhirnya dia memutuskan memantapkan hati untuk turun kebawah membawa kotak pemberian fandy. Dengan raut kecewa fandy menatapnya karna tak memakai kalung yang dia berikan, sampai dihadapannya fandy berusaha untuk tegar dan ikhlas dengan keputusan Arin, dia berusaha tersenyum meski itu terasa sakit baginya, kekasih hatinya tak meu menunggunya, dia sangat kecewa dengan keputusan Arin. Arin berdiri dihadapanya meraih tangannya menyerahkan kotak yang tadi dia berikan, namun apa yang dibisikkan gadis itu membuatnya berbinar tak menyangka "aku ingin kakak yang memakaikannya sendiri dileherku" kata ajaib yang keluar dari bibir Arin membuatnya seakan tak percaya. Dengan cekatan fandy membuka kotak dan mengambil kalung berlambang huruf F kemudian memakaikannya dileher Arin sebelum gadis itu berubah fikiran "terimakasih sayang,...aku janji aku akan secepatnya menyelesaikan study ku dan kembali padamu..." Arin hanya tersenyum dan mengangguk,. Semua orangpun ikut bahagia,bunda Amel menghapus air matanya kemudian mendekati anaknya "kamu sudah berjanji maka harus kamu tepati" "iya, bunda" "kamu juga boleh main kesini meski fandy tidak ada, rumah ini selalu terbuka untukmu, jangan sungkan y sayang kalo mau main,bunda pasti juga seneng banget kalo kamu mau main kesini Setelah drama panjang yang terjadi dirumah fandy, fandy mengajak Arin jalan jalan keluar " kakak berangkat kapan?" " minggu depan setelah ijazah dan surat surat lainnya kelar semua" lama mereka saling terdiam hingga mobil melaju kesebuah taman dan fandy menepikan mobilnya. "turun yukk,...udah lama kan kita gak jalan bareng,anggep aja malming." Arin hanya mengangguk menuruti permintaan fandy,. setelah beberapa menit mereka mengitari taman sampelah mereka disebuah bangku taman yang masih kosong, "sayang...trimakasih ya udah mau menungguku, aku janji akan segera pulang." "jangan berjanji lagi kak, aku takut kamu tak menepatinya." keduanya saling diam. benar yang dikatakan Arin, fandy hanya akan melukainya jika dia tak menepati janjinya,. Sesuai permintaan Fandy, Arin mengantar kepergiannya,di tempat ini mereka akan berpisah dan entah kapan akan dipertemukan kembali, Fandy hanya bilang paling lama 4 tahun dan dia akan kembali mengejar cintanya dan selama itu mungkin tiada komunikasi apapun diantara mereka, karna Arin pun menolak untuk dibelikan hp sebagai alat komunikasi mereka,.Arin hanya mempercayakan kepada takdir mereka, jika berjodoh maka mereka akan bertemu begitupun sebaliknya,. Teramat sulit bagi Fandy meninggalkan kekasih tercintanya, tapi semua demi cita cita yang ingin dia gapai ,Fandy juga berpesan pada Arin untuk mengejar cita citanya sehingga saat bertemu kembali nanti mereka sudah sama sama menjadi orang yang berhasil, itulah tujuan mereka, tapi mereka tidak tau bahwa takdir tidak memberikan jalan yang mudah pada mereka,seperti kata pepatah manusia hanya bisa berencana tapi Tuhanlah yang menentukan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN