Lucas pulang ke rumah utama yaitu rumah orangtuanya, dia akan pulang ke apartemennya besok. Lucas membaringkan tubuhnya di atas ranjang, entah kenapa hari ini terasa sangat lelah, Lucas merasakan hari ini sangat panjang mulai dari dia menghadiri kencan buta, lalu dia yang dikira supir taxi sampai akhirnya mencegah orang yang ingin bunuh diri,
Ah, itu tidak bisa disebut sebagai bunuh diri karena adanya kesalahpahaman diantara mereka berdua, ternyata gadis yang Lucas tidak tahu namanya itu hanya ingin menikmati pemandangan bukan ingij melompat dari atas sana.
Mengingat gadis itu, entah kenapa Lucas merasa sangat senang bisa bertemu dengan gadis itu dan berbagi sedikit ceritanya, Lucas tau mereka tidak akan bisa bertemu lagi dengan gadis itu tapi rasanya ada perasaan aneh yang membuat Lucas ingin bertemu lagi walau hanya sekali.
Kira-kira siapa ya nama cewek cantik itu?
Diana?
Putri?
Claudia?
atau Rani?
Ah, terlalu banyak Lucas menebak sampai dia merasakan kepalanya pusing karena terlalu banya pikiran yang ada di dalam otaknya, dia ingin tidur dan melupakan semua masalah yang ada di dunia ini dan pergi ke alam mimpi.
Namun, saat dia memejamkan matanya baru sepuluh detik pintu kamar Lucas didobrak dengan kencang oleh orang yang tak bertanggung jawab dan alhasil Lucas membuka matanya kembali dan menghela nafas malas melihat Dirga yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah lesuh dan jelek itu.
Namanya adalah Dirgantara Prayoga, sepupu Lucas yang jauh dari kata waras karena laki-laki itu selalu bertingkah aneh, sebenarnya Lucas dan Dirga bisa dibilang sebelas dua belas karena tingkah mereka yang selalu menjadi bahan perbincangan, keduanya jauh dari kata elegan.
Lucas berdiri dan melihat sepupunya yang sudah teler karena alkohol itu, dasinya melonggar dan dia bersandar di daun pintu kamar Lucas. "Kasian banget gue liat lo kayak gini Dir, menyedihkan." kata Lucas pilu melihat sepupunya yang sudah kacau.
"Shenaaaa aaaa jangan tinggalin akuuuu." Dirga beteriak, merengek dan bahkan terus memanggil nama Shena yang tak lain adalah mantan pacarnya.
Bisa dibilang Dirga adalah sosok pria setia yang jika sudah menetapkan hatinya dengan satu wanita maka wanita itu yang akan memegang hatinya sampai kapanpun, namun nyatanya kisah cinta Dirga tidak semulus jalan tol, hubungan mereka kandas terhalang restu dan jadilah Dirga seperti ini, mabuk dan terus memikirkan Shena.
Tubuh Dirga merosot di pintu dan kini dia duduk di sana sambil terus menangis tanpa henti, menangis tapi tidak mengeluarkan air mata dan rengekan terus keluar dari mulutnya. Lucas yang melihat itu langsung merasa iba dan pada akhirnya dia menghampiri Dirga dan berlutut di samping laki-laki itu.
"Udah Dir, siapa yang bawa elo ke rumah?" tanya Lucas, jangan bilang kalau dia menyetir sendiri dari bar ke rumah, jangan bilang.
"Tadi, sama pak Yono." jawab Dirga.
Lucas menghela nafas dan kemudian melihat wajah Dirga yang memerah, pipinya terbakar karena alkohol dia sepertinya minum beberapa botol dan berakhir menyedihkan seperti ini. "Kasian banget sepupu gue." kata Lucas dan kemudian membantu Dirga untuk berdiri dan membawa laki-laki itu ke kasurnya.
Hanya Lucas dan Dirga lah yang belum menikah di keluarga ini, bedanya Dirga tidak memiliki ibu seperti ibunya jadi Dirga tidak diteror untuk segera menikah berbeda dengan Lucas yang hampir setiap hari selalu mendapat ancaman serta pesan teror dari ibunya sendiri dan isinya selalu sama yaitu, KAPAN MENIKAH.
"Tidur gih." Lucas membuka sepatu Dirga dan meletakkannya di lantai. Dirga harus beterimakasih kepada Lucas besok pagi, dan mungkin besok pagi Lucas akan melempar wajah Dirga dengan sepatu karena sudah merepotkannya seperti ini.
"Shenaaaa.... SHENAAAA." Dirga menarik tubuh Lucas dan memeluknya erat, "Shena jangan tinggalin aku." Dirga melantur dan Lucas berusaha untuk keluar dari pelukan Dirga karena ini sangat menjijikan.
"Lepasin gue." Ujar Lucas hendak berontak namun sialnya Dirga malah semakin mengeratkan pelukan mereka sehingga membuat Lucas terperangkap di dalam dekapan Dirga.
Lucas menyerah, satu-satunya jalan yang dapat dia lakukan adalah membiarkan Dirga memeluknya dan menganggapnya sebagai Shena. Lalu setlah Dirga terlelap baru dia akan melepaskan diri ari laki-laki b******k ini.
Hingga pagi datang dan mereka berdua tertidur dengan posisi saling berpelukan layaknya pengantin baru, karena lelah tak sengaja Lucas ikut tertidur di dalam pelukan Dirga.
Yang pertama kali membuka mata adalah Dirga, Dirga membuka matanya dan melihat wajah Lucas yang tepat di depan wajahnya bahkan sangat dekat dan dia tersadar kalau mereka saling berpelukan. Gerakan berlebihan Dirga membuat Lucas terusik dan kemudian membuka matanya.
Lucas langsung membulatkan matanya ketika melihat wajah Dirga yang terlalu dekat dengannya.
"AAAAAAA!!!!!" Mereka berdua berteria dan langsung menjauhkan diri masing-masing. Lucas menutupi bagian depan dadanya dan melihat Dirga dengan tatapan horor.
"Lo ngapain anjir?" tanya Dirga kaget.
"Lo yang ngapain, ini kamar gueee!!" Lucas balik bertanya.
Dirga melihat sekeliling kamar dan memang benar ini adalah kamar Lucas, Dirga meringis sambil memegang kepalanya yang terasa sangat pening, dia baru ingat kalau semalam dia mabuk berat dan berakhir di sini.
"Lo mabuk tadi malem!"
"Iya gue tau, gue inget!" Dirga membela diri dan kemudian menjatuhkan dirinya di atas kasur karena merasa perutnya mual.
Lucas yang melihat Dirga yang sudah ingin muntah langsung panik, "JAUH-JAUH DARI KASUR GUE HEY DIRGA k*****t!" Teriak Lucas namun naas Dirga sudah memuntahkan cairan bening di atas kasur Lucas, membuat laki-laki itu langsung menjerit. "DIRGA KAMPRETTTT!!!"
Semua pelayan yang ada di dalam rumah itu terkejut dengan teriakan Lucas yang membahana itu, dan mereka semua tau jika Lucas sudah marah seperti itu pasti penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Dirga.
***
Lucas sudah memasang wajah masam di meja makan tanpa melirik Dirga yang berkali-kali menampilkan cengirannya kepada Lucas, ingin meminta maaf namun sepertinya Lucas sudah badmood abis dan tidak mau berurusan dengan Dirga lagi.
"Nanti spreinya tolong diganti ya mbak, dicuci yang bersih soalnya ada anak yang muntah." Ujar Lucas melirik Dirga yang malah asik melahap makanan yang ada di depannya. "Baik tuan."
"Makasih mbak." kata Lucas kepada pelayan itu dan tatapannya kembali kepada Dirga yang sudah asik dengan makanannya.
Manusia si pencinta makanan alias mulut sampah, semua makanan pasti Dirga makan bahkan jika mereka sedang di luar dan makanan Lucas tidak habis maka tenang saja karena ada Dirga yang akan menghabiskan makanan tanpa sisa. Dirga paling anti membuang-buang makanan.
Saat mereka sedang asik makan tiba-tiba datanglah mamanya yang bergabung ke meja makan. "Ehh ada Dirga." katanya dengan lembut dan kemudian mengambil sendok dan garpu secara bersamaan.
"Pagi tante."
"Pagi."
Dirga tersenyum sopan dan kembali melahap makanannya sedangkan Lucas hanya bisa terdiam, nafsu makannya sudah hilang entah kemana karena pasti akan ada topik yang keluar dari mulut ibunya sendiri yang membuat Lucas ingin muntah karena sudah terlalu sering mendengarnya.
"Dirga, kamu nggak nikah?"
"Uhuk!" Dirga batuk-batuk mendengar pertanyaan tante Ria yang tak lain adalah ibu Lucas, dia melirik Lucas yang hanya menggeleng pelan, sudah tidak bisa memberi tahu ibunya sendiri, melihat gelengan kepala Lucas membuat Dirga langsung kembali menatap tante Ria.
"Ah, nanti dulu tante jangan buru-buru ah, kan Dirga mau sukses dulu." kata Dirga diselingi tawa dan Lucas hanya bisa merutuki dirinya, jawaban Dirga bukanlah jawaban yang pas.
"Loh? Kamu itu sudah besar, sini dengerin tante,"
Lucas menghela nafas, sesi ceramah dimulai. Lucas dan Dirga saling melirik.
"Seharusnya kamu udah punya anak di umur segini, tapi nyatanya kalian masih main-main sama perempuan aja, menikah itu perlu dan harus dan bla bla."
Lucas dan Dirga sudah lelah mendengarnya sampai akhirnya Dirga bangkit, "Maaf tante kayaknya aku harus pergi deh ada urusan." Ujar Dirga sambil bangkit dan melemparkan senyuman kepada tante Ria.
"Oh begitu ya? Yaudah hati-hati."
Dirga tersenyum lebar akhirnya dia bisa terlepas dan keluar dari sini, sebelum pergi Lucas langsung memanggil Dirga. "DIRGA!"
Dirga menghentikkan langkahnya dan melihat sepupunya yang sudah menatap Dirga melas dan dari tatapan matanya dapat terlihat jelas apa maksud dari Lucas memanggil namanya.
TOLONG_KELUARIN_GUE_DARI_SINI.
Kira-kira begitu yang diinginkan Lucas dan untungnya Dirga baik dan tidak sombong dan lebih lagi Dirga cepat tanggap.
"Oh ya Cas, lo harus ikut gue ada sesuatu yang penting banget."
"Oh ya? Yaudah yuk berangkat sekarang!" Lucas bersemangat dan kemudia segera bangkit dari duduknya.
"Kalian mau kemana?"
"Ada urusan bisnis mah," kata Lucas membenarkan kemejanya dan langsung melangkah menghampiri Dirga.
"Oh yaudah kalau gitu, jangan lupa sambil nyari jodoh yaa."
Lucas meringis, bahkan saat mereka mau pergi juga masih diingatkan dengan jodoh-jodoh-dan jodoh. Lucas mengangguk paksa dia sudah gemas dengan mamahnya sendiri, "Iyaaa mama sayaaang." kata Lucas tak ikhlas.
"Yaudah yuk ah, kelamaan." Dirga yang juga sudah tidak kuat langsung mendorong Lucas keluar dari ruang makan yang berubah menjadi api neraka itu.
"Kok lo tau sih gue butuh bantuan Dir?" tanya Lucas masuk ke dalam mobilnya dan laki-laki yang bernama Dirga itu masuk ke kursi penumpang di sebelah Lucas.
"Siapapun orang kalau udah sama emak lo pasti nggak nyaman, karena ditanyainnya horor kapan nikah, kapan nikah." Ujar Dirga lalu menyandarkan kepalanya dan Lucas segera menyalakan mobil.
Lucas setuju dengan Dirga kalau ibunya itu memang ahli membuat siapapun tak nyaman, eh maksudnya ahli membuat jomblo tua seperti Lucas dan Dirga tak nyaman karena pasti yang ditanya adalah soal pernikahan sampai anaknya sendiri muak dan gemas.
"Gue mau ke perpus kota, lo mau ke mana? Gue anterin."
"Gue ikut." kata Dirga malas dan Lucas hanya diam sambil menyetir dan mereka berdua pergi ke perpustakaan kota.
***
Wendy sudah berada di perpustakaan, sebenarnya dia datang pagi-pagi sekali karena dia yang menjaga perpustakaan. Ada banyak orang yang berkunjung dan Wendy merasa sangat senang kalau perpustakaan sedang ramai seperti ini karena semakin banyak orang yang tertarik dengan literasi.
"Mbak Wen!"
Seseorang mengejutkannya dan Wendy langsung menoleh cepat melihat seorang gadis manis dengan lesung pipi dan kacamata bulat berdiri di hadapannya. "Apa Shen?" tanya Wendy.
Gadis manis dan cantik itu bernama Shena dia adalah seorang komikus yang sering sekali mampir ke perpustakaan, ingin mencari inspirasi katanya dan kadang juga perempuan itu menyelesaikan pekerjaanya di sini karena ada wifi gratis.
Karena sudah terlalu sering Shena dan Wendy juga sudah semakin akrab, Shena seperti seorang adik bagi Wendy dan Shena juga dekat dengan Lino.
"Mau pinjem buku yang ini." Shena memilih buku novel percintaan remaja untuk dijadikan bacaan dan Wendy memang sudah menebaknya. Mungkin kelihatannya umur Shena ini sekitar tujuh belas sampai dua puluh tahun, padahal umur gadis itu sama dengan umur Wendy yaitu dua puluh enam tahun, sungguh awet muda Shena ini.
"Oke, aku tandain ya." Wendy memberi cap di kartu perpustakaan Shena dan kemudian gadis itu tersenyum menerima kembali kartu perpustaakan yang tadi sudah diberikan kepada Wendy.
"Mau pulang Shen?"
"Nggak mau gambar di sini dulu sekalian ambil tema perpustakaan kan jadi lebih mengkhayati gambarnya." kata Shena sambil menunjukkan tablet besarnya kepada Wendy dan Wendy langsung mengangguk, "Shena ke sana dulu ya." Gadis manis itu mengambil novel yang tadi dia pinjam dan langsung pergi ke pojokan perpus, memang tempat itu yang paling sepi dan nyaman.
Kringg
Suara bel berbunyi halus pertanda ada orang yang membuka pintu perpustakaan, Wendy menoleh ke arah pintu dan melihat dua orang laki-laki yang wajahnya ketutupan matahari pagi namun segera terlihat saat pintu tadi tertutup rapat. Dua orang laki-laki dengan postur badan yang sangat tinggi serta wajah mereka yang tampan membuat beberapa pengunjung memperhatikan mereka secara diam-diam.
Satu dari antara mereka melihat ke arah Wendy dan agak sedikit terkejut, Wendy juga terdiam merasa wajah salah satu diantara mereka sangat tidak asing.
Wendy melihat laki-laki yang lebih jangkung dibanding laki-laki sebelahnya datang menghampiri Wendy dan semakin dekat laki-laki itu berjalan ke arahnya di situ Wendy baru sadar kalau ternyata laki-laki ini adalah supir taxi yang bertemu dengannya kemarin, supir taxi yang mengira kalau dirinya akan bunuh diri.
Dengan senyuman lebar laki-laki itu berdiri di hadapan Wendy, "Kita ketemu lagi." kata Lucas dan Wendy hanya terdiam karena terkejut.
Di sisi lain, Dirga yang sedang memperhatikan sekitar langsung terpaku pada seorang gadis yang duduk di pojokan dan fokus kepada tab yang ada di atas meja, dari kejauhan saja Dirga tau kalau gadis itu adalah Shena, mantan pacar yang masih Dirga dambakan sampai sekarang.
"Mbak Wendy! Aku mau pe-" Ucapan Shena tertahan saat dia melihat seorang laki-laki yang berdiri di depan perpus sambil menatap ke arahnya, laki-laki yang sangat ingin Shena hindari, dia adalah Dirga.
Kembali ke Lucas, laki-laki itu mengulurkan tangan kanan nya "Ayo kenalan, nama aku Lucas kayaknya mulai hari ini kita akan lebih sering ketemu." kata Lucas dengan senyuman dengan tangan terulur ke arah Wendy.
Wendy terdiam sebentar melihat tangan Lucas yang menggantung dan kemudian dia langsung menjabat tangan Lucas ragu, apakah mereka bisa berteman dengan cara seperti ini?
"Nama aku Wendy." kata Wendy lalu dia tersenyum dan melihat senyum Lucas semakin lebar, kini dia tau nama gadis itu, namanya adalah Wendy bukan Diana, Putri, Claudia, apalagi Rani.