Darren memandangi sekumpulan burung yang tengah mematuk makanan di atas rerumputan. Tak ada suara Matilda yang aktif bertanya seperti seperempat menit yang lalu. Kini wanita itu telah terlelap di bahu Darren dengan nyaman, sembari memberinya waktu Darren hanya berfokus pada pikirannya, sengaja ia beri jeda agar Matilda tidak terbangun saat ia memindahkannya ke kamar.
Darren bersama wanita ini baru mengenal kurang lebih dua minggu yang lalu, tak ia sangka bahwa saat ini ia merasa Matilda sangat dekat dengannya walau sesungguhnya ia sama sekali tidak keberatan dengan itu. Matilda tidak mengetahui apa-apa tentang dirinya-ini tidak seperti hubungan timbal balik, hanya Darren yang mulai mengetahui cerita Matilda dengan perlahan. Ada sedikit iba, serta penasaran yang mendalam akan sesuatu yang membuat Matilda harus bergelut dengan mentalnya dan terkurung di Hiraeth.
Darren sungguh berniat membantunya, entah untuk membantu memulihkan kesehatannya atau membawanya kembali ke tempat seharusnya. Darren mendesah, ia berbalik ke arah Matilda, dengan perlahan sedikit mendorong kepalanya menjauh dan ia memposisikan untuk menggendongnya.
Sampailah ia ke kamar Matilda, menarik selimut untuk si nona dan kembali memandanginya. Entah sejak kapan ia menjadi sering memperhatikan Matilda dalam tidur. Sungguh ia bukan pria c***l, namun entah mengapa presensinya penuh daya tarik dan misterius selalu membuat orang-orang penasaran akan hal dibalik seorang Matilda.
Ngomong-ngomong soal pria c***l, ia baru ingat temannya yang menonton Matilda saat membuka baju. Gila, pria itu harus mendapatkan pelajarannya. Darren segera bergegas keluar, tak lupa ia mengunci ruangan Matilda sebelum ia pergi. Darren menelusuri setiap sisi dari Hiraeth untuk menemukan sosok James--pria yang sangat ia kenal itu tak disangka tempo lalu membuatnya kecewa setengah mati setelah melihat sang kawan berada di deretan pria-pria gila yang asik memandangi Matilda yang hampir telanjang bulat dari jendela yang terbuka.
Kali ini Darren berhasil menemukan si pria bersurai coklat itu di sebuah kantin, tengah asik menyantap makan siang seraya bercanda tawa dengan para perawat wanita seolah ia tidak pernah melakukan kesalahan selama ini.
Darren menghampirinya dengan langkah yang cukup cepat, James yang menyedari itu langsung memperhatikannya seraya tersenyum lebar dan meminta Darren untuk bergabung bersama mereka.
"James, kita harus bicara." James memasang raut wajah kebingungan yang sumpah demi Tuhan itu membuat Darren ingin memukulnya di depan umum sekarang juga.
"Aku sedang makan, Darren." Ucapan itu semakin membuat Darren kesal, jika ia bicarakan di depan umum mungkin James akan dipukuli dan dihujani banyak caci-maki dari seluruh karyawan Hiraeth yang tengah makan siang saat ini.
Darren tak menjawab sepatah katapun setelahnya, membuat mereka hanya saling bertatapan sampai James mengerti dengan sendirinya dan mulai beranjak. Darren mengikuti James dari belakang, tak ada sepatah katapun dari kedua pria yang sebenarnya selalu terlihat dekat dan berasama dalam beberapa kesempatan.
Darren bahkan mengetahui lowongan pekerjaan di Hiraeth berkat James, mereka saling mengenal setelah Darren menolong James dari kejaran anjing liar di pertigaan menuju rumahnya. Pertemuan yang konyol, mereka bahkan sering kali mengingat kejadian itu sembari tertawa-tawa.
Mereka mulai dekat setelah James mengajaknya minum di rumah sewanya. Mereka saling bertukar cerita hingga Darren mengetahui pekerjaan James sebagai perawat pada salah satu rumah sakit jiwa. Kebetulan Darren yang kerjanya hanya memutari kota mencari selembaran lowongan pekerjaan di dinding-dinding kaca lestoran berakhir bertemu dengan James.
Semakin hari semakin dekat setelah mereka kini memakai seragam yang sama, tidak ada perselisihan selain pada detik ini--hanya karena seorang wanita gila.
James mendaratkan bokongnya pada sebuah kursi pada ruangan yang tidak terpakai. Hanya ada tiga kursi dan satu meja yang tidak tersusun dengan rapi, ruangan yang cukup privat untuk membicarakan hal yang cukup serius bagi Darren.
"Aku tidak ingin membahas ini, tapi aku tidak ingin ada kejadian selanjutnya," tutur Darren, sedang James hanya terdiam memandangi si lawan bicara mengutarakan keluhannya.
"Kamu tidak seharusnya berada pada jajaran pria gila yang menontoni wanita membuka baju." James membelalak, tak habis pikir kejadian itu akan sampai membuat Darren benar-benar menegurnya.
"Dia hanya wanita gila, Darren."
"Dan kamu waras kan, James?" James membeku, ada kilatan amarah pada sorot matanya.
"Pria waras tidak menontoni hal seperti itu, dimana nuranimu tega melakukan hal seperti itu pada seorang pasien?" ucapan Darren cukup tegas, dan mampu menyulut emosi James.
"Kenapa kamu begitu melindunginya? apa kamu menyukainya? apa pernah kamu menidurinya?" ucapan James nyaris seperti sebuah ejekan, dengan tawa tengil yang cukup khas pada seorang James jika ada yang cukup mengganggunya.
"Sialan, jaga bicaramu! Dia hanya seorang pasien rumah sakit jiwa yang memiliki hak dan privasi," tutur Darren, tanpa sadar tangan kanannya sudah mengepal sempurna setelah mendengarkan ucapan tak senonoh yang tak ia sangka akan keluar dari mulut James untuk dirinya.
"Kenapa kamu tidak ikut menonton pertunjukan gratis? bukankah kamu juga menyadari dia hanya wanita gila?" James memberi penekanan pada kata hanya di sana, susah payah Darren menahan diri agar tidak mengoyak mulut setan James sampai mengeluarkan darah berkat ucapannya yang sama sekali tidak menunjukan kesopanan.
Darren mendesah, "James, kamu tau betapa berharganya Matilda di Hiraeth? Ia penyumbang terbesar di rumah sakit ini."
"Aku lebih dari tahu, aku lebih dulu menginjakan kaki kemari sebelum aku membawamu kemari. Tidakkah kamu seharusnya bertingkah lebih baik kepada--"
"Bagaimana jika semua orang melihatmu? kamu ingin dipukuli, dikeluarkan dengan cara tidak hormat dan diberatkan denda?" James beranjak dengan cepat, seperti tidak ingin kalah.
"Aku tidak habis pikir kamu mengatakan itu pada seseorang yang telah menyelamatkan hidupmu dari pengangguran!"
"James, aku hanya meminta kamu tidak melakukan hal seperti kemarin, bukan aku tidak berterima kasih kamu membawaku kemari." Kedua netra James merotasi, disusul helaan napas yang terpaksa,
"Lantas? Jika tidak bisa memberi apa-apa untuk balas budi setidaknya biarkan aku melakukan hal yang aku mau di sini, sekalipun kamu adalah perawat pribadi Matilda."
"Mengapa harus Matilda?"
"Mengapa? tidak ada pria yang tidak tergoda padanya, kamu juga sama kan? jangan munafik, Darren." James masih bersikukuh bahwa tindakannya bukanlah tindakan yang tercela, sedang Darren tetap mencoba untuk meyakinkan James bahwa tindakannya tidak bisa dibenarkan dalam segi apapun.
"Sekalipun menyukainya, pria ber-etika tidak akan melakukan itu. Pria yang bersekolah tau bahwa tindakannya sama sekali tidak terpuji, pria sejati tau bahwa itu sama saja merendahkan seorang wanita. Kamu lahir dari seorang wanita, kamu mungkin memiliki adik perempuan, satu kemungkinan apabila kamu akan mempunyai seorang anak wanita nanyinya. Posisikan mereka berada di tengah keramaian pasang mata yang menontoninya bertelanjang. Dan rasakan apabila pria bebal dari mereka bersikeras bahwa itu hal wajar dilakukan pada mereka? jika kamu masuk kedalam permainan dan benar membayangkannya, bukan hanya memukulnya, aku bahkan ingin membunuhnya."
James mematung di tempat, keringat dingin sudah memenuhi pelipisnya. Bukan oleh kata-kata Darren, melainkan kehadiran tiga orang perawat di ambang pintu yang tengah menguping pembicaraan mereka berdua. James tahu kosekuensi apabila ia berani melakukan hal semacam itu kepada pasien vvip Hiraeth, siap di pecat, dibebani sejumlah denda, atau hidupnya terancam. Namun lonjakan rasa ingin tahu seorang pria pada hal-hal semacam itu membuatnya mengabaikan apa yang akan terjadi dihadapannya. Belum lagi yang ia intip adalah seorang Matilda, wanita cantik yang bahkan para pasien gila pun ingin menyentuhnya. Apa lagi ia yang normal.
Tiga orang perawat itu menghampiri mereka berdua ke dalam, Darren yang tidak menyadari presensi mereka cukup terkesiap kaget sekaligus tak menyangka bahwa mereka akan tiba-tiba berada di sana dan mendengarkan argumen antara dirinya dan James. Tiga perawat itu memberikan tatapan jijik pada James, tangan mereka mengepal dengan langkah kaki cepat dan mendorong James hingga mundur beberapa langkah ke belakang.
"Tidakkah kamu menyadari bahwa perbuatanmu itu sangat tidak terpuji?" Seorang dari mereka mencecar James, membuat James semakin tersudut dan Darren masih di tempat semula. Darren juga terlihat panik, sepertinya dia sedang menyusun rencana untuk membubarkan para perawat wanita di sana dan memastikan tidak ada ucapan mereka yang bocor hingga keluar.
"Sialan," James mengumpat, tatapannya tertuju pada Darren. Antara menyalahkan dan meminta pertolongan.
"Bisakah kita bicara baik-baik?" Darren akhirnya menengahi, melindungi James yang sebentar lagi akan dihabisi--atau mungkin seluruh penghuni Hiraeth sebentar lagi akan berkerumun dan mengadili James di sana.
"Dengarkan aku!!" ucapan Darren cukup tegas, membuat tiga perawat wanita disana benar-benar berhenti memukuli James.
"Kita memiliki profesi yang sama kan? keluhanmu sama seperti keluhanku, ada beban lain di pundak kita, ada masalah lain yang menanti untuk diselesaikan dan--"
"Sialan..jangan banyak bicara! langsung pada intinya!" James prustasi mendengar penuturan Darren yang bertele-tele.
"Jika kalian saling mampu memahami, tolong jangan biarkan berita ini sampai terdengar keluar. Sebaliknya aku akan memastikan bahwa itu kesalahpahaman dan tidak akan pernah terulang kembali," pinta Darren, berharap mereka mampu bekerja sama dengannya. Sungguh ia tidak ada maksud menjatuhkan James atas kejadian kemarin dengan mempermalukannya di depan semua orang. Hanya saja ini di luar kendali, tiba-tiba mereka datang dan mendengar semua ucapan mereka.
"Baiklah, kami akan mempercayakan semuanya padamu Darren. Namun jangan harap kamu bisa lolos dari pengelihatan kami, James. Kami akan mengawasi gerak-gerikmu mulai sekarang." James mendesis jengkel, seorang perawat wanita melayangkan pukulan di kepala James saking kesalnya.
"Baiklah, kalian boleh mengawasinya, sekarang tolong pegang janji kalian untuk tidak menyebarkan berita ini keluar, apalagi jika Mr.Michael mendengarnya." Setelah melakukan persetujuan akhirnya mereka pergi meninggalkan ruangan.
"Aku tidak akan pernah melupakan ini." James mengangkat telunjuknya pada wajah Darren, hendak berlalu meninggalkan ruangan sebab bagi James tidak ada yang perlu dikatakan lagi, ia sudah menanggung malu beberapa detik lalu.
"Berjanjilah untuk tidak melakukannya lagi," ucap Darren, menahan tubuh James untuk keluar sayangnya James sudah enggan berargumen bersamanya. Ia menghempas tangan Darren dan berlalu begitu saja.
Darren mengusap wajahnya dengan gusar, pertemanannya dengan James sudah pasti tidak bisa diperbaiki, namun James tetap bersalah dan ia tidak mungkin diam. Lagipula perlakuan Darren juga sebuah pertolongan untuk James seharusnya, andai kata orang lain yang memergokinya mungkin James akan di pecat dengan cara tidak hormat.