"Kamu beneran mau datang?" tanya Narvi sambil duduk di sofa rumah Harpa. Dia menunggu Harpa membuat keputusan dalam memilih baju yang mana akan gadis itu kenakan di acara pertunangan Adras malam ini.
Harpa masih mematut di depan cermin. "Aku kenal dengan desainer yang Okna minta buatkan gaun pertunangan," ucap Harpa.
"Lalu?" tanya Narvi bingung. Dia pikir apa bagusnya tahu hal itu.
Harpa tersenyum sambil memandang ke arah Narvi. "Aku lihat gaun itu juga. Makanya aku buat tiga yang jauh lebih anggun," jawab Harpa.
Narvi jelas saja terheran-heran. "Apa yang sebenarnya ada di otak kamu, Harpa? Kalau Okna tahu maksud kamu ini, dia bisa marah dan jelas kamu akan bermasalah lagi dengannya," nasihat Narvi.
Harpa malah tersenyum licik. "Aku sengaja. Kadang kita harus memberikan penutup kisah yang indah agar tidak menyesal. Lagian setelah ini aku pergi ke Eropa. Biar saja Okna sendiri yang mengingatku sebagai mimpi buruk di acara pertunangannya," timpal Harpa. Gadis itu tertawa kemudian pergi ke kamar mandi. Dia sudah putuskan mengenakan gaun putih dengan motif renda. Terlihat sederhana, tapi elegan.
Selesai mandi Harpa langsung mengenakan gaun pilihannya. Pintu terdengar diketuk. Narvi buka pintu kamar itu. "Selamat sore, Nona. Make up artist dan hair stylist yang dipanggil Nona Harpa telah datang," ungkap pelayan yang muncul di sana mengenakan kemeja putih dan rok span selutut.
"Suruh masuk saja. Harpa sedang berpakaian," jawab Narvi. Pelayan mundur untuk memberikan jalan bagi make up artist dan hair stylist tersebut. "Selamat sore. Saya Bunga dan ini rekan saya Raisa. Nanti akan ada tiga orang asisten kami ke mari untuk membantu tugas kami," ungkap Bunga, make up artist yang memang sangat terkenal di sana.
"Silakan masuk, Nyonya Bunga," pinta Narvi membuka pintu lebih lebar lagi. Kedua wanita itu masuk ke dalam. Narvi menunjuk sofa agar mereka duduk di sana.
Tak lama Harpa keluar dari walking closet. "Bu Bunga! Apa kabar?" tanya Harpa mendekati wanita itu dan memeluknya.
"Baik, Nona. Semakin cantik sekali Anda. Sudah siap untuk didandani?" tanya Bu Bunga.
"Tentu. Pokoknya temanku juga, ya? Hari ini aku ingin jadi yang paling cantik," pinta Harpa. Saking niatnya gadis itu sampai menyewa make up artist yang lebih hebat daripada yang disewa Okna.
Butuh berjam-jam bagi Harpa untuk dandan hingga rambut dan wajahnya kini terlihat jauh lebih cantik. "Dasarnya Nona sudah sangat cantik. Tanpa make up tebal pun sudah berkali-kali lipat kecantikannya," puji Bu Bunga.
"Aku suka sekali. Kayaknya aku akan mengalahkan point di pestanya malam ini," ucap Harpa. Dia mengusap rambut yang ditata keriting bagian bawahnya dan menyematkan jepit kupu-kupu di samping kiri kepala.
Harpa dan Narvi sudah siap beraksi hari ini. Kedua wanita itu turun ke bawah. Agar make up dan dressnya tetap rapi, Harpa tak menyetir sendiri. Dia lebih memilih diantar oleh sopir.
Selama di jalan barulah Harpa yang tadinya santai berubah menjadi gelisah. Bahkan tangan Harpa terasa dingin. Dia berkali-kali menyentuh pipi. Sesekali Harpa keluarkan cermin dari tasnya. Dia melihat bayangan diri di sana.
"Aku masih cantik, kan?" tanya Harpa.
"Kamu takut kalah saing sama Okna hanya karena keringatan?" ledek Narvi sambil tertawa. Harpa manyun kemudian memalingkan padangan ke arah luar jendela mobil.
Akhirnya gedung tempat acara terlihat. Gedung itu dindingnya terbuat dari kaca. Dari luar terlihat lampu dengan cahaya kuning gemerlapan. Dekorasi serba putih menghiasi bagian dalam. Mobil Harpa berhenti di depan teras. Kedua wanita di dalamnya turun. "Pak jemput kalau aku telepon, ya?" pinta Harpa yang dibalas anggukan oleh sopirnya.
Baru ia melangkah masuk ke dalam gedung untuk menunjukkan undangan pada pelayan yang ada di sana, Harpa sudah memukau tamu yang hadir. Wanita itu berjalan maju dengan penuh percaya diri dan senyuman di wajah.
"Harpa, mereka semua hampir pingsan lihat kamu secantik ini," puji Narvi sambil berbisik.
Kedua wanita itu duduk di kursi yang ditunjukkan oleh pelayan. "Mau ini?" tawar Narvi ketika seorang pelayan menawarkan mereka minuman.
"Aku air putih saja," pinta Harpa.
"Malam ini menjadi malam spesial bagi Adrasha Panca Adiswara dan Okna Maryani. Kini kita sambut highlight kita malam ini. Okna dan Adrasha!" panggil MC acara hari itu. Semua tamu berdiri dan memberikan tepukan tangan, termasuk Harpa.
Okna sengaja meminta pelayan memberikan kursi paling depan untuk Harpa agar gadis itu melihat paling jelas bagaimana kemesraan Adras dengannya. Sedang Adras sendiri kaget, melihat sosok Harpa di sana hingga menatap gadis itu dengan mata yang terbelalak. Matanya bertemu dengan mata Harpa. "Dia kenapa kaget gitu lihat aku? Pasti karena aku lebih cantik dari tunangannya," batin Harpa.
Sedang Adras lain. Dia tak merasa mengundang Harpa malam itu. Adras memalingkan pandangan pada Okna dan jelas tahu siapa pelakunya. Okna tersenyum ke arah calon tunangannya sambil sesekali menunduk malu.
Seorang staf naik ke atas panggung membawa kotak berisi cincin pertunangan. Papa Adras dan Okna bergantian memberikan sambutan. Dan kini acara paling ditunggu mulai. "Silakan kepada pasangan untuk saling memakaikan cincin. Pertama oleh Adras untuk Okna," ucap MC.
Adras mengambil cincin dan menyematkan di jemari manis Okna. Kemudian giliran Okna yang melakukannya. Tepukan tangan terdengar riuh di sana. Okna melirik sambil tersenyum licik ke arah Harpa. Dia peluk lengan Adras dengan erat seakan sangat memiliki pria itu. Sedang Harpa masih santai saja. Gadis itu malah menyibak rambut ke belakang hingga terlihat lengkungan lehernya.
"Selamat kepada pasangan baru malam ini. Semoga langgeng sampai hari pernikahan. Dan pasti diberi kemudahan dalam setiap langkahnya, Aamiin. Silakan kedua pasangan saling pandang dan memberikan pujian masing-masing. Kalau perlu yang mesra agar penonton malam ini merasa greget dengan kalian," tambah MC.
Okna kembali melihat ke arah Harpa. Kemudian dia langsung menarik kepala Adras agar mendekat. Seketika bibir keduanya bertemu. Jelas terbelalak mata Harpa melihatnya. Setelah Okna menjauhkan bibir, Adras terlihat mematung. Sedang tamu lainnya bertepuk tangan dengan riuh.
"Sama sekali kejadian tak terduga. Mempelai wanitanya imut sekali," komentar MC. Okna tersenyum puas. Dia senang melihat reaksi Harpa yang terlihat tak nyaman. Tangan Harpa memegang ujung taplak meja putih dengan erat.
"Kamu pikir kamu siapa? Memangnya aku peduli? Aku akan berikan rasa sakit lebih dari ini untuk kalian berdua, lihat saja!" batin Harpa.
Pasangan itu turun dari panggung. Mereka menyalami teman-teman mereka yang datang malam itu. Harpa meneguk satu gelas penuh air putihnya. Dia berdiri dan menyapa teman-teman satu kampusnya. Sempat Harpa bertemu dengan Okna.
"Wah, aku tak mengira Nona Kariswana hadir di acara pertunanganku," ucap Okna pura-pura tak tahu.
Harpa tersenyum sinis. "Tentu saja aku hadir. Aku menghormati orang yang mengundangku. Hanya saja, aku tak yakin bisa hadir di hari pernikahanmu. Bahkan aku tak yakin hari itu akan terjadi." Harpa menyenggol lengan Okna saat melewati gadis itu.
"Apa maksudmu?" tegur Okna. Harpa melenggang saja pura-pura menghampiri Papanya yang juga hadir di sana. Sedang Okna terlihat kesal mendengar ucapan Harpa barusan.