Kringg
Suara bel berbunyi halus pertanda ada orang yang membuka pintu perpustakaan, Wendy menoleh ke arah pintu dan melihat dua orang laki-laki yang wajahnya ketutupan matahari pagi namun segera terlihat saat pintu tadi tertutup rapat. Dua orang laki-laki dengan postur badan yang sangat tinggi serta wajah mereka yang tampan membuat beberapa pengunjung memperhatikan mereka secara diam-diam.
Satu dari antara mereka melihat ke arah Wendy dan agak sedikit terkejut, Wendy juga terdiam merasa wajah salah satu diantara mereka sangat tidak asing.
Wendy melihat laki-laki yang lebih jangkung dibanding laki-laki sebelahnya datang menghampiri Wendy dan semakin dekat laki-laki itu berjalan ke arahnya di situ Wendy baru sadar kalau ternyata laki-laki ini adalah supir taxi yang bertemu dengannya kemarin, supir taxi yang mengira kalau dirinya akan bunuh diri.
Dengan senyuman lebar laki-laki itu berdiri di hadapan Wendy, "Kita ketemu lagi." kata Lucas dan Wendy hanya terdiam karena terkejut.
Di sisi lain, Dirga yang sedang memperhatikan sekitar langsung terpaku pada seorang gadis yang duduk di pojokan dan fokus kepada tab yang ada di atas meja, dari kejauhan saja Dirga tau kalau gadis itu adalah Shena, mantan pacar yang masih Dirga dambakan sampai sekarang.
"Mbak Wen! Aku mau pe-" Ucapan Shena tertahan saat dia melihat seorang laki-laki yang berdiri di depan perpus sambil menatap ke arahnya, laki-laki yang sangat ingin Shena hindari, dia adalah Dirga.
Kembali ke Lucas, laki-laki itu mengulurkan tangan kanan nya "Ayo kenalan, nama aku Lucas kayaknya mulai hari ini kita akan lebih sering ketemu." kata Lucas dengan senyuman dengan tangan terulur ke arah Wendy.
Wendy terdiam sebentar melihat tangan Lucas yang menggantung dan kemudian dia langsung menjabat tangan Lucas ragu, apakah mereka bisa berteman dengan cara seperti ini?
"Nama aku Wendy." kata Wendy lalu dia tersenyum dan melihat senyum Lucas semakin lebar, kini dia tau nama gadis itu, namanya adalah Wendy bukan Diana, Putri, Claudia, apalagi Rani.
Lucas terkekeh dan kemudian melepaskan jabatan tangan mereka dan malah malu-malu menatap Wendy yang ada di hadapannya, melihat Wendy seperti ini membuat Lucas jadi teringat malam itu, malam saat Wendy menangis hebat di dalam mobilnya.
"Shena!" Tau-tau Dirga berteriak membuat Lucas yang berada di depannya terkejut dan refleks menoleh ke arah yang Dirga, laki-laki itu fokus menatap pojok ruangan membuat Lucas penasaran dan ikut melihat ke arah yang Dirga tuju. Lucas melongo melihat seorang gadis yang tak lain adalah Shena, mantan pacar Dirga yang sampai sekarang Dirga masih belum bisa melupakannya, seorang gadis yang selalu Dirga sebutkan saat dia sedang mabuk kini ada di sini, di dekat mereka!
Shena juga terkejut dari ekspresinya dia sangat tidak menyangka bisa bertemu dengan Dirga di sini, seperti sedang melihat hantu Shena langsung membereskan barang-barangnya cepat dan kemudian berlari meraih pintu keluar perpustakaan.
Dirga yang melihat Shena kabur langsung mengikuti gadis itu berlari dan malah meninggalkan Lucas di sana yang masih terkejut dengan kejadian yang barusan ada di depannya. Lucas seperti sedang menonton drama romantis Dirga dan Shena menjadi pemeran utamanya, mereka seperti pasangan yang dipisahkan karena suatu alasan dan sang perempuan sudah tidak mau bertemu lagi dengan sang laki-laki, namun sang laki-laki tidak menyerah dan tetap mencari si perempuan ini. Lucas takjub, otaknya bisa kepikiran seperti itu.
"Lucas?"
Wendy menyadarkan imajinasi Lucas dan mengagalkan skrip yang ada di dalam otak Lucas dengan panggilan lembutnya. Lucas langsung berbalik dan jadi salah tingkah, "Ah, maaf itu tadi-"
"Shena kan?" tanya Wendy dan Lucas langsung terkejut, bagaimana Wendy bisa mengenal Shena.
"Ah, dia sering mampir ke sini makanya aku jadi kenal sama dia." Wendy menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam tatapan Lucas membuat Lucas langsung tertawa dan sempat berpikir apakah Wendy ini seorang dukun atau apa, kenapa dia bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Lucas?
Lucas tidak mau memikirkan yang aneh-aneh sekarang, dia melihat sekitar perpustakaan dan berdecak kagum, "Ternyata udah bagus yah, kayaknya dulu nggak sebagus ini." komentar Lucas seraya melihat sekeliling dengan tatapan takjub.
Bagaimana tidak berubah, terakhir kali dia mengunjungi perpustakaan ini saat dia berusia delapan tahun dan sekarang dia sudah berusia dua puluh delapan tahun yang artinya dia sudah tidak mampir selama dua puluh tahun.
Wendy hanya mengangguk sambil sesekali terkekeh melihat Lucas yang entah kenapa sangat lucu, semua yang laki-laki itu katakan entah kenapa sangat menyenangkan dan terdengar sangat bersahabat.
"Aku sering ke sini dulu, duluu banget di sini biasanya ada tempat makan yang enak di seberang perpustakaan dan aku juga liat tadi masih ada kok tempat makannya, biasanya sih kalau siang-siang ke sana sih enak ya," Lucas berbasa-basi melihat Wendy yang sedari tadi hanya menatap ke arahnya karena Lucas terus mengajaknya mengobrol.
"Gimana kalau siang nanti kita makan siang di sana?" tawar Lucas dengan senyuman lebar khas andalannya melihat Wendy yang beberapa detik kemudian tertawa.
Ingin mengajak Wendy makan keluar saja harus ngomong panjang lebar entah apa yang dibahas, namun Lucas senang melakukannya, dia juga semakin senang saat Wendy menganggukan kepalanya pelan, ya hitung-hitung ada teman saat makan siang nanti. Karena biasanya Wendy hanya makan sendirian kalau Shena ada dan mau menemaninya makan siang maka dia akan makan siang dengan Shena.
Lucas mengangguk dan kemudian tersadar bahwa ada orang lain yang berdiri di belakangnya membuat Lucas langsung keluar dari barisan dan kemudian melihat Wendy yang langsung melayani orang itu dengan senyuman lebar. Lucas terus memperhatikan Wendy sambil jalan mundur dan tanpa sadar tubuhnya sudah tertubruk rak buku.
"Aww." Lucas mengusap kepala belakangnya dan kembali tersenyum lebar saat Wendy melirik ke arahnya. Lucas akhirnya masuk ke setiap rak-rak buku dan mengambil satu buku yang dekat dengan jangkauannya, dia membaca buku itu asal namun matany sesekali melihat Wendy yang sedang melayani beberapa pengunjung.
Senyuman tak pernah hilang dari wajah Wendy membuat Lucas ikut tersenyum saat menatapnya. Jujur saja ini pertama kalinya bagi Lucas mengenal wanita seperti Wendy yang dapat menarik perhatiannya hanya dengan satu detik.
Lucas tersenyum dan kemudian menutup semua wajahnya dengan buku saat dia tak sengaja tertangkap basah oleh Wendy karena terus memperhatikan Wendy yang sedang bekerja. Wendy hanya menggeleng melihat tingkah Lucas.
Lucas bukan satu-satunya laki-laki yang bertingkah seperti itu kepadanya, ada banyak laki-laki yang mencoba mendekati Wendy namun dengan berat hati Wendy menolaknya, dia hanya ingin fokus kepada Lino tanpa harus pusing-pusing memikirkan urusan percintaanya.
***
Shena sudah lelah berlari untuk menghindari Dirga yang ternyata masih mempunyai kekuatan penuh untuk mengejarnya, maka Shena memilih untuk berhenti dan menghadapi Dirga yang sangat ingin berbicara dengannya, Shena berbalik dan melihat Dirga yang berlari ke arahnya.
Dirga menghentikan langkahnya tepat di depan Shena dan kemudian tersenyum lebar menatap mantan kekasih yang ada di depannya ini dengan penuh berbunga-bunga. "Akhirnya kamu mau dengerin aku juga."
"Sepuluh detik."
"Apa?" Dirga melotot.
"Sembilan, delapan," Shena berhitung mundur membuat Dirga kelabakan sendiri.
Sebenarnya ada begitu banyak kata yang akan disampaikan Dirga namun karena Shena bilang kalau dia haya memiliki waktu sepuluh detik maka pikiran dan kata-kata yang sudah disusun oleh Dirga lenyap begitu saja.
Lagipula, mana ada orang yang bisa mengungkapkan semua yang ada di dalam hatinya dalam sepuluh detik, Shena ini emanh suka aneh-aneh. Ah! Dirga terlalu banyak berpikir sekarang sampai dia lupa kalau waktunya sisa tiga detik lagi.
"Tiga, dua, sat-"
"Aku pengen kita balikan!" Dengan satu tarikan nafas dan penuh dengan keberanian hanya itu yang keluar dari bibirnya dengan lantang.
Shena terdiam menatap Dirga, "Kamu? Mau kita kayak dulu?" Tanya Shena memastikan dan laki-laki itu mengangguk semangat.
Shena mendengus dan kemudian melangkah satu langkah, merapatkan tubuhnya dengan Dirga bahkan wajah mereka hanya beberapa senti meter lagi. Dirga menarik nafas karena melihat wajah Shena yang begitu dekat.
Di dalam pikirannya kenapa Shena tiba-tiba seperti ini? Apa gadis itu sedang mengkode minta dicium? Dirga dan segala pikiran kotornya itu membuat laki-laki itu tersenyum malu-malu.
"Cuma mimpi." bisik Shena dan kembali menjauhkan wajahnya dari Dirga.
Senyuman laki-laki itu memudar melihat Shena yang kini giliran Shena yang tersenyum pahit ke arah Dirga. "Maksud kamu?"
"Ya, kita balikan cuma ada di dalam kepala kamu, itu nggak akan pernah terjadi Dir,"
"Emang kenapa? Apa yang salah?"
"Hubungan kita salah!" Bentak Shena membuat beberapa orang yang lewat dan mendengar bentakan Shena langsung melihat ke arah mereka.
Dirga terdiam hanya bisa memandang wajah Shena yang terlihat jelas kalau gadis itu sangat tersakiti, entah apa yang terjadi diantara mereka tapi Dirga tidak tau darimana Shena mendapatkan tatapan menyakitkan itu.
"Kamu, kamu yang mutusin hubungan kita, kamu yang bilang kita nggak bisa bersatu lagi aku nggak tau apa-apa tapi kamu main ngakhirin hubungan kita! Kamu mutusin aku disaat aku lagi sayang-sayangnya sama kamu apa itu wajar Shena!" Ujar Dirga tegas sambil menahan rasa sakit yang ada di dalam hatinya. Masih teringat jelas saat Shena memutuskan hubungan mereka padahal Dirga baru saja ingin mengajak gadis itu menuju ke hubungan yang lebih serius.
Shena terdiam dan kemudian menarik nafasnya panjang, "Kamu nggak tau apa-apa Dirga."
"Apa yang aku nggak tau! Bukannya harusnya kamu kasih tau aku biar kita selesain ini sama-sama Shena, memendam semuanya sendiri itu nggak baik sayang."
Shena terdiam tidak bisa berkata apa-apa saat Dirga sudah keras kepala seperti ini, Shena menghela nafas panjang, mungkin ini saatnya untuk memberitahu Dirga yang sebenarnya.
"Mamah kamu nggak setuju hubungan kita."
"Apa?" Mendengar itu, jujur saja membuat Dirga syok.
"Ya, aku udah jujur sama kamu, apa kamu tau dia bilang apa ke aku saat aku masih jadi pacar kamu?" Shena mencoba tegar saat mengucapkannya karena jika dia mengungkapkan ini kepada Dirga maka sama saja dia membuka kembali luka lama dan perasaan lama yang sudah dia kubur dalam-dalam.
Dirga menggeleng pelan.
"Dia bilang aku sampah, aku cuma pengin harta kamu dan segala macam kata menyakitkan lainnya. Aku nggak bisa hidup kayak gitu Dirga, aku nggak bisa hidup sama kamu." kata Shena dengan lirih dan terasa sangat menyakitkan.
Dirga yang mendengarnya langsung merasa lemas dan tidak menyangka bahwa mamahnya sampai bilang hal yang kelewatan itu kepada Shena, dia tidak tau kalau ternyata itulah alasan Shena pergi meninggalkannya.
"Ini terakhir kalinya aku ketemu kamu ya Dir, aku harap kamu nggak usah cari ata temuin aku lagi, kalau kita emang papasan di luar sana aku harap kita bersikap biasa aja, layaknya orang nggak kenal, aku mohon." kata Shena memohon kepada Dirga yang merasa sangat sakit hati dengan kata-kata gadis itu.
Dirga hanya terdiam tidak memberikan jawaban, Shena menghela nafas berat dan kemudian melangkah pergi meninggalkan Dirga sendirian di sana dengan luka di dalam hati yang masih sangat terbuka lebar.
***
Lucas berhasil mengajak Wendy keluar dari perpustakaan dan makan siang bersamanya, kini mereka duduk saling berhadapan dengan semangkuk ramen yang ada di hadapan mereka.
"Silahkan dimakan." kata Lucas dan Wendy hanya mengangguk lall mulai memakan makanannya.
Lucas ikut memakan makanannya sambil sesekali melirik Wendy yang di mata Lucas saat makan saja cantik, entah bagaimana Tuhan bisa menciptakan sosok Wendy yang wajahnya terlihat sangat sejuk walau cuma dilihat.
"Kamu tau nggak Wen?"
"Iya?"
Lucas tersenym lebar dia jadi banyak bicara hari ini mungkin para rekan kencan butanya akan menangis melihat Lucas yang bawel dan banyak bicara seperti ini kepada Wendy padahal sebelumnya merasa sangat dingin dan irit bicara saat bersama mereka.
"Aku bukan supir taxi." kata Lucas dengan kekehan di akhir membuat Wendy ingin menumpahkan ramen yang ada di dalam mulutnya.
Apa kata Lucas tadi? Dia bukan supir taxi? Jadi kemarin malam saat dia menangis itu..
Wendy menutup mulutnya dengan telapak tangan dan melihat Lucas dengan tatapan terkejut. "Jadi kamu?"
"Iya aku juga kaget pas kamu tiba-tiba masuk ke mobil aku dan anggap aku taxi, aku pengen bilang tapi nggak enak karena kamu nangis jadinya aku-"
"Stop!" Wendy menghentikan Lucas untuk bicara lebih lanjut.
Demi apapun dia merasa sangat malu sekarang, sudah salah naik taxi, nangis di mobil orang lain, dan orang itu sekarang bercerita tentang semua yang terjadi pada malam itu, membuat Wendy merasa seperti orang bodoh dan rasanya ingin menghilang saja.
"Sebaiknya kita makan aja." kata Wendy tak mau berbicara apa-apa lagi dan kemudian kembali melahap makanannya.
Lucas mengangguk dan kemudian ikut memakan makanannya sambil melirik Wendy yang tampaknya sangat tidak nyaman di sana.
Selesai menghabiskan makanan mereka, Lucas dan Wendy keluar dari restoran itu secara bersamaan. Wendy melihat Lucas yang berdiri di sampingnya, "Aku harus balik kerja." kata Wendy dan Lucas mengangguk paham.
Wendy tersenyum kikuk dan kemudian melangkah pergi meninggalkan Lucas namun laki-laki itu menahan tangan Wendy. "Sampai ketemu lagi, Wendy." kata Lucas lembut.
Wendy mengangguk canggung, menepis tangan Lucas dengan sopan dan segera melangkah meninggalkan laki-laki itu, Wendy merasa sangat malu saat dia bertemu dengan Lucas saat ini dan Wendy berharap ini menjadi pertemuan mereka untuk yang terakhir kalinya.