Ayudia Kalla, gadis yang dulunya sangat dian, Insecure, dan tidak punya teman lain sama sekali kecuali Aksa kini sudah tumbuh menjadi gadis yang lebih berani. Kalla lebih percaya diri dengan diri Kalla sendiri. Di sekolah pun Kalla lebih terbuka dengan semua orang. Guru, penjaga sekolah, satpam, juga teman-teman yang lain. Sayangnya, terkadang banyak teman laki-laki Kalla yang salah paham dengan keramahan serta kebaikan Kalla.
Salah satu hal yang membuat Kalla bisa sekuat sekarang adalah Aksa. Perhatiannya, kebaikannya, ketulusannya, dan keberadaannya membuat Kalla bisa menjadi seperti sekarang. Aksa sangat berjasa untuk kehidupan mental Kalla yang lebih baik. Meskipun tak jarang Aksa juga menambah masalah untuk Kalla. Seperti salah paham dengan teman-teman baru Kalla, terlalu posesif, over protektif, dan lain sebagainya. Namun, disamping itu, Aksa sangat berharga bagi Kalla.
Pulang sekolah, Aksa nongkrong bersama geng nya di markas kesayangan mereka. Teman-teman Aksa menyalahkan Aksa karena tidak ikut bolos sekolah. Aksa menanggapi masih santai.
"Aska, Cemen Lo. Kenapa tadi nggak ikut kita bolos sekolah? Nggak asik Lo!" Ujar salah satu teman Aksa.
"Hahaha, nggak ah bro. Gue lagi nggak mau bolos sekolah, nih. Males kena omel nyokap bokap," jawab Aksa kepada teman-temannya.
"Kalo gitu sekarang ikut dong pasti?" Celetuk teman Aksa yang lain.
"Wihh ikut kemana, nih?" Tanya Aksa penasaran.
"Party lah kita. Udah lama nih nggak party,"
"Kayaknya gue nggak ikut dulu lah, bro," jawab Aksa sambil bersiap untuk pergi.
"Yaaah, mau kemana Lo,Sa?"
"Mau balik dulu ya, gue. Besok besok gue ikut kalian, deh!"
"Nggak asik banget nih si Aksa," celetuk salah satu temennya.
"Hahaha iya nih gue lagi nggak asik banget. Pengen sih gue ikut kalian. Udah lama juga nggak party dan kumpul sama kalian. Tapi, kayanya sekarang nggak bisa deh. Gue cabut, ya!"
"Ohhh gue tau, nih. Kayanya gara-gara si cewek itu tuh," ujar salah satu teman tongkrongan Aksa.
"Siapa sih? Aksa udah punya cewek?"
"Udahlah, kemana aja Lo. Cantik banget sih, tapi nggak asik kalo sama cowoknya ngelarang-ngelarang kaya gini. Iya nggak bro?"
"Yoi, bro!" Jawab teman-teman Aksa dengan kompak.
"Weyyy, kenapa nih jadi bawa-bawa orang lain? Nggak ada hubungannya sama orang lain," ucap Aksa dengan emnahan emosi karena teman-temannya membawa-bawa Kalla dalam permasalahan mereka.
"Tapi bener kan, gara-gara cewek Lo itu Lo jadj berubah?"
"Siapa yang berubah heyy?" Tanya Aksa sambil masih menahan emosi dengan kuat.
"Lo lah, siapa lagi. Gara-gara dia, lo jadi nggak asik sama sekali. Nggak pernah ikut kumpul, lupa sama kit, sekarang mau cabut gitu aja."
Aksa mulai emosi karena teman-temannya menyalahkan Kalla. Padahal, Kalla tidak pernah ikut campur urusan pertemanan mereka. Kalla hanya tidak ingin jika pertemanan Aksa memberikan dampak buruk bagi kehidupan Aksa. Karena, Kalla hanya bisa menasehati Aksa, tidak seperti Aksa yang bisaa siap siaga untuk menjaga Kalla dimana pun dan kapan pun.
"Nggak nggak! Gue kaya gini emang lagi nggak mau kena masalah aja," ucap Aksa karena suasana semakin memanas antara Aksa dan teman-teman gengnya.
"Kena masalah, terus diputusin? Ahh udahlah, jujur aja nggak usah nutupin," ucap salah satu teman Aksa yang semakin membuat Aksa kesal.
"Ini masalah gue sama kalian, kenapa bawa-bawa Kalla?"
"Ohhhh namanya Kalla," teman-teman Aksa meledek Aksa.
"Sa, kita kan juga temen Lo. Kalau ada apa-apa di sekolah, kita juga ikut bantuin Lo kok. Kita yang selalu ada buat Lo di sekolah, bukan dia. Kenapa Lo malah nggak ada waktu buat kita? Sekarang kita dibuang gitu aja," ucap teman Aksa menyalahkan Aksa.
"Gue nggak ngelupain Lo semua. Tapi nggak semua hal harus gue turutin kan?"
"Waaaaaah, mulai berani nih anak."
"Kalau kalian mau ngerusak masa muda kalian, jangan ngajak teman kalian. Teman itu membawa kebaikan, bukan malah menjerumuskan kayak kalian ini!" Aksa mulai kesal sekali karena disudutkan terus oleh teman-temannya.
Teman-teman Aksa merasa jika Aksa sekarang menjadi lupa dengan mereka. Padahal, di sekolah teman-teman Aksa yang selalu ada untuk Aksa. Jika Aksa terlambat, teman-teman Aksa yang selalu memberikan dan mencarikan jalan keluar untuk Aksa. Jika Aksa dihukum, mereka juga yang akan selalu membantu Aksa. Sampai terkadang, mereka akan rela dihukum bersama. Namun, belakangan ini, jika teman-temannya mengajak Aksa untuk berkumpul, Aksa selalu menolak permintaan teman-temannya itu. Salah satu dari mereka pasti memergoki Aksa bersama dengan Kalla. Sekarang, Kalla sudah menjadi prioritas untuk Aksa. Teman-teman Aska mulai tidak terima karena merasa dibuang begitu saja. Aksa tetap membela diri jika Aksa tidak seperti yang teman-temannya pikirkan. Aksa hanya tidak mau pergaulannya merusak masa mudanya. Aksa tidak bisa melarang teman-temannya, tapi, setidaknya Aksa bisa melarang dirinya sendiri untuk tidak terjerumus ke arah yang salah.
"Kalla sama sekali nggak ada sangkut pautnya sama gue sekarang. Gue nggak mau nongkrong bareng kalian ya karena gue tahu arah kalian akan kemana," Aksa kembali mencoba menjelaskan.
"Alaaaaah, banyak omong lo! Kita selesaikan secara jantan!" Teriak salah satu teman Aksa di dalam basecampnya.
Saat Aksa dan teman-temannya akan memulai perkelahian, tiba-tiba saja ada suara sirine mobil polisi. Mereka panik dan bergegas meninggalkan tempat nongkrong mereka.
"Woyyyy polisi polisi! Buruan pergi!" teman Aksa menyuruh teman-temannya agar cepat pergi dari tempat itu.
Hanya Aksa saja yang masih tersisa di tempat itu karen Aksa merasa tidak melakukan apapun di sana. Aksa juga merasa aneh, kenapa tiba-tiba polisi datang ke sana. Tidak ada keributan dan tindakan kriminal, kenapa tiba-tiba ada polisi datang ke sana.
"Siapa yang manggil polisi?" Aksa heran.
"Loh, kok kemana polisinya?" Aksa bertambah heran ketika teman-temannya sudah pergi, sirine mobil polisinya juga berhenti. Aksa mencoba mencari orang lain di sekitar basecampnya.
"Pasti ada seseorang yang ngerjain gue sama anak-anak, nih," desis Aksa.
"Awwwwww," teriak Kalla terkena pecahan beling yang ada di jendela belakang basecamp Aksa dan teman-temannya.
Aksa mendengar suara itu, Aksa juga merasa tidak asing dengan suaranya. Tidak banyak mikir, Aksa langsung berlari ke arah belakang basecampnya. Ternyata benar dugaan Aksa, Kalla ada di sana.
"Kalla?" Aksa panik melihat tangan Kalla berdarah terkena pecahan beling di jendela basecamp Aksa.
"Kamu ngapain di sini sih? Di sini banyak pecahan kaca," Aksa menggandeng Kalla keluar dari basecamp.
"Kita keluar dulu dari sini, terus aku cari apotik ya buat beli obat merahnya," Aksa mengajak Kalla keluar dari basecampnya.
Kalla duduk sendirian menunggu Aksa membeli obat merah di apotik terdekat. Kalla menahan perih karena tangannya sobek terkena pecahan kaca di jendela tadi.
"Yaaampun Kal, kamu ngapain sih lagian di sini?" Aksa masih terus bertanya sambil mengobati tangan Kalla.
"Untung aja tadi aku lewat sini."
"Emang kenapa?"
"Kalau enggak kamu dan teman-teman kamu pasti udah babak belur semuanya."
"Mereka duluan yang mulai, bukan aku," Aksa membela diri sebelum disalahkan oleh Kalla.
"Tapi, kalau aku jadi teman-teman kamu, aku juga bakalan kecewa sama kamu," Kalla malah menyalahkan Aksa dalam hal lain.
"Loh, kenapa?" Aksa sampai melepaskan tangan Kalla karena terlalu terkejut dengan ucapan Kalla.
"Ya soalnya, yang nemenin kamu itu mereka, tapi yang kamu prioritasin aku," Kalla menjawab dengan percaya diri.
"Aku akan selalu ada buat mereka juga kok. Tapi, bukan dengan hal-hal yang seperti itu," Aksa tidak menyebutkan hal apa yang membuat Aksa tidak mau berkumpul dengan teman-temannya itu.
"Aku tahu, kok. Kamu nggak mau ngecewain Mama kamu, Papa kamu, dan aku," ucap Kalla sambil tersenyum senang dengan sikap Aksa.
"Ihhh pd banget kamu," Aksa meledek Kalla.
"Tapi aku yakin, kamu juga akan butuh mereka, bukan cuma aku aja," ucap Kalla sambil menarik tangannya dan mengambil alih untuk mengobati lukanya sendiri.
Aksa memang anak yang nakal di sekolah. Sering bolos pelajaran, terlambat, tidur di kelas, sampai nongkrong di kantin saat jam pelajaran. Tetapi, Aksa tidak ingin menambah kekecewaan lain kepada orang tersayangnya jika Aksa ikut melakukan hal yang tidak wajar untuk seumuran Aksa. Terutama, Aksa menjaga perasaan Kalla agar tidak kecewa dengannya.