Setelah berjalannya waktu Sekolah berlangsung seperti biasa rutinitas sekolah mulai belangsung, suasana kelas gray terlihat sangat tidak ada kemajuan dibalik karena nilai mereka yang rendah mereka juga rata-rata malas karena mereka sudah mulai capek dan tidak bersemangat ketika membandingkan dengan kelas lain. Rina berdiskusi dengan teman - temanya di kelas gray dan menanyakan pada mereka,
“apakah kalian mengikuti kegiatan sekolah atau ekstrakulikuler?” kata rina menanyakan pada teman sekelasnya.
“aku belum mencobanya emang kenapa Rin?” ujar teman Rina
“kita memang diperlakukan seperti sampah disini kita! kelas gray tidak bisa masuk maupun mengikuti ekskul apapun!!” argumen Rina seolah berpengaruh pada temannya juga.
“hah apa benar? terus bagaimana kita bisa belajar diluar pelajaran atau non formal?”
Lalu Rina menjawab “baiklah akan ku tanyakan ini pada pa Ronal, bagaimanapun kita juga siswa diamond school dan kita juga punya hak memakai atau ikut serta pada ekskul ini!”
Adrian yang hanya duduk santai di bangkunya walaupun sambil memainkan hp nya rupanya dia juga memperhatikan percincangan Rina dan teman – temannya. Adrian sudah tau sebelum mereka membicarakan ini ketika dia berkeliling melihat sekolah pada sekre atau ruangan ekskul sekolah hamper rata – rata semua memberikan aturan tertulis kelas gray tidak bisa mengikuti ekskul in bahkan laboratorium, ruang rapat juga tidak boleh dimasuki kelas gray.
Lalu pa Ronal masuk ke kelas gray karena pada saat itu akan berlangsung pelajaran matematika dan kebetulan memang Ronal adalah guru matematika. Rina langsung memberi pertanyaan pada pa Ronal bahkan belum memberi kesempatan pa Ronal untuk memulai pelajaran.
“pa kenapa kelas ini tidak di ijinkan untuk mengikuti ekskul?” Rina bertanya pada pa Ronal.
“iya memang benar, kalian bisa melihat di belakang kelas kalian ada lahan kosong? Manfaatkanlah lahan itu untuk kegiatan seperti layaknya ekskul.” Ujar pa Ronal
Siswa lain bernama Fery protes “ya gabisa gitu pa kita juga ingin memakai lapangan utama diamond school yang bagus, alasan saya masuk kesini karena saya berbakat dalam semua olahraga dan kenyataan nya saya ditempatkan di ruangan sampah ini!”
“Fery jaga ucapanmu, Jika kau masih ingin disini belajarlah seperti biasa!!” jawab pa Ronal sambil menatap Fery.
“i…iya pa baik” ucap Fery sambil menundukan kepala.
***
Pelajaran dimulai dengan pelajaran matematika, kelas gray ternyata diberi ulangan mendadak, mereka mengerjakannya dan memberikan diberi waktu oleh pa Ronal. Setelah diselesaikan dan dikumpulkan tidak heran dan tidak aneh sesuai prediksi pa Ronal ketika memeriksanya di ruang guru, mereka mengerjakan dengan hasil yang tidak memuaskan ada pula yang mendapat nilai standar seperti Adrian dan Rina. Namun ada yang menjadi perhatian rupanya Garry mendapatkan nilai sempurna pa Ronal tidak percaya dan terus memandang kertas milik Garry yang telah dikumpulkan babersama siswa kelas gray lainnya.
Sambil terheran – heran dia berbicara dalam hati “tunggu dulu apakah ini benar? aku tidak menyagka sama sekali kelas gray memiliki siswa yang pintar. Mungkin dia nyontek atau dia melakukan cara yang curang untuk mendapatkan nilai sebagus ini, akan kupastikan nanti bagaimanapun aku harus memastikannya dengan memberinya ulangan terus”.
Di ruangan tersebut guru lain menyapa Ronal “lagi meriksa ulangan harian pak? Bagaimana dengan kelas gray apakah semakin memburuk hahaha, mana coba lihat ulangannya pak” ujar salah satu guru sambil bercanda pada pa Ronal.
Pa Ronal tidak mau jika rekan di ruang guru nya mengetahui nilai Garry ternyata bagus walaupun ulangan harian ini materinya dengan level yang tidak sulit karena dia ingin memastikannya dulu. Sambil menyembunyikan kertas ulangan Garry. Lalu pa Ronal merespon “ah ibu Silvi kaya yang ga tau aja ya begitulah kelas gray seperti tahun tahun sebelumnya”. Uajr pa Ronal.
“memang benar ya dengan adanya kelas gray di diamond school siswa siswi di sekolah ini jadi tersaring dan dipisahkan, jadi orang yang berbakat seperti di kelas gold, silver dan bronze tidak terkontaminasi atau tidak terpengaruh buruk dari kelas gray, bukan begitu pa Ronal?” ujar bu Silvi.
“entahlah bu saya tidak tahu apakah sistem di diamond school ini baik atau tidak” jawab pa Ronal sambil membereskan meja kerjanya.
“Waah sepertinya ada yang mulai memperhatikan kelas gray nih hahaha, bercanda pa bercanda” kata bu Silvi sambil pergi ke luar ruang guru.
Pa Ronal memikirkan kata – kata ibu Sivi tadi, setelah lima tahun mengajar dia bingung dan belakangan ini merasa kasihan pada kelas gray sebelumnya pa Ronal hanya mengajar dan bekerja sesuai standar diamond school tanpa melihat sistemnya karena menurutnya dia percaya sistem ini yang membuat diamond school menjadi sekolah swasta terbaik dan suatu kebanggan dirinya bisa mengajar di sekolah ini, namun dia menyadari bahwa kelas gray butuh perhatian.
***