26. Hubungan

1015 Kata
Selesai acara, Harpa turun dari panggung. Leader dari masing-masing grup memberikan Harpa buket bunga. Jika tangannya sudah penuh, sebagian akan diberikan pada Adras. Terakhir Harpa bersalaman dengan Regal. "Aku sangat menunggu comeback Diamond," ucap Harpa. "Saya akan merasa terhormat apabila Anda dapat mendengarkannya lebih dulu dan memberikan masukan, Nona," timpal Regal. Harpa terlihat sangat senang. "Terima kasih banyak. Aku sangat merasa terhormat untuk itu. Hanya saja, jangan bedakan aku dengan fans lainnya. Aku tetap saja hanya fans," timpal Harpa. Gadis itu sempat bersalaman dengan Dios. Saat itu jantung Harpa berdebar dengan kencang. "Salam kenal, Nona. Saya Dios. Maaf terakhir kali kita bertemu, saya tidak memperkenalkan diri dengan baik," ucap pria itu. "Gak apa. Kamu ganteng banget," celetuk Harpa sambil nyengir. Tak lama dia menepuk mulutnya sendiri. Semua orang di sana terkekeh, kecuali Adras. "Nona, sebaiknya kita lekas undur diri," tegas Adras. "Iya!" jawab Harpa galak. Dia kembali melihat ke arah Dios. "Itu, kamu bisa berikan tanda tangan di sini?" Harpa memberikan syalnya dan sebuah spidol. Dios mengangguk. Dia meraih dua benda itu dan menandatanganinya. Terlihat sangat senang wajah Harpa. Inginnya langsung berjingkrak, hanya saja dia tahu Adras akan memarahinya lagi. "Ini, sesuai yang Anda inginkan, Nona." "Makasih banyak. Ini untuk hadiah ulang tahun sahabatku. Dia staf di sini juga. Namanya Narvi," jelas Harpa. "CEO," panggil Adras. "Sebentar, kenapa, sih?" omel Harpa sambil memelototi sekretarisnya itu. "Kalau begitu, boleh saya meminta akun media sosialnya? Biar saya yang mengucapkan secara pribadi," tawar Dios. "Kamu baik banget," puji Harpa. Mereka saling bertukar akun media sosial. Setelah itu, Harpa pamitan dan langsung meninggalkan ruangan. "Berapa kali saya tekankan untuk menjaga sikap Anda, Nona. Ingat, itu bisa menjadi skandal kembali. Meski dua tahun berlalu, orang bisa saja mengorek masalah itu lagi." Sepanjang jalan menuju kantor, Adras memberikan ceramah. "Di sana gak ada orang lain lagi, kan? Kebanyakan orang di perusahaan kita. Gak mungkin mereka bocor keluar," keluh Harpa. "Anda jangan salah Nona, tak semua orang di perusahaan ini menyukai Anda. Karena itu berhati-hatilah," tegas Adras. Harpa mendelik. Padahal dalam hati dia sudah tahu apa yang Adras maksud. Surat dari Papanya sudah memberikan gambaran tentang itu semua. Harpa hanya ingin memancing rumput liar keluar dari permukaan tanah. Mereka tiba di kantor. Harpa menyimpan ponsel di atas meja. Benda itu bergetar, jadilah wanita itu kembali meraih ponselnya. "Nona, ini akun pribadiku," isi pesan yang Dios kirim. Jelas di sana Harpa langsung mencelat sambil tertawa riang. "Apa ada yang salah, Nona?" tanya Adras. Harpa menggelengkan kepala. Kalau sampai tahu, Adras pasti akan melarang. "Gak apa. Aku cuman dapat bonus koin untuk baca novel online," dusta Harpa. Mereka langsung fokus pada pekerjaan. Harpa dan Adras membahas satu per satu dokumen yang ada di atas meja. Sesekali Harpa mencuri waktu hanya untuk membalas pesan Dios. "Makasih banyak sudah menghubungiku. Kalau ada waktu, boleh aku menanyakan beberapa hal?" tanya Harpa melalui pesan. "Tentu, Nona. Saya sangat senang bisa membantu Anda." Jawab Dios memang tak langsung. Sepertinya ada banyak hal yang harus pria itu lakukan. Sebenarnya Harpa tahu kalau Dios pintar membuat lagu dan ia ingin membuat pria itu pun berkarir solo. Selama ini Dios banyak terjebak dengan aktivitas grup sehingga potensinya kurang tergali. "Menurut saya untuk sektor ini akan lebih baik kita tidak membebankan biaya hanya untuk produksi. Karena promosi video pendek hanya menggunakan sedikit setting. Saya menonton beberapa video yang sukses dan kebanyakan malah apa adanya," komentar Adras. Harpa menyimpan ponsel. "Kalau kita manfaatkan set di kantor bagaimana? Fans sangat penasaran dengan keadaan kantor. Kalau perlu kita tiru beberapa konsep agensi luar yang memiliki museum dan cafe." Harpa menunjukkan beberapa set promosi kantor agensi di Korea. "Untuk cafe saya setuju. Hanya museum, mereka sudah lama berdiri. Lain dengan Callir. Perusahan ini dulu lebih menekankan pada produksi fashion dibandingkan musik dan hiburan, tak banyak yang bisa dipajang." Tiba waktu makan siang, Adras pamit setelah membawakan Harpa makanan. Pria itu akan makan di kantin dengan Okna karena memang tunangannya itu terus meminta waktu bersama. Jadilah Harpa memanggil Narvi ke kantor. Kesempatan yang pas untuk membentuk strategi. "Dios?" tanya Narvi kaget. "Iya, kita akan libatkan dia dalam hal ini. Dios bisa menggerakkan netizen. Dalam posisi ini, perlindungan dan dukungan masyarakat paling penting. Gera tak bisa kita pandang sebelah mata." Harpa berkeliling untuk ke sekian kali. Dia mencari barang kali ada alat penyadap di sana. Untung Narvi sempat menemukan benda itu sehari sebelum Harpa masuk kerja. "Dengan hilangnya alat penyadap itu, aku yakin sekali Gera langsung berhati-hati," tambah Narvi. "Aku menegaskan Adras yang melakukannya. Kemarin aku minta Adras membuang kemasan makanan dan di dalamnya aku simpan alat tersebut." Harpa kembali duduk. "Kenapa kamu gak ajak Adras sekalian bergabung?" tanya Narvi. "Kamu bercanda? Dia tak percaya padaku. Di depan matanya aku hanya gadis manja dan bodoh." Narvi terkekeh. "Memang kamu kayak gitu, kan?" ledek Narvi. Harpa menunjukkan tinjunya. "Hei, aku ini atasan kamu sekarang!" omel Harpa. Narvi mengatupkan bibir. "Orang tua Okna punya hubungan baik dengan Gera. Aku tak tahu Om Thyon ada di pihak mana. Dia mendukung Papa, tapi menikahkan Adras dengan putri Fatur." "Memang ambigu." Narvis memakan bento yang dia ambil dari kantin kantor. "Isla akan datang besok. Dia akan bantu kamu di kantor." "Kamu sudah beritahu dia tentang keadaan kita?" Narvi mengambil gelas kopinya. Harpa mengangguk. Dia memijiti kening. Terasa sakit karena tak seperti biasanya, dia kuran tidur. "Dia siap segalanya. Isla sangat pintar dalam strategi. Lebih dari itu, dia bisa membaca ekspresi dan sikap seseorang." Narvi menggeser posisi duduknya. "Bagaimana bisa kita mengalahkan dunia hanya dengan tiga orang wanita? Memang ada Dios, hanya dia pasti sangat sibuk." Harpa menggeleng. "Dios pasti akan membantu. Kamu tahu dia pernah memiliki dendam pada Gera?" tanya Harpa. Narvi menaikkan sebelah alis. Harpa mengetuk-ngetuk meja kerjanya. "Saat ibu Dios masuk ICU, tak ada satu pun staf yang memberitahunya. Dios protes dan Gera dengan keras bilang kalau Dios lemah dan tak pantas ada dalam Diamond. Aku yakin masalah itu tak mungkin Dios lupakan. Dia bahkan tak bisa melihat ibunya di saat terakhir." "Kamu gimana caranya bisa tahu itu?" tanya Narvi bingung. Harpa agak terbatuk. "Kamu dulu tahu sebucin apa aku sama Dios. Sampai dia sedih saja aku cari tahu hingga ke akar-akar."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN