[Joanna, maaf aku gak bisa jemput kamu. Mobilku mendadak bermasalah. Kita langsung ketemuan di mall aja ya, tepat di dekat pintu utama.]
Begitu, isi chat dari Bella.
Seperti janjinya kemarin, Joanna akan mengantar Bella ke mall. Tujuan utamanya tentu saja menghibur gadis itu, atas apa yang telah menimpanya akibat ulah Kennan.
[Oke.]
Setelah membalas chat. Ia memasukkan benda pipih itu ke saku celananya. Dan memilih menaiki bus untuk sampai di terminal yang jaraknya dekat dengan mall yang Bella maksud.
Joanna mensenyapkan notifikasi ponselnya sejak kemarin, agar tidak merasa terganggu. Semenjak kejadian itu, entah untuk ke berapa kali Kennan terus menghubunginya bahkan mengirimkan puluhan chat, dan sengaja tidak satu pun Joanna balas.
Pikirnya, beruntung Kennan sebentar lagi lulus kuliah, dengan begitu ia benar-benar bisa semakin jauh dari lelaki itu. Walau tidak dipungkiri, relung hatinya pasti terasa sesak karena tidak lagi dekat dengan Kennan.
Tangan kanannya tanpa sadar, asyik memainkan gelang yang melingkar manis di pergelangan kirinya, bertuliskan nama ‘Kennan’.
Sesampainya di mall. Ia mulai melangkah seraya menarik napas panjang, lalu menunggu di dekat pintu utama sesuai ucapan Bella. Sesekali, Joanna melirik jam tangannya, setelah sepuluh menit berdiri.
Satu jam sudah, tidak ada tanda-tanda Bella muncul. Bahkan, ia sudah mengirimkan chat dan menghubunginya, namun tidak ada respon dari Bella.
‘Tidak mungkin Bella lupa,' batinnya.
Telanjur datang, Joanna enggan untuk pulang. Kakinya memilih menaiki eskalator, ke lantai atas di mana ada toko buku yang biasa ia datangi saat ke mall.
Joanna terhibur dengan isi buku yang ia baca, sejenak melupakan rasa kecewanya pada Bella.
Setelah cukup untuk menghibur diri, Joanna bermaksud untuk pulang saja. Namun, manik mata hazelnya menatap punggung Kennan yang tengah berjalan santai.
‘Gue cukup mengenal dia, jadi yakin banget itu punggungnya Kennan,' batinnya.
Langkahnya menjadi cepat, berniat menyapa lelaki itu tapi tiba-tiba mengerem kakinya saat sadar akan janjinya pada Bella.
‘Oh, iya. Gue kan udah janji untuk menjauh, hampir aja lupa.’
Baru beberapa detik, kembali Joanna dikejutkan dengan seorang gadis yang berlari kecil bergaya sedikit manja, mendekati Kennan. Mereka berjalan beriringan bahkan cukup akrab.
Karena langkah mereka semakin jauh, Joanna tidak mengenali siapa gadis di samping pemuda itu. Yang pasti, hal itu sukses membuat Joanna geram.
‘Ternyata, Kennan cowok mata keranjang, buaya darat! Gak cuma godain Bella, lalu ngajak gue pacaran. Eh, sekarang asyik jalan sama cewek lain. Benar kata Bella, Kennan harus dijauhi.’
Diam-diam, tanpa sepengetahuan Joanna mau pun Kennan. Bella meminta seseorang untuk mengawasi ke arah mana Joanna melangkah, dan membuntutinya.
Orang suruhan Bella itu, memberitahu Bella lewat ear phone bahwa Joanna baru saja masuk ke toilet wanita. Tanpa menunggu lagi, Bella bicara pada Kennan.
“Ken, tunggu di sini ya. Aku ke toilet dulu,” ujar Bella.
“Oke.”
Bella menitipkan tas miliknya pada pemuda itu.
Sengaja, Bella berlama-lama di toilet – memastikan joanna sudah keluar.
Sesuai dugaannya, Joanna dan Kennan beradu tatap saat Joanna telah keluar dari toilet.
Wajah bahagia Kennan begitu kentara, ia mendekati Joanna.
“Jo, kamu di sini?”
Joanna terdiam, ia memindai tubuh Kennan dan berhenti di tangan pemuda itu yang tengah memegang tas wanita.
Joanna pun berdecih, sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya.
“Ya, gue ke sini karena ada perlu,” ujar Joanna ketus.
“A-aku juga ada perlu. Kamu sendirian?” Mata Kennan beredar, mungkin saja ada seseorang yang menemaninya.
“Gue pure sendirian. Gak kayak lo, yakin deh keperluanmu di sini adalah untuk nemenin cewek ya, kan?” Joanna kembali menatap tas wanita yang dipegang Kennan.
Lelaki itu, langsung memahami ucapan Joanna dan ingin segera meralatnya.
“Oh, ini milik ....” Kennan menggantung ucapannya.
Rasanya tidak mungkin ia jujur, jika tas yang dipegangnya adalah milik Bella. Malah akan menambah kesalah pahaman dan bisa-bisa Joanna akan menyangka jika mereka telah resmi berpacaran.
‘Lagi-lagi aku salah. Harusnya kutolak ajakan Bella,' batin Kennan.
“Hadeuh! Dari pada, gue buang-buang waktu nunggu lo yang tiba-tiba cengo’, lebih baik gue pulang.”
Joanna mempercepat langkahnya, membiarkan bulir bening lolos di pipi keduanya.
‘Salah. Gue salah menyukai dia.’
Sementara itu, Kennan tidak menyadari jika Bella telah keluar dari toilet. Bahkan gadis itu dengan penuh kebencian, menatap Kennan yang masih tertuju pada Joanna yang main jauh.
‘Segitu besarnya, kamu suka sama Joanna. Padahal, jelas-jelas aku jauh lebih cantik dari dia,' batinnya.
Setelah menarik napas panjang, Bella menghampirinya.
“Aku udah selesai,” ucapnya tersenyum manis.
Kennan terhenyak dengan suara mengejutkan dari Bella, ia pun berdehem dan merapikan kemejanya.
“Lagi lihat apa sih? Fokus gitu, sampai gak sadar aku datang,” ucap Bella.
Kennan terkekeh hambar. “Ng-nggak. Tadi, aku sepertinya lihat seseorang yang kukenal, tapi kayaknya salah orang.”
Bella mengangguk saja.
“Ya udah. Sebelum pulang, kita makan dulu yuk! Aku tau kamu capek dan lapar diajak keliling dari tadi.”
“Yuk!”
Diam-diam, Bella tersenyum penuh kemenangan.
‘Makanya, jangan coba-coba menyakitiku. Atau kubalas dengan yang lebih perih. Dan kalian ... teruslah hidup dalam kesalah pahaman, sampai makin menjauh,' batin Bella.
.
.
Quotes of the day : "Kita memang tidak bisa membuat orang lain, selalu sejalan dengan pikiran kita. Sering kali butuh kesabaran untuk menjelaskannya.
Happy reading kesayangan__salam hangat, DeePurple.