“Tenangkan dirimu,” Darren menyodorkan segelas air putih ke hadapan Matilda. Beberapa saat lalu Matilda melihat apa yang sejak kemarin ia ingin ketahui tentang ‘setan runcing’. Jimmy hampir menghabisi nyawanya sendiri dan itu membuat Matilda panik alih-alih beringsut ke belakang dengan tubuh bergetar dan Darren sibuk menahan aksi Jimmy dalam melukai dirinya sendiri. beberapa menit sampai Matilda menyadari bahwa ia tidak bisa tinggal diam dan berlari menuju ranjang meminta pertolongan perawat pribadi Jimmy melalui tombol dalurat, dan hingga akhirnya Jimmy mampu tenang kembali.
“Kerja bagus untuk tadi, terima kasih karena telah menekan tombol dalurat untukku. Kamu tidak apa-apa kan?” Darren memposisikan dirinya tepat di hadapan Matilda yang masih termenung.
“Y—ya, aku tidak apa-apa. Tolong biarkan aku tidur sekarang.”
Darren mengangkat tangan kirinya dan melihat sebuah jam yang melingkar di sana, “kamu akan tidur setelah kita bertemu Dr.Albert, tidak masalah kan? lima menit lagi kita harus menemuinya.”
Matilda menghela napas, “baiklah, aku sangat ingin sembuh.”
Darren mengukir senyum, betapa itu juga keinginannya untuk Matilda. “Mari bersiap,”
Matilda turun dari ranjangnya dan mengekori Darren keluar dari ruangan. Selama perjalanan menuju ruangan Dr.Albert mereka sama sekali tidak berbicara selain Matilda yang sesekali bersenandung dan Darren yang tanpa sadar tersenyum karenanya. Darren mengetuk pintu, ada sebuah kaca persegi di pintunya itu untuk memudahkan Dr.Albert mengetahui siapa yang berada di depan ruangannya.
“Dokter, aku kemari untuk mengantar pasienku.” Darren membungkuk memberi salam, Dr.Albert adalah orang yang paling disegani nomor tiga setelah Matilda dan Mr.Michael di Hiraeth. Kepintarannya tidak perlu diragukan lagi, di antara banyaknya Dokter psikologi disini Dr.Albert lah yang paling handal. Ditunjang oleh gelar di belakang nama serta penampilannya yang begitu berwibawa juga muda, jika tidak salah Dr.Albert baru saja melangsungkan pernikahan tahun lalu dan usianya hanya terpaut delapan tahun dengan Darren yang saat ini dua puluh tujuh tahun.
“Aku sudah mendengar bahwa dirimu yang kini merawat nona Matilda, silakan duduk disampingnya. Ada hal-hal yang perlu kamu dengar juga.”
Mendengar itu Darren merasa ia tidak layak duduk mendampingi Matilda, karena disana tidak ada perawat yang menemani para pasien ke dalam ruangan Dr.Albert apalagi duduk di samping pasiennya untuk ikut mendengarkan ucapan dokter. Namun ketika Darren melihat ke arah Matilda, wanita itu malah terlihat begitu bahagia seraya tersenyum ke arah Darren dan menepuk-nepuk kursi kosong di sampingnya. Sekali lagi Dr. Albert memberinya isyarat agar Darren mau duduk, lantas Darren tidak ada pilihan selain menurut saja saat ini.
“Darren, dari apa yang aku kaji pada Matilda ia memiliki trauma yang mendalam. Ada sesuatu yang sengaja dibuat rusak pada dirinya, sampai sejauh ini kami melakukan banyak metode terapi untuk mengetahui apa penyebabnya dan yang paling bekerja adalah terapi psikoanalitik atau psikodinamik. Dari metode tersebut kami berhasil mengetahui sesuatu yang terkubur di dalam memorinya dengan perlahan, seperti yang kukatakan barusan bahwa aku telah mengetahui kerusakan tersebut terjadi karena kesengajaan.” Darren mematung di tempat dan hanya mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda bahwa ia memahai apa yang dikatakan dokter Albert, dan Matilda sibuk memperhatikan tiga buah magnet berbentuk bulat yang saling mengayun di atas meja Dr.Albert dan Darren paham betul ekspresinya tidak menandakan bahwa apa yang dikatakan Dr.Albert barusan sampai ke otak gadis cantik itu.
“Secara umum metode terapi psikoanalitik dan psikodinamik memiliki kesamaan yang menekankan alam bawah sadar, mekanisme pertahanan, mimpi, ego, serta superego. Disana, peran psikolog mencoba membawa emosi yang tertekan, prilaku, serta lain sebagainya ke dalam kesadaran agar semua masalah mampu untuk diidentifikasikan,” Dr.Albert sedikit memberi pengetahuan kepada Darren mengenai salah satu teknik pengobatan psikologi yang akan diberikan kepada pasiennya saat ini.
“Selain itu, apa ada yang membedakan keduanya?” tanya Darren.
“Sebenarnya tidak mungkin bisa untuk membedakan antara psikoanalitik dengan psikodinamik sebab keduanya timpang tindih. Teori-teori tersebut dikemukakan oleh Sigmund Freud yang telah memunculkan serangkaian interventasi psikoterapi yang sangat luas. Namun, kita dapat menetapkan serangkaian karakteristik yang sering digunakan untuk membedakan atara kedua jenis intervensi ini. Pertama, Durasi pengobatan: Durasi pengobatan merupakan kriteria utama untuk membedakan antara psikoanalitik klasik dan terapi prikodinamik jika kita berfokus pada analisis praktik mereka. Sementara psikoanalitik dapat bertahan hingga 5 tahun, terapi psikodinamik lebih pendek karena mereka berfokus pada masalah pasien saat ini dan bukan pada kepribadian mereka secara keseluruhan.”
Darren mengangguk memahaminya, ia biarkan Dr.Albert untuk melanjutkan apa perbedaan yang berikutnya. “Kedua, Frekuensi sesi: psikoanalisik adalah perawatan yang jauh lebih intensif sebab dipraktekan tiga atau empat kali seminggu. Disisi lain, sesi terapi psikodinamik memiliki frekuensi yang lebih bervariasi. Bisa terjadi setiap minggu atau lebih jarang.”
“Ketiga, Membingkai terapi; dalam perawatan psikoanalitik secara tradisional, sofa digunakan untuk membuat pasien lebih mudah berkonsentrasi dan mengakses bahan yang tidak disadari tanpa gangguan interaksi dengan terapis secara langsung. Sedangkan secara sintetis, terapai psikodinamik lebih disesuaikan untuk setiap kasus tertentu.” Mendengar pernyataan Dr.Albert membuat Darren begitu antusias untuk mengetahui psikologi secara tiba-tiba. Ia merubah posisi dengan tegap untuk kembali mendengarkan ucapan Dr.Albert.
“Keempat, kedalaman analisis: psikodinamik telah dikembangkan sebagian besar sebagai cara menarapkan pendekatan psikoanalitik pada pengelolaan masalah tertentu. Ini membuat mereka jauh leibh efisien. Kelima, Fokus terapi: perbedaan ini terkait dengan kedalaman analisis. Sementara banyak terapi psikodinamik lebih berfokus pada proses tidak sadar terkait dengan alasan klien untuk berkonsultasi saja. Namun, dalam psikoanalitik kebutuhan untuk mengelola fokus berganda dan bergerak sangat dipertimbangkan. Dalam arti lain, psikoanalitik bermaksud untuk ikut campur tangan dalam konflik yang tidak diketahui pasiennya.”
“Yang keenam mengenai landasan teoritis: psikonalitik merujuk pada interventasi yang berfokus utama pada kontribusi Freud. Disisi lain, terapi psikodinamik meliputi kemajuan seorang penulis seperti Klein, Jung, atau Winnicott yang menekankan konsep-konsep seperti mekanisme pertahanan. Ketujuh, Teknik yang digunakan: dalam psikonalitik meliputi asosiasi bebas, interpretasi mimpi atau analisis resistensi dan transfer. Psikodinamik sendiri mengumpulkan kontribusi ini tetapi dalam banyak khasus mereka memiliki karakter yang lebih eklektik, termasuk teknik dan orientasi lain.”
“Bagaimana dengan kemanjuran kedua terapi ini, dok?”
“Nah itu nomor delapan, Penelitian tentang kemanjuran: psikoanalitik secara histori telah ditandai oleh penolakan terhadap metode eksperimental dan ilmiah. Sedang banyak terapi psikodinamik didasarkan pada bukti ilmiah tentang efektivitas metodenya. Ukuran efek terapi yang ini lebih unggul dari psikoanalitik dalam pengobatan sebagian besar gangguan spesifik,” ungkap Dr.Albert panjang lebar.
“Aku tidak begitu memahami mengenai psikologi, namun menurutku psikoanalitik lebih mendetail namun resiko kemanjuran dimenangkan oleh psikodinamik. Untuk ini mungkin aku hanya akan meminta yang terbaik untuk pasienku saja,” ucap Darren, diiringi seulas senyuman canggung yang sepat ia yakini akan terlihat konyol di hadapan Dr.Albert saat ini.
“Aku akan memberikan yang terbaik untuk Matilda. Bukan karena sebuah tuntutanku disini, namun sebuah kemanusiaan.” Darren termenung sejemang, ada arti tersembunyi dari penuturan Dr.Albert barusan.
“Sementara aku akan menidurkan Matilda di sofa, dan kamu tetap disini untuk mendengarkan.” Darren mengangguk, tak cukup berani untuk bertanya mengapa. Dan saat ini Dr.Albert menuntun Matilda pada sebuah sofa kuning yang terlihat begitu nyaman, tepat beberapa langkah di samping kanan meja dari Dr.Albert, di samping sofa tersebut langsung terdapat sebuah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan dari lantai lima gedung Hiraeth, ditunjang beberapa tanaman hijau yang menyegarkan, karpet berbulu, beberapa buku dalam sebuah nakas kecil, serta sebuah headphone yang diyakini Darren merupakan salah satu media penenang untuk pasien.
Sementara Dr.Albert memberi mantra hipnotisnya agar Matilda segera menuju alam bawah sadarnya, Darren hanya memikirkan ucapan Dr.Albert yang begitu mengganggunya barusan, entah hanya perasaannya atau bagaimana, namun Darren merasa ucapan Dr.Albert mengenai tuntutan pekerjaan di Hiraeth dan kemanusian seolah memiliki arti yang berbeda.
“Darren,” Dr.Albert membuyarkan lamunan Darren, tiba-tiba saja pria itu telah kembali ke kursinya dan duduk berhadapan dengan Darren yang kini seorang diri.
“Aku rasa kamu adalah orang yang baik, kamu juga pantas untuk menjadi perawat bagi Matilda. Aku sangat mengandalkan ketulusanmu dalam merawat Matilda. Wanita ini sungguh kasihan, dan aku tekankan untuk berhati-hati kepada Mr.Michael. Berhenti memberinya obat penenang dan menyuntiknya, Matilda masih dalam keadaan yang sangat mampu untuk ditangani jika saja obat-obatan disini dan kerja sama antara Mr.Michael bersama orang yang membawa Matilda kemari tidak dengan sengaja mengurungnya disini.”
Mulut Darren terbuka tanpa sadar, ini sulit dipercaya baginya. Bagaimana seseorang dengan tega merengut kebebasan seorang gadis malang, membuatnya rusak hingga mengurungnya di rumah sakit jiwa. Ini keterlaluan sekali, namun Darren tidak bisa menunjukan raut kekesalannya ketika mendengar itu dari mulut Dr.Albert. “Apa anda serius?”
“Kamu boleh mempercayaiku atau tidak, namun kuberitahu. Matilda, sembuh maupun tidak—tidak akan bisa keluar dari sini. Satu-satunya cara yang mampu kita lakukan adalah menjaganya tetap waras. Kutekankan, aku bekerja bukan semata tuntutan Hiraeth, namun untuk kemanusian. Itu adalah janjiku ketika bermimpi hingga kudapatkan gelar ini dengan penuh pengorbanan.”