"Kenapa kamu bisa-bisanya bikin keributan kayak gitu!" Bentakan seorang pria memenuhi seisi ruangan ruang tamu yang sangat mewah itu. Alex sedang memarahi Lia saat tau kalau ternyata Lia melakukan hal yang tidak seharusnya Lia lakukan. Lia yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu langsung melihat Alex dan iku berdiri, menatap tajam suaminya itu.
"Kok kamu malah belain dia! Aku bener kan mas, dia udah mulai kegatelan sama kamu kan mas?" Lia balas membentak dan itu membuat Alex kaget. Tentu saja kaget, karena baru kali ini Lia membalas bentakannya penuh dengan amarah.
Mereka sedang membahas kejadian Lia yang memojokkan Wendy di sebuah kafe bahkan sampai membuat keributan, Lia tidak tau darimana Alex mendapat kabar ini, karena Lia sama sekali tidak menceritakan tentang hal itu kepada Alex.
Lia tersadar akan sesuatu dan langsung melirik Alex dengan senyuman miring. Dia tau darimana Alex mendapat informasi itu dan memarahinya seperti ini.
"Kamu dapet informasi ini dari Wendy kan? Iya kan mas! Dia ngadu sama kamu kan mas? Kamu masih menjalin hubugan sama dia kan? Ngaku aja!" Lia membentak mengatakan itu penuh dengan kesakitan, dan mendadak matanya menjadi panas.
Alex menghela nafas saat tuduhan itu dilayangkan langsung kepadanya. Alex melihat istrinya yang sedang menatapnya menunggu jawaban dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat Lia yang hampir menangis seperti ini tentu saja membuat Alex hampir gila. Dia tidak suka melihat wanita yang dia sayang menangis seperti ini.
"Bukan, aku bukan dapat informasi ini dari Wen-"
"Bohong!!" Lia memotong pembicaraan Alex dengan membentak suaminya sambil menangis. Alex menghela nafasnya panjang, mencoba bersabar menghadapi Lia yang sedang berapi-api seperti ini.
"Aku jujur sama kamu, aku nggak-" Alex mencoba berbicara dengan lembut dengan maksud akan membuat Lia percaya kepada dirinya.
"Aku nggak percaya lagi sama kamu mas!!" Lia kembali membentak dan Alex mengepalkan tangannya kuat-kuat. Jujur saja, Alex sangat tidak suka tempramen Lia yang sangat jelek itu, tapi bagaimanapun Lia adalah istrinya.
"Terserah kamu!" Alex mulai menyerah dan mengatakan itu dengan tegas lalu berlalu dari hadapan Lia.
Jika boleh meminta waktu berputar kembali, maka Alex tidak akan pernah mau mengkhianati Wendy dengan Lia. Alex tau kalau dirinya di masa lalu sangat serakah dan bahkan tidak tau malu. Wendy sudah menemani dirinya dari bawah dan Alex langsung melepaskan Wendy saat dirinya berasa di atas. Jika saja waktu bisa diputar kembali, Alex akan lebih memilih untuk bertahan dibanding selingkuh dengan Lia yang berakhir seperti ini.
Sedangkan Lia hanya lemas mendengar kata-kata Alex tadi yang sama sekali tidak membuat dirinya puas. Lia mengepalkan tangannya kuat-kuat, sepertinya dia siap untuk melayangkan tinju kepada Wendy yang sudah berani merusak rumah tangga nya.
Lia tersenyum kecut, bisa-bisanya gadis miskin itu berbuat ulah dan menantang Lia. Lia tentu saja tidak akan diam. Lia bukanlah Wendy yang hanya diam saat rumah tangganya diusik, Lia akan berbuat sesuatu kepada Wendy.
***
Lucas melihat sekitar apartemennya yang sudah seperti tidak terurus. Ada banyak sampah bekas makanan di mana-mana dan juga pakaian-pakaian nya yang berserakan di mana-mana. Sangat berantakan, persis seperti kamar anak usia tiga tahun. Bahkan sepertinya anak usia tiga tahun lebih pintar daripada Lucas.
Lucas mulai memungut satu-satu sampah yang ada dan juga baju-bajunya. Hari ini Lucas tidak masuk kerja karena merasa tidak enak badan, mungkin karena efek kemarin malam dia bekerja tiada henti, mengerjakan semua deadline dengan cepat.
Lucas sengaja menyibukkan dirinya sendiri untuk dapat melupakan Wendy, bukan melupakan lebih tepatnya tapi membiarkan otaknya tidak terus-terusan memikirkan gadis itu tapi, malah berakhir sakit pinggang karena terlalu lama duduk dan pusing kepala karena terus menatap ke layar komputer.
Dan sekarang ditambah pusing kepala karena harus membereskan kamarnya yang kalau mamahnya liat mungkin akan menceramahi Lucas selama delapan jam dan semakin mendesaknya untuk menikah dengan alasan agar ada yang jagain dan agar ada yang ngurus.
Tapi syukurlah, mamahnya sedang tidak ada sekarang dan Lucas sangat sangat bersyukur.
Lucas mulai membersihkan dari ruang tengah. Setidaknya memunguti pakaian dan sampah yang ada saja dulu, karena sepertinya Lucas tidak kuat untuk membersihkan apartemennya sekarang, terlalu pusing kepalanya jika menyelesaikan semuanya sekarang.
Lucas memungut satu-satu baju dan sampahnya lalu kemudian membawanya ke belakang setelah itu Lucas menyibukkan diri dengan bermalas-malasan. Lucas melakukan hal apapun, dia bermain ponsel, makan, dan juga menonton televisi sampai bosan. Lucas mati-matian menyibukkan dirinya sendiri tapi tetap saja dia terus memikirkan Wendy yang selalu mampir di pikiran dan hatinya.
Lucas merasa kalau seharusnya dia tidak berada di sini, maka dengan gerakan secepat kilat. Lucas langsung beranjak dari sofa dan lari ke dalam kamar untuk mengambil sebuah jaket. Mungkin, dia akab mengunjungi Wendy hari ini. Mungkin setelah mengunjungi Wendy hari ini Lucas bisa merasa tenang.
Setidaknya Lucas melihat gadis itu walaupun sama sekali tidak menyapa.
***
Wendy baru saja keluar dari perpustakaan karena hari ini pekerjaanya sudah selesai. Wendy melangkah keluar dari perpustakaan namun tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang dan Wendy terhuyung ke belakang. Wendy terkejut dan langsung melihat Lia yang sekarang sedang mencengkram tangannya kuat-kuat.
"Sini kamu! Aku mau bicara sama kamu!" ujar Lia penuh penekanan dan langsung menarik tangan Wendy kasar. Gadis itu melangkah menjauhi perpustakaan di mana tempat Wendy bekerja dan membawa gadis itu ke sebuah gang sempit yang sunyi.
Lia melepaskan cengkraman tangannya dan langsung menghempaskan tubuh Wendy ke tembok dengan kencang. Wendy meringis kesakitan begitu punggung belakangnya menghantam tembok dan melihat Lia yang sepertinya sangat marah.
"Kamu ngadu apa sama mas Alex hah? Aku tau banget kalau kamu ini pasti masih menjalin hubungan sama dia kan? Kamu deketin mas Alex lagi kan! Kamu bilang kan kalau kemarin itu kita bertengkar, iya kan?!"
Wendy mendengarkan ocehan Lia yang tidak berhenti itu dengan tatapan heran, mengapa dirinya bisa dituduh tanpa alasan yang jelas seperti ini. Wendy menggeleng, menjawab semua tuduhan yang melayang kepadanya, "Enggak! Aku sama sekali nggak bicara apa-apa sama Alex, dan apa kata kamu tadi? Aku menjalin hubungan lagi sama Alex?" Wendy balas membentak dan menatap Lia penuh dengan emosi.
"Kamu pikir, kamu yang korban di sini hah? Aku yang menjadi korban asal kamu tau! Kamu yang merusak hubungan aku, kenapa kamu berteriak seolah-olah kamu adalah korban?" tanya Wendy dengan tatapan marahnya dan Lia sudah sangat emosi dengan Wendy sekarang.
"Kamu buat semuanya menjadi hancur, kamu yang buat hidup aku hancur, kamu yang buat semua menjadi runyam seperti ini dan sekarang kamu mau berteriak sebagai korban? DIMANA OTAK KAMUU!!" Wendy membentak Lia dengan satu tarikan nafas, matanya sudah bekaca-kaca dan dadanya naik turun karena terlalu emosi dengan Lia saat ini.
Lia yang mendengarnya hanya terdiam dan menahan emosi. "Tutup mulut kamu!" ujar Lia dan Wendy hanya bisa mendengus kesal, "Kenapa? Sekarang kamu juga dibuang sama Alex?"
"Tutup mulut kamu!" Lia memperingati.
"Bagus, kamu harus merasakan hal yang sama." ujar Wendy lalu tersenyum melihat Lia yang terdiam.
Lia melihat senyum Wendy yang mengejeknya dan merasa sangat diremehkan. "Aku bilang tutup mulut kamu!!" Bentak Lia lalu mengangkat tangan kanannya yang siap akan menampar pipi Wendy.
Wendy melihat tangan Lia dan memejamkan matanya karena tau pasti tampraran itu akan mendarat di pipinya. Namun, setelah beberapa detik Wendy tidak merasakan tangan Lia yang mendarat di pipinya, maka Wendy membuka mata dan terkejut melihat sosok Lucas yang berdiri di sampingnya sambil menahan tangan kanan Lia.
"Jangan pakai kekerasan, nggak semua masalah bisa selesai kamu anda pakai kekerasan." ujar Lucas lirih, dari nada bicaranya Wendy dapat tau kalau Lucas sedang tidak baik-baik saja. Suara Lucas sedikit serak dan lirih.
"Kamu siapa?" tanya Lia seraya berusaha melepaskan tangan kanannya yang dicengkram kuat-kuat oleh Lucas.
"Aku? Aku orang yang akan menjaga Wendy, jadi jangan sakitin dia."
Wendy melihat Lucas melepaskan cengkraman itu dan kemudian Lia langsung pergi begitu tangannya sudah dilepaskan oleh Lucas. Lucas menarik nafas panjang dan kemudian berbalik melihat Wendy.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Lucas dan Wendy menganggukan kepalanya, pertanda kalau dia baik-baik saja dan itu membuat Lucas lega.
Wendy agak terkejut saat melihat wajah Lucas yang terlihat pucat. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Wendy dan Lucas mengulas senyum tipisnya dan mengangguk lemas. "Aku nggak apa-ap-" belum Lucas menyelesaikan kata-katanya tubuh Lucas sudah sangat lemas, kepalanya sangat pusing, dan akhirnya Lucas jatuh pingsan.
***
Wendy membawa Lucas masuk ke dalam apartemennya, laki-laki itu masih setengah sadar dan tubuhnhya sudah lemas. Wendy melangkah masuk ke dalam apartemen Lucas dan langsung menganga lebar melihat kondisi apartemen Lucas yang sangat-sangat berantakan. Bahkan, Wendy pikir kalau Lino bisa lebih baik daripada Lucas soal membersihkan kamar.
Wendy merasa jiwa ibu rumah tangganya merasa terpanggil, namun sekarang dia harus membaringkan Lucas di tempat tidurnya dan membiarkan Lucas beristirahat. Wendy membawa Lucas ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuh laki-laki itu bahkan membuka sepatu Lucas.
"Kamu udah makan?" tanya Wendy dan Lucas hanya menjawab dengan gelengen kepala. Wendy menghela nafas, "Aku akan buatin bubur buat kamu, kamu tunggu di sini ya." kata Wendy dan dijawab anggukan oleh Lucas. Wendy tersenyum tipis dan kemudian langsung berjalan keluar dari kamar Lucas.
Jujur saja, Lucas merasa kepalanya lebih pusing dia kali lipat daripada tadi. Mungkin karena dia berlari mengejar Wendy yang ditarik oleh gadis tadi. Lucas tersenyum setelah dia mengingat bahwa tadi dia berhasil menahan gadis yang hendak menampar pipi Wendy, Lucas berhasil melindungi Wendy dan itu membuatnya merasa bahagia.
Sedangkan Wendy hanya bisa menggelengkan kepala karena melihat kekacauan yang ada di apartemen Lucas. "Aku harus bersihin ini semua." Wendy bergumam lalu mulai membersihkan lantai dengan sapu, membenarkan sofa yang letaknya miring, snack di atas meja yang berantakan dan lain sebagainya.
Setelah merasa semuanya sudah mendingan barulah Wendy masuk ke dalam dapur untuk membuat bubur. Lucas bilang dia belum makan tadi, dan Wendy merasa bahwa dia harus membuatkan makanan untuk Lucas karena tadi Lucas sudah membantunya.
Wendy membuka kulkas dan tersenyum lebar melihat bahan makanan yang lengkap dan cukup rapih. Setidaknya, Lucas tau bagaimana caranya dia harus menyusun bahan makanan di dalam kulkas, walaupun dia tidak tau bagaimana caranya mengurus apartemennya sendiri.
Wendy mengambil beberapa bahan makanan dan langsung membawanya ke dapur, dengan lihat Wendy membuat bubur untuk Lucas. Wendy bisa dibilang cukup mahir dalam hal masak, karena memang dia sudah menjadi ibu rumah tangga, sangat kecil baginya membuat bubur seperti ini.
Wendy menuangkan beberapa centong bubur ke dalam mangkuk dan kemudian membawanya ke dalam kamar Lucas. "Permisi." ujar Wendy ramah dan melihat Lucas yang masih terbaring sambil memejamkan matanya.
"Kamu udah datang?" gumam Lucas tapi matanya masih terpejam.
"Kamu harus makan, aku udah buatin bubur." kata Wendy dan Lucas langsung membuka matanya, kemudian bangkit dan duduk sambil bersandar. Wendy tersenyum dan menyerahkan mangkuk itu kepada Lucas.
"Bukannya, kamu harus suapin aku?" tanya Lucas berhasil membuat Wendy langsung terkejut, "Maksudnya?"
"Aku mau disuapin." pinta Lucas dengan nada suara yang rendah dan Wendy langsung menghela nafas, dia menarik senyumnya pelan dan mengangguk. "Oke." jawabnya.
Lucas tersenyum dan kemudian membuka mulutnya lebar-lebar saat Wendy sudah siap memasukkan satu sendok bubur ke dalam mulutnya. Lucas menerima suapan Wendy dan tersenyum saat memakan bubur itu. Jujur saja, rasanya dua kali lipat lebih enak karena Wendy yang menyuapinya.
"Aku mau bilang makasih sama kamu, karena tadi udah mau bantuin aku."
"Sama-sama. Aku senang bisa lindungin kamu." ujar Lucas sambil tersenyum.
"Kamu nggak perlu ngelakuin itu lagi, karena aku bisa lawan dia sendiri."
"Tapi, aku mau. Mau melindungi kamu di manapun kamu berada."
Wendy terdiam mendengar kata-kata Lucas dan langsung menunduk, mengaduk bubur yang ada di tangannya, "Kamu harus makan banyak." ujar Wendy salah tingkah sambil mengaduk-aduk bubur itu. Lucas hanya tersenyum melihat betapa lucunya Wendy yang sedang salah tingkah seperti ini.
Setelah menghabiskan bubur. Wendy memberikan minum kepada Lucas dan laki-laki itu berhasil menghabiskan setengah gelas air. "Aku bakal rapihin ini habis itu aku akan pulang." ujar Wendy sambil membereskan mangkuk dan gelas, menaruhnya di atas nampan yang tadi dia bawa.
"Kamu pulang? Secepat ini?"
Wendy melirik Lucas dan mengangguk, "Iya, aku bakal pulang setelah cuci ini."
Lucas menggeleng, "Jangan." larangnya.
"Kenapa?"
Lucas mengambil nampan yang ada di tangan Wendy dan kemudian meletakkan nampan itu di atas meja kecil yang ada di samping ranjang tidurnya. Lucas mengenggam tangan gadis itu dan dengan satu gerakan Lucas menarik Wendy mendekat kepada dirinya. Tubuh Wendy tertarik ke depan dan wajahnya kini sudah berada tepat di hadapan wajah Lucas.
"Jangan pulang, temani aku." ujar Lucas lirih sambil terus menatap Wendy yang sudah mati kutu di hadapannya.
Wendy terdiam dan tanpa sengaja memandang mata Lucas yang ternyata sangat cantik. Wendy merasa kalau dirinya jatuh ke dalam tatapan mata Lucas. "Jangan pulang, ya?" ujar Lucas lagi dan tanpa sadar Wendy mengangguk.
"Iya." katanya dan Lucas langsung tersenyum manis.
Jujur saja, senyum Lucas saat itu dapat membuat jantung Wendy berdegup kencang.