Tuduhan tidak berdasar

1796 Kata
Keenan masih melihat sosok wanita dengan rambut hitam berkilat di bawah bahu yang sedang membungkuk dan sibuk memunguti pakaiannya. Ia hanya diam dengan wajah datarnya saat melihat wanita yang tiba-tiba saja menabraknya. Sementara itu, wanita yang saat ini baru saja selesai memungut semua pakaian yang berserakan di lantai, bangkit berdiri dan bisa menatap sosok pria dengan tubuh tinggi tegap yang berpakaian rapi, yaitu memakai kemeja lengan pendek tersebut. Menyesali kecerobohan yang dilakukan karena tadi asyik menunduk, menatap ke arah ponsel miliknya untuk membalas pesan, hingga membuatnya berbuat kesalahan. Freya membungkukkan badan untuk memohon maaf pada pria yang dilihatnya menampilkan wajah datar dan sangat tidak bersahabat, seperti sedang merasa marah padanya. "Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar tidak sengaja tadi. Ini pakaiannya." Mengulurkan tangannya ke arah pria yang masih terlihat sangat sinis dengan bibir yang seolah enggan berbicara untuk sekedar mengatakan iya padanya. 'Pria ini sepertinya benar-benar sangat kesal padaku. Padahal aku sudah meminta maaf padanya. Apa lagi yang harus kulakukan untuk membuat dia tidak marah lagi?' gumam Freya yang kini masih berdiri di tempatnya. Sebenarnya ia ingin segera pergi dari hadapan pria berwajah datar tersebut. Namun, ia sadar tidak mungkin melakukannya saat permohonan maafnya belum mendapatkan jawaban, sehingga saat ini masih diam di tempatnya. Sementara itu, Keenan yang tidak ingin membuang waktunya dengan berinteraksi bersama wanita yang telah membuat pakaiannya jatuh berserakan di lantai, ia langsung menerimanya. "Tidak masalah, tetapi lain kali kalau berjalan pakai kaki dan mata karena kakimu tidak bisa melihat." Tanpa menunggu jawaban dari wanita yang masih diam di tempatnya, Keenan berjalan menuju ke arah kasir untuk membayar semua pakaian yang dibelinya. Tentu saja sambil menunggu pelayan yang tadi ia suruh untuk mengambil pakaian sesuka hati dan dilarang menempel padanya. Sementara itu, Freya yang tadinya langsung mengangguk untuk menanggapi perkataan pria yang seolah menyindirnya dengan kalimat pedas untuk mengungkapkan rasa kesal padanya. Ia hanya menelan kasar salivanya saat melihat respon dari pria dengan raut wajah sangat datar dan dingin tersebut. 'Pria itu menakutkan sekali. Dia sangat marah karena aku telah menabraknya. Mungkin suasana hatinya sedang tidak baik,' lirih wanita yang mempunyai nama lengkap Freya Zhafira. Wanita berusia 25 tahun yang mempunyai wajah cantik nan manis dan memiliki sifat rendah hati serta suka menolong. Ia adalah seorang wanita sederhana yang berasal dari sebuah kota kecil di pulau Jawa dan memilih untuk merubah nasib di kota besar yang digadang-gadang mempunyai UMR tinggi. Sudah satu tahun ia berada di Jakarta dan kini bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Sebenarnya, ia bekerja di Jakarta karena memiliki satu tujuan, yaitu membantu orang tuanya yang memiliki banyak utang. Bahkan orang tuanya sampai harus merelakan kehilangan rumah satu-satunya yang merupakan harta mereka. Namun, tidak mampu melunasi semua utang-utang orang tuanya. Sebenarnya, dulu keluarganya memiliki usaha, yaitu pabrik makanan ringan dan memiliki banyak pekerja. Namun, ada kecurangan dari orang yang sangat dipercaya oleh orang tuanya dan membawa kabur uang serta mengambil para konsumennya dengan cara curang. Semenjak kejadian tersebut, usaha orang tuanya gulung tikar dan membuat ia harus menanggung risiko, yaitu membantu melunasi tunggakan utang keluarganya. Awalnya, ia memilih bekerja di luar negeri agar bisa menghasilkan uang banyak. Seperti yang diketahuinya jika bekerja di luar negeri akan mendapatkan gaji yang sangat lumayan. Namun, orang tuanya sama sekali tidak mengizinkan. Pada akhirnya, ia memilih Jakarta, kota besar yang sering menjadi tujuan utama orang-orang untuk mengadu nasib. Ia pun memilih untuk pergi dari kampung. Semua itu dilakukannya karena diincar oleh pria kaya raya di kampung yang mempunyai banyak istri dan mengincarnya untuk dijadikan istri ke empat sebagai syarat akan menganggap utang orang tuanya lunas. Tidak ingin nasibnya berakhir menjadi istri ke empat dari pria tua, ia disuruh orang tuanya untuk kabur ke Jakarta dan membuatnya memulai semuanya dari nol hingga sekarang bisa bekerja di perusahaan besar di bagian administrasi dengan gaji yang terbilang lumayan. Freya hari ini sengaja pergi ke toko baju karena hari libur untuk mencari pakaian santai yang nyaman untuk digunakan saat berada ditempat kos. Saat ia tengah asyik memilih pakaian, indra pendengarannya menangkap suara dari beberapa orang yang ribut di depan kasir. Ia menolehkan kepalanya ke arah kasir dan melihat sosok pria yang tadi tidak sengaja ditabraknya tengah bersitegang dengan pegawai toko. Ia mengerutkan kening dan merasa sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga memilih untuk berjalan mendekat. Beberapa saat yang lalu, Keenan menunggu pelayannya di dekat kasir. Begitu pria yang akan setia menemaninya menyamar sebagai orang miskin tersebut berjalan ke arahnya dan membawa beberapa pakaian, ia langsung mengarahkan dagunya ke depan. Memberikan sebuah kode pada pelayannya agar segera menaruh pakaian ke depan kasir. "Lambat sekali, kau. Cepatlah, kita harus mencari tempat untuk tinggal sementara setelah dari sini." Pria muda yang berusia 24 tahun dan merupakan putra dari kepala pelayan di keluarga Nelson, buru-buru menganggukkan kepala dan melaksanakan perintah dari majikannya. Ia tidak berani mengeluarkan suara karena takut disalahkan lagi, sehingga memilih memakai bahasa isyarat seperti orang bisu saja. Sejujurnya, ia tidak bisa berpura-pura untuk menjadi sepupu majikannya. Apalagi jika sampai hanya memanggil nama tanpa embel-embel tuan dan membuatnya merinding seketika. Merasa ia benar-benar pelayan kurang ajar dan tidak tahu sopan santun. Meskipun itu adalah sebuah perintah dan bukan keinginannya sendiri, tetap saja belum terbiasa melakukannya. Pegawai wanita yang berdiri di meja kasir, kini mulai menghitung belanjaan dan menyebutkan total semuanya. "Semuanya, tujuh ratus lima puluh ribu, Tuan." Keenan menganggukkan kepala dan mengarahkan tangannya ke belakang untuk mengambil dompet. Namun, raut wajahnya seketika berubah pias saat tidak menemukan benda yang dicarinya. Masih tidak ingin menyerah, ia meraba semua kantung celananya Berharap bahwa dompetnya ada di kantung yang lain. Namun, semua tidak seperti yang diharapkan karena tidak menemukan dompetnya. "Sialan! Tadi ada di sini. Apa dompetku terjatuh? Atau ada orang lain yang mencuri dompetku?" Rudi yang saat ini sangat terkejut dengan keluhan dari majikannya, ikut berubah pias wajahnya dan merasa bingung. "Dompet Anda hilang? Astaghfirullah, apa ada pencopet di toko ini?" Keenan yang merasa sangat kesal, menghempaskan tangannya ke sembarang arah untuk meluapkan amarahnya. "Berengsek! Siapa yang berani mencuri dompetku?" Mencoba mengingat-ingat apa yang sebelumnya terjadi padanya dan ingatannya kini jatuh pada kejadian saat wanita yang tadi menabrak beberapa saat lalu. 'Sial! Apa wanita yang menabrakku tadi telah mengecohkan perhatianku dan bekerja sama degan para pencopet? Berengsek! Jika benar itu terjadi, aku akan membuatnya menyesal pernah dilahirkan di dunia ini. Para wanita yang hanya merupakan sampah dan materialistis itu benar-benar sangat menjijikkan.' Lamunan dari Keenan seketika buyar saat mendengar suara dari pegawai wanita yang kini seolah menatapnya dengan sinis dan menganggap ia hanyalah seorang penipu. "Tuan, bagaimana? Apa Anda akan membayar barang belanjaan ini atau tidak? Atau ini hanya alasan Anda saja karena selama ini belum pernah ada kasus pencopetan di sini. Jadi, jangan membuat para pengunjung toko ini kabur hanya karena perkataan, Anda," ucap sosok wanita yang merupakan pegawai kasir dan ia melambaikan tangannya pada salah satu pegawai pria yang tidak lain adalah security. "Pak, tolong kesini!" Keenan terlihat sangat marah begitu mendapatkan penghinaan yang didapatkan saat baru saja mempunyai niat untuk menyamar menjadi orang miskin. 'Sialan! Jadi, seperti ini rasanya menjadi orang miskin? Dihina dan direndahkan seperti ini, seolah tidak mempunyai harga diri sama sekali,' lirih Keenan yang saat ini mengarahkan tatapan tajam pada sosok wanita yang hanya merupakan pegawai rendahan tersebut dan juga security yang memandangnya sangat hina. "Ada, apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya security yang ingin menyelesaikan keributan di toko karena menimbulkan ketidaknyamanan bagi para pengunjung. "Tolong bawa dua pria ini keluar karena hanya ingin mengacaukan toko ini," ucap pegawai wanita yang menatap kesal pria di depannya karena telah membuang-buang waktunya. "Tunggu!" hardik Keenan yang tidak ingin tubuhnya disentuh oleh security yang berniat untuk mengusirnya. "Aku sama sekali tidak berbohong karena dompetku benar-benar telah dicopet di toko ini. Bahkan aku tahu siapa pelakunya. Dia adalah seorang wanita yang tadi berpura-pura menabrakku." Pria berseragam hitam dengan badan gempal yang saat ini sama sekali tidak mempercayai perkataan dari pengunjung tersebut hanya geleng-geleng kepala. "Anda jangan membuat berita kebohongan untuk membuat was-was para pengunjung yang lain. Lebih baik Anda segera pergi sebelum saya berbuat tidak sopan. Saya sudah bekerja di sini selama 5 tahun dan belum pernah ada kejadian seperti yang Anda sebutkan. Jadi, sebelum saya mengusir secara tidak hormat, lebih baik Anda segera pergi sekarang!" Rudi yang merasa sangat kebingungan karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong majikannya, memilih untuk memegang pergelangan tangan pria yang sangat dihormatinya tersebut. "Tuan, lebih baik kita pergi dari sini. Kita belanja di Mall saja seperti yang sering Anda lakukan." Keenan terlihat semakin kesal begitu mendengar perkataan dari pelayannya. "Diam atau aku akan merobek mulutmu!" Mengarahkan tangannya pada pelayannya. "Mana dompetmu? Kau saja yang bayar, nanti aku akan mengganti uangmu." Rudi refleks langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena tidak bisa menolong majikannya. Namun, ia merasa bingung untuk menjelaskan. "Tuan ... itu ...." "Astaga! Cepat berikan dompetmu!" teriak Keenan yang seolah sama sekali tidak mempedulikan tatapan dari para pengunjung toko yang menatapnya. Baru kali ini ia merasa dipermalukan di depan umum dan tidak bisa berbuat apa, sehingga membuatnya benar-benar tidak mempunyai muka. Sementara itu, Rudi yang masih sangat ketakutan, tidak ingin membuat majikannya menuggu lama dan makin murka padanya. "Tuan, saya tadi buru-buru dan lupa membawa dompet. Maaf." Menundukkan kepala untuk mengungkapkan penyesalannya karena selalu berbuat teledor dalam segala hal. "Astaga!" Tidak bisa mengendalikan amarahnya pada pelayan yang dianggapnya sangat tidak berguna, membuat Keenan mengarahkan sebuah tendangan pada kaki kanan pelayannya tersebut. "Dasar bodoh!" Rudi refleks meringis menahan kesakitan pada tulang kakinya. Namun, ia tidak bisa mengusap kakinya karena merasa takut majikannya malah akan meninju perutnya saat merasa emosi. Ia sudah mendapat pesan dari ayahnya yang merupakan kepala pelayan di Mansion keluarga Nelson. Bahwa majikannya tersebut adalah pria yang sangat arogan dan mempunyai temperamental tinggi setelah kejadian yang terjadi 10 tahun lalu. Ia dilarang membantah atau menyela perkataan majikannya yang baru saja kembali dari luar negeri tersebut. 'Dasar bodoh, kau Rudi. Kenapa tadi kau bisa melupakan dompetmu? Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Kenapa kau sangat teledor seperti ini? Tuan Keenan kali ini benar-benar sangat murka dan bisa-bisa ia akan mencekik leherku,' lirih Rudi yang mengalihkan pandangannya begitu indra pendengarannya menangkap suara dari seorang wanita. Freya yang baru saja melihat sosok pria tengah menendang kaki seseorang, refleks langsung berjalan mendekat dan ingin menghentikan keributan yang membuat para pengunjung berkerumun. Ia tadi langsung melewati kerumunan orang-orang yang menghalangi pandangannya dan berjalan mendekat. "Ada apa ini sebenarnya?" Sementara itu, Keenan masih sangat hafal dengan wajah wanita yang tadi menabraknya dan tanpa membuang waktu, ia langsung mengarahkan jari telunjuknya ke arah wanita tersebut. "Dialah orangnya! Wanita ini yang telah mencuri dompetku!" Kalimat tuduhan tidak berdasar dari pria yang saat ini berada di hadapannya, seketika membuat Freya membulatkan kedua matanya. Mendapatkan tuduhan dari seorang pria yang sama sekali tidak dikenalnya dan juga tidak melakukan apa yang dituduhkan, membuatnya langsung mengarahkan tangan untuk menampar wajah di hadapannya. "Jaga mulut, Anda Tuan!" To be continued ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN