bc

Kakak Iparku, Musuhku

book_age16+
294
IKUTI
1.5K
BACA
revenge
family
HE
love after marriage
confident
tragedy
comedy
mystery
friendship
sassy
like
intro-logo
Uraian

Menjadi adik kesayangan sangatlah menyenangkan, dimanja sudah pasti itulah yang dirasakan oleh Ezra. Namun, karena cinta ia harus rela mengemis kepada musuhnya sendiri yang bernama Elias agar mau menikah dengan abangnya yang bernama Aryan. Itu Ezra lakukan karena sangat mencintai abangnya dan ingin melihat abangnya bahagia dengan hidup bersama perempuan yang abangnya cintai.

Ezra pikir, setelah menjadi kakak iparnya, Elias akan bersikap layaknya kakak ipar, tapi pemikirannya sangatlah salah. Musuh tetap musuh!

Permusuhan yang terjadi antara Ezra dengan kakak iparnya selalu membuat keributan. Rencana demi rencana selalu mereka lakukan walau sama-sama berujung gagal.

Apa yang membuat Ezra dan Elias bermusuhan?

Kira-kira apa yang terjadi jika seseorang di masalalu bisa membuat kehidupan mereka semua porak-poranda?

Bagaimana jika cinta membuat balas dendam serta permusuhan menjadi sirna? Akankah cinta bisa mengalahkan kekecewaan dan tetap bertahan?

chap-preview
Pratinjau gratis
1-Dunia Cahaya
Cahaya yang datang secara tiba-tiba mengagetkan mata, tapi tidak untuk orang-orang yang sudah biasa akan hal itu. Bukan biasa, tapi memang sudah terbiasa. Seorang wanita masih tetap berdiri dengan senyum manis yang terbit, sesekali gigi putih bersihnya ia pamerkan. Mata yang penuh ambisi terus menatap lurus ke depan jika ada orang yang memandangnya bahkan bisa terpana. Baju berwarna pink soft sepanjang bawah lutut melekat dengan indah, belum lagi kesan rambut yang tergerai tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek menambah kesan feminim dan jangan lupakan polesan pada wajahnya yang sangat natural, tapi menawan apa lagi ada lesung pipi layaknya aktris bollywood, Preity Zinta, kaki yang terbungkus sepatu high heels makin menambah kesan dewasa pada dirinya. "Sempurna," ujar seseorang memandang wanita yang sedang duduk manis. "Rara memang sempurna boss," ujar seseorang menanggapi ucapan bosnya itu. Wanita yang masih berpose layaknya seorang model padahal ia adalah seorang desainer yang cukup dikenal kalangan orang kaya, tapi kali ini ia menjelma menjadi seorang model dadakan. Ia adalah Ezra atau akrab disapa Rara. "Ya, kamu benar. Rara memang cocok untuk menjadi seorang model." Marta tersenyum memandang Ezra yang masih berpose dengan arahan. "Bos gak salah pilih ups gak salah seret," ujar Ratna selaku asisten Marta. "Siapa dulu dong, Marta." Mereka pun tertawa mengingat apa yang sudah terjadi. Marta adalah seorang desainer, satu frekuensi dengan Ezra dan sahabat baik Ezra. "Yaa benar. Bos yang pandai bermain drama," kekeh Ratna. Flashback On "Ayo lah, Ra. Sekali ini aja, tega kamu sama sahabat sendiri. Aku juga gak akan maksa kamu kalau model aku ada." Marta mengemis untuk mendapatkan persetujuan dari sahabatnya. "Aku bukan model, Marta. Aku desainer sama kayak kamu." Ezra sudah lelah rasanya menanggapi ucapan sahabatnya itu. "Tega banget. Bisa tutup butik aku kalau ini gak terjadi," ucap Marta sudah frustasi. "Ha? Tutup?" Ezra terkejut. "Iya, ini kan kontrak, kalau enggak ada modelnya gimana buat menuhin promosi." Marta sudah lemas mengingat apa yang akan terjadi. Ezra sekilas melihat sahabatnya itu yang sudah duduk di sofa dengan raut wajah sedih. Ada perasaan tak tega, tapi Ezra sadar diri, ia bukan model. Mana bisa ia berpose layaknya model profesional walau ia sedikit paham dengan gaya di depan kamera. Sunyi itulah yang terjadi di ruangan itu. Helaan napas pasrah, "Ok, aku mau," ucap Ezra pada akhirnya. "Serius?" Antusias Marta dengan binar mata bahagia. "Iya, tapi cuma kali ini aja," ujar Ezra memperingati. Marta pun mengangguk. Flashback off Dan sekarang bisa melihat Ezra berpose dengan gaya yang diarahkan oleh fotografer profesional. "Luar biasa, Marta. Dari mana kamu dapatin model secantik ini?" tanya Baim selaku fotografer dari pihak Marta. "Selama ini aku sembunyikan," jawab Marta dengan kekehannya. "Enak aja lu," timpal Ezra kesal. Marta pun tertawa begitu juga dengan asistennya, Ratna. "Jangan dengerin dia, Baim," ucap Ezra. Ia sudah tahu akal-akalan sahabatnya itu. Di kasih hati minta jantung begitulah Marta. "Tapi kamu sempurna untuk jadi seorang model, Ra." Baim kembali memuji Ezra. Menurutnya Ezra memang sangat cantik. "Tuh kan apa aku bilang. Kamu cantik, Ra. Jadi, model aja lah juga," ujar Marta mengangguk menyetujui ucapan Baim. "Dunia aku fashion bukan cahaya," kesal Ezra. "Sekalian gitu, kan sama aja," ujar Marta. "Jelas beda lah. Udah ah, aku mau pulang," ucap Ezra. "Terima kasih Marta," kode Ezra pada sahabatnya itu. Marta cekikikan,"Sama-sama sahabatku," ujarnya. Ezra memutar bola matanya malas sudah jengah dengan kelakuan sahabatnya itu. Drama mengemis yang dilakukan Marta sudah cukup membuatnya kesal, tapi ia menyayangi sahabatnya itu. Walau ia kesal, tapi tak ada rasa sesal. Marta pun langsung memeluk Ezra dari samping. "Terima kasih sahabatku," ujar Marta sambil mencium pipi kanan Ezra. "Ehmm," gumaman sebagai jawaban iya. "Ya udah, aku pulang dulu ya." Marta pun mengangguk setuju. "Sekali lagi, terima kasih dan hati-hati," ujar Marta yang diangguki Ezra. Ezra pun berpamitan pada semuanya termasuk fotografer yang bisa dikatakan tampan. Tak lupa juga pada Ratna, asisten Marta. Ezra pun bergegas ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Setelah berganti ia pun keluar dari gedung itu. Berjalan dengan anggun tak lupa senyum manis yang terlukis sangat jelas di wajah cantiknya. Ezra memang ramah, tapi ia tahu harus bersikap tegas atau bahkan sombong kepada orang tertentu. Misalnya, kepada para pesaing, ia harus tunjukan kewibawaannya sebagai desainer sekaligus pemilik butik. Pancaran mata penuh ambisi yang membuat lawan takut untuk menjatuhkan nama baiknya. Atau kepada musuhnya. Pesaing bukan berarti musuh, tapi musuh tetap ada. Ezra menyikapi para pesaingnya dengan sikap masa bodo. Mau menyukai silahkan, tidak menyukai juga silahkan. Karena prinsipnya cukup simpel. Semua orang berhak menyukai dan tidak menyukai, semua orang juga berhak mengkritik, berkomentar, jadi itu urusan masing-masing. Ezra memasuki mobil mewah berwarna putih miliknya, hasil dari kerja kerasnya. Untuk umur 25 tahun, ia sudah meraih kesuksesan yang cukup membanggakan. Walau ia terlahir dari keluarga kaya raya, tapi ia sangat mandiri. Saat ini ia tidak tinggal di rumah orang tuanya melainkan tinggal di apartemen mewah. Ia anak kedua dari dua bersaudara dan perempuan satu-satunya. Ezra memiliki satu orang abang yang sangat ia sayangi. Menjadi adik kesayangan sangatlah menyenangkan. Selalu dimanja dan apa pun yang Ezra inginkan selalu dikabulkan, tapi ia jarang meminta karena sikap mandiri sudah melekat padanya. Hari sudah akan menuju senja, cukup melelahkan hanya dengan berpose di depan kamera. Ya, pengalaman perdana untuk Ezra. Ia pikir akan menyenangkan karena hanya tebar pesona saja, tapi ternyata tak mudah. Perjalanan menuju apartemen bisa dikatakan tak mulus, macet sudah pasti karena ini ibu kota. Bunyi klakson terdengar nyaring di telinga. Banyaknya kendaran semakin membuat jalanan terlihat penuh. 20 menit sudah berlalu akhirnya Ezra terbebas dari penjara jalanan yakni macet. Ia sudah sampai di parkiran apartemen. Ezra keluar dari mobil tak lupa menyandang tasnya dan juga makanan yang sempat ia beli tadi. Berjalan sambil mengecek ponselnya dan ternyata sudah ada pesan dari abang tersayangnya. Pesan singkat pengingat untuk makan. Ezra tersenyum melihat sikap manis abangnya itu walau sudah sama-sama dewasa, tapi tidak ada yang berubah. Abangnya selalu menganggap dirinya adik kecil. Ezra pun segera menelepon abangnya. Sekali panggil langsung terjawab. Tak butuh waktu lama menunggu telepon diangkat. "Hallo, how are you?" tanya Ezra dengan kekehan. "How are you, how are you, where you?" jawaban dari seberang ponsel. "Rara sudah di apartemen, Bang." Ceklek "Nih, baru aja masuk," ucap Rara. "Ya udah jangan lupa makan terus istirahat." "Siap Pak Bos," ujar Rara geli sendiri mendengar ucapan abangnya yang selalu itu-itu saja. "Abang juga jangan lupa mandi haha," tawa Ezra meledak. Abangnya pun tertawa di seberang sana. Terlihat kedekatan di antara mereka berdua. "Dasar adik kecil," kekeh abangnya. "Ya udah, abang mau pulang dulu." "Siap Pak Bos, hati-hati." Panggilan pun berakhir. Ezra meletakkan ponselnya di atas meja begitu juga dengan tas. Ia hanya membawa bungkus makanan. Ezra keluar dan duduk di kursi balkon sambil menikmati ayam goreng yang ia beli tadi tak lupa meminum cappucino dingin. "Hai, apa kabar? Terima kasih sudah datang dan jangan lupa hadir kembali esok hari, senja." Ezra tersenyum pada rona oren kemerahan yang tergambar jelas di langit. Senja mengajarkan kita tentang arti kata kembali. Selama apa pun tak muncul akan kembali tampak ketika sudah waktunya. Jangan memaksa sesuatu untuk selalu ada. Ezra pun masuk kembali ke dalam karena senja sudah berganti dengan kegelapan. Pertanda malam sudah hadir. Dan saatnya ia mandi lalu menikmati waktu istirahat.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
51.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook