Hari ini untuk yang kesekian kalinya lagi, Bilqis telat memasuki sekolah. Untungnya saja hukumannya tak seberat di saat ia telat bersama dengan Ernest. Bilqis memang tak sendirian saat telat, di depannya sana ada Axvel yang sedang dihukum juga, namun memang Axvel diam saja tanpa ada menyapa Bilqis. Anak dara itu kini sadar, mungkin memang ia sudah sangat keterlaluan sekali sehingga menyinggung perasaan Axvel.
Axvel itu peduli dan khawatir kepada Bilqis, namun kepedulian dari pria tersebut tak pernah bisa Bilqis lihat. Yang Bilqis lihat malah selalu ketidaksukaannya. Bilqis tidak suka jika terlalu merepotkan. Bilqis tidak suka jika ia menjadi beban. Padahal aslinya memang mereka tak menganggap Bilqis beban. Aslinya mereka semua enjoy jika bersama dengan Bilqis.
"Axv—"
Pergi. Bahkan di saat Bilqis belum menyelesaikan kalimatnya itu, Axvel sudah melenggang pergi memasuki ruang kelas, membuatnya mendecak cukup sebal. Selama bersahabat sejak sekolah menengah pertama dengan Axvel, baru kali ini Axvel semarah ini dengannya. Biasanya Axvel tak pernah marah, ia selalu luluh jika Bilqis sudah menatapnya. Perasaan bersalah akhirnya kembali meratapi hati Bilqis. Ia kembali merasa jika ia sudah keterlaluan.
"Ayo masuk ke kelas kamu! Kamu mau dihukum lagi?" perintah anak OSIS sembari melotot tajam ke arah Bilqis di saat ia sadar jika gadis yang menjadi buronan terlambat itu hanya diam saja tanpa ada satu langkah pun menuju kelas.
"Emmm ... iya, Kak. Terima kasih ya, Kak. Maaf juga sudah merepotkan."
Dengan segera, Bilqis langsung mengambil langkah panjang. Ia bergegas menuju ruang kelas, walaupun hatinya sedikit gondok dan kesal. Apanya yang merepotkan coba? Justru di sini ia yang direpotkan, bukan anak-anak OSIS yang direpotkan. Mereka hanya tinggal menyuruh saja, Bilqis malah yang harus capek-capek melakukan perintah mereka.
"Iqis!" panggil Azila yang langsung membuat Bilqis menutup telinganya dengan sangat baik. Toa speaker satu itu jika sudah berteriak mungkin menjadi nomor satu, mengalahkan toa speaker milik sekolah, bahkan mengalahkan toa speaker milik masjid. Pun Bilqis lihat, semua anak-anak kelas XI MIPA 4 memang langsung melakukan hal yang sama seperti yang Bilqis lakukan juga, mereka langsung menutup telinga mereka dengan baik.
"Lo udah sembuh belum? Ada film baru di bioskop, film yang udah lama gue tunggu-tunggu. Ayo nonton!" ajaknya langsung dengan menggandeng tangan Bilqis. Bilqis hanya berdeham singkat, tak tahu menjawab apa. Gadis tersebut hanya menatap ke Axvel, harap-harap Axvel melarangnya pergi dengan alasan ia masih sakit, namun nyatanya itu semua tak terjadi. Axvel diam saja tanpa mengatakan sepatah kata pun juga. Axvel tak melarang dirinya.
Huh. Mungkin memang Axvel sudah tak menganggap Bilqis teman. Mungkin juga Axvel sudah tak mau lagi mengganggu urusan Bilqis. Memang Bilqis saja yang keterlaluan.
"Wey! Gimana? Ayo nonton!" Tak mendengarkan jawaban dari sang sahabat, Azila kembali menjentikan jemarinya di depan mata Bilqis, membuat Bilqis terlonjak kaget. "Ayo nonton!" ulangnya lagi.
Dengan sekali tarikan napas, Bilqis mengangguk setuju. Harus bagaimana lagi? Walaupun sebenarnya Bilqis malas untuk pergi, karena pastinya Axvel tak mau Bilqis pergi-pergi dulu, tetapi pria tersebut sudah tak peduli lagi. Bilqis hanya mengiyakan. Dirinya juga sudah tak enak hati jika menolak Azila. Azila selalu menemaninya ke manapun ia mau, masa iya Bilqis rela membalas dengan menolaknya?
"Axvel baru aja masuk kelas, lo di belakangnya. Kalian berangkat berdua apa gimana? Kok berangkat berdua tapi masuk kelasnya sendiri-sendiri sih? Selama gue kenal kalian berdua, Axvel itu tipikal sahabat yang overprotektif sama lo, enggak mungkin dia biarin lo sendirian tanpa dia recokin. Apa jangan-jangan kalian sendiri-sendiri? Abis itu kalian dihukum sama OSIS beda hukuman gitu?" Di saat sudah duduk di kursi, Azila melontarkan sebuah pertanyaan. Bilqis hanya diam kelu tanpa menjawab pertanyaan tersebut. Pun juga Bilqis harus menjawab apa? Menjawab jika ia sedang bertengkar dengan Axvel? Yang benar saja. Bilqis malu yang ada.
"Heh! Lo kok dari tadi diem mulu sih? Kesambet apaan dah?" Merasa kesal karena sedari tadi Bilqis tak melontarkan satu kalimat pun, Azila langsung menepuk pundak Bilqis berulang kali. Ia juga langsung memanyunkan bibirnya dengan sebal. "Lo kenapa sih? Ada masalah sama gue kah? Sampai-sampai dari tadi lo diemin gue terus."
Astaga! Belum saja satu masalah selesai, saat ini Bilqis harus berhadapan lagi sama satu masalah. Tolong berikan Bilqis kesabaran, Tuhan. Bilqis sangat membutuhkan kesabaran sekali. Jika bisa, berikan kesabaran yang berlimpah.
"Enggak, astaga! Mana ada gue marah ke lo? Gue tadi enggak ketemu sama Axvel sih pas dihukum terlambat. Mungkin emang gue terlambat banget makanya hukuman kita beda. Yaudah lah, enggak masalah. Lo juga enggak usah pikiran yang aneh-aneh lah. Gue enggak mungkin marah sama lo," balas Bilqis dengan sedikit tipuan. Bilqis tak mau saja jika satu kelas kini mengetahui dirinya sedang dalam zona marahan bersama dengan Axvel.
"Oh gitu! Tapi sumpah ya, berasa ada yang aneh sama kalian berdua tau! Axvel dari berangkat tadi enggak berisik sama sekali. Padahal biasanya Axvel selalu ribut sampai buat Abel marah-marah karena Abel lagi belajar. Ini malah dia berasa patung yang diem mulu. Eh eh!" Dengan tepukan keras, Azila menepuk pundak Bilqis, membuat Bilqis melotot ingin tahu. "Kok Axvel diem kek gitu sih? Dia malah tiduran? Aneh banget dia enggak petakilan di dalam kelas. Dia lagi kenapa sih?"
Atensi Bilqis langsung menuju ke arah Axvel, ia langsung saja melihat bagaimana Axvel tengah tertidur dengan bantuan kedua tangannya yang menjadi bantal. Lagi-lagi perasaan bersalah itu hinggap di hati Bilqis. Ia merasa sangat bersalah sekali sampai sudah melukai perasaan sosok pria spesial yang ada di dalam hidupnya. Sosok pria yang selama ini selalu bersama dengan Bilqis. Sosok pria yang selama ini tak pernah meninggalkan Bilqis sendirian. Selalu peduli dengan Bilqis.
"Vel! Lo kenapa tiduran gitu dah? Tumben banget kelas ini anteng. Lo sakit?" Pikiran Bilqis langsung buyar, ia langsung saja mengarah kembali ke tempat duduk Axvel. Baru saja yang bertanya seperti itu adalah Pelita. Ternyata Pelita juga menotice jika Axvel memang sedang diam tanpa bertingkah apa pun.
"Lah iya! Pantesan aja dari tadi gue bisa fokus belajarnya, ternyata lo malah diem-diem bae, enggak ada gangguin gue." Abela pun menjadi tersadar, ia menutup bukunya dan langsung berjalan ke arah Axvel. "Lo sakit? Apa gimana sih?" tanyanya kepada pria yang selama ini selalu saja menjadi musuh bebuyutannya di saat pria tersebut mengganggu waktunya dalam belajar.
"Lagi gak mood aja," balas Axvel dengan singkat.
"Dih! Sok-sokan banget gak mood. Emang kenapa sih, Vel?" Azila turut menyambar.
Axvel mengangkat kedua bahunya, tatapannya mengarah ke Bilqis dengan sangat dalam. "Ribut," balasnya singkat membuat semua orang bertanya-tanya.