"Ayo main!" ajak seorang gadis yang membuat seluruh atensi semua orang di dalam kelas mengarah kepadanya. Gadis tersebut sedang menggendong ransel berwarna biru mudanya dengan senyum yang merekah. Bandana biru muda yang ada di kepala pun masih terpasang sempurna dengan sangat baik sekali, semakin mempercantik sosok gadis tersebut. Pandangan matanya ke semua teman yang ada di kelas sangat riang sekali, seolah memang benar-benar excited untuk mengajak mereka semua main usai sekolah selesai, padahal baru saja satu jam lalu ia keluar dari unit kesehatan sekolah dengan wajah pucat pasi, namun saat ini sudah segar kembali. Memang hanya Bilqis saja yang bisa melakukannya, gadis ajaib sebutannya.
"Sedeng lo!" umpat Azila kepada sang sahabat. Kepalanya dipijit berulang kali dengan kaki yang terus saja memutari ruang kelas, tak mengerti lagi dengan jalan pikir dari sosok yang menjadi sahabatnya itu. Memangnya ada ya manusia yang sedang sakit bukannya kepikiran untuk istirahat malah kepikiran untuk main? Bahkan wajahnya benar-benar watados sekali alias wajah tanpa dosa. Entah gadis itu saking enerjiknya atau bagaimana, Azila sendiri tak paham. "Lo hampir mati hari ini, Bodoh!" kesalnya lagi. "Malah masih mau main, otak lo itu di mana sih, Iqis? Mending sekarang lo istirahat aja deh! Yang lo butuhin sekarang itu bukan main, tapi istirahat, Sayang."
Di sebelah Azila ada juga Pelita yang turut menggelengkan kepalanya tak mengerti juga dengan apa yang ada di pikiran Bilqis. Manusia satu ini saking uniknya atau saking bodohnya sampai langka sekali di dunia. Namun di sisi lain Pelita sangat bersyukur, setidaknya hanya ada satu Bilqis saja di dunia ini, tidak ada dua apalagi sampai tiga. Bayangkan saja jika ada banyak Bilqis di dunia ini? Sudah semakin pusing tujuh keliling satu kelas dibuatnya.
"Bini lo tuh, Vel!" ujar Abela menunjuk ke arah Axvel yang masih menarik napas panjang-panjang. Tentu saja mereka semua sangat shock sekali dengan tingkah laku yang dilakukan oleh Bilqis. "Harusnya pas lo nikahin, maharnya itu otak aja. Soalnya otaknya Iqis kan tinggal setengah doang. Dia gak butuh emas atau apa pun itu, butuhnya otak," lanjutnya dengan penuh kekesalan.
"Tau! Bukannya punya bini itu yang pinter menandingi Maudy Ayunda, malah milih yang spek Iqis kayak gini, otak di bawah rata-rata," sambung Azila penuh menyindir. Namun tenang saja, semua itu tentunya tidak diambil hati oleh Bilqis. Ia sudah sangat biasa mendengar sindiran pedas dari teman-temannya. Toh, Bilqis mana pernah mau memikirkan apa yang teman-temannya katakan? Selain buang-buang waktu dan energi, Bilqis malas saja.
"Heh! Kalian ini kalau ngomongin orang jangan di depan orangnya, atuh!" sahut Bilqis dengan santai. "Lagian kalian otak shaming banget, deh. Otak gue ada tau, tapi emang udah enggak ada isinya semenjak gue sama Axvel," imbuhnya.
"Gila! Semenjak kapan gue mau sama lo, Qis? Gila banget deh lo! Enggak ada ya sejarahnya seorang Axvel yang ganteng ini mau sama lo. Lagian juga Axvel ini membawa pengaruh baik, bukan pengaruh buruk."
HUEK!!!
Seketika semua siswa kelas XI MIPA 4 melakukan peragaan yang sama, mereka seolah-olah muntah mendengarkan omongan dari Axvel. Lagian juga Axvel kalau berbicara seolah tidak ada kaca sekali. Apa tadi katanya? Membawa pengaruh baik? Bukannya Axvel pengaruh buruk yang harus dihindari ya?
"Gue yang sebangku sama lo aja kena pengaruh buruk lo, gimana bisa lo bilang kalau lo bawa pengaruh baik?"
Kicep. Kini semua atensi yang semula mengarah ke Bilqis, seketika mengarah ke sosok pria yang baru saja menyelesaikan kalimatnya. Tahukah kalian siapa sosok pria tersebut? Sosok pria yang sama sekali tidak pernah terbayangkan berani mengatakan hal seperti ini. Sosok pria dingin yang biasanya paling malas sekali mengikutcampuri urusan orang lain. Siapa lagi kalau bukan Ernest? Sangat shock sekali, bukan? Mendengar seorang Ernest berbicara seperti itu. Seorang Ernest yang meroasting Axvel hingga membuat semuanya kicep.
"a***y! Kece badai banget juara kelas sekaligus anak emas dari guru, si aset berharga kita ini! Seorang Ernest Psi Lambda udah bisa roasting? Gila! Gokil parah! Mana ngeroasting orang yang tepat lagi, roasting Axvel yang modelannya kayak gini!" heboh Bilqis dengan tepuk tangan yang gemuruh. Wanita tersebut juga turut menepuk meja bolak-balik. "Mantap, Ernest! Gue suka banget sama gaya lo!" lanjutnya masih terbahak-bahak melihat wajah datar Ernest.
"Heh, Iqis! Sumpah ya not have akhlak banget lo sama gue! Ernest roasting gue tuh bukannya lo marahin, malah lo apresiasi. Kurang ajar banget lo! Apa kurangnya gue sih?" sembur Axvel kesal dengan Bilqis. Bilqis yang memang tidak memiliki akhlak sama sekali. Sudah diperjuangkan mati-matian oleh Axvel, dijaga oleh Axvel, malah turut membela Ernest yang meroastingnya.
"OTAK!" balas semua anak kelas XI MIPA 4 dengan sangat serempak. Mereka semua tentu saja sangat setuju jika hal yang kurang dari Axvel adalah otak. Bilqis pun demikian. Oleh sebab itulah mereka sama-sama cocok, sama-sama cocok karena membutuhkan donasi otak dari teman-temannya yang lain.
"Sial! Not have akhlak banget ya kalian semua! Awas aja nih kalau gue balas!" gerutu Axvel penuh rasa sebal. Tangannya langsung menggandeng tangan Bilqis dengan lembut mengajaknya keluar dari ruangan sembari berkata, "Ayo pulang! Enggak ada main-main segala macem! Motor gue biar di sekolah aja dulu, gue yang bawa mobil lo. Gue yang anterin lo ke rumah!" Nada dari pria tersebut seolah nada yang tegas nan lugas, tak menerima penolakan sama sekali.
"Nah! Mending balik deh lo sana! Jangan ngajakin main terus!" cetus Azila setuju dengan hal yang dilakukan oleh Axvel. "Bawa kabur sana bini lo, Vel!"
"Ih tapi kan gue enggak mau balik dulu! Gue mau main dulu, Axvel! Ih lo mah gak asik banget deh! Gue pengen main!" rengek Bilqis tak mau mengikuti apa yang sudah ditentukan oleh Axvel.
Axvel tentunya tetap kekeuh dengan pendiriannya. Ia tak akan membiarkan Bilqis kecapekan lagi. Ia tak akan pernah membiarkan Bilqis kembali sakit lagi, tidak akan pernah. Ia akan tetap memaksa Bilqis untuk istirahat dan kembali memulihkan energi dari tubuh gadis tersebut. "Gak! Balik biar gue yang nganter, abis itu tidur!"
Ya sudahlah, mau tak mau Bilqis memang harus mengiyakan sebelum semuanya menjadi panjang. Toh Bilqis juga tahu jika nantinya Axvel mengadu kepada ibunda dari Bilqis, pasti ibundanya itu panik dan malah ikut memarahi Bilqis. Sangat memalaskan sekali, bukan?
"Iya, deh."
"Nah gitu dong! Istri takut suami, bukan suami takut istri," lontar riang dari pihak Azila. "Masa Axvel mulu yang ngikutin Iqis, sekali-kali Iqis yang ngikutin Axvel dong."
"Tapi beliin Iqis cireng dulu ya? Sama nanti mampir ke tukang bakso sama mie ayam! Ngidam bakso sama mie ayam soalnya! Jangan jadi calon ayah yang jahat ya, Vel. Anak lo nanti ileran kayak lo!"