Hari ini, sekitar pukul delapan pagi, Bima sudah berada di kampus bersama Jojo. Sebenarnya, mereka tidak ada kelas. Hanya saja, mereka butuh beberapa bahan bacaan yang berkaitan dengan topik skripsi mereka di perpustakaan. Hanya mereka berdua saja yang terlihat. Sementara Kevin belum datang. Kevin bilang akan datang untuk mencari bahan bersama mereka berdua di perpustakaan. Kevin sudah berjanji akan datang tepat waktu dan mereka berdua disuruh untuk menunggunya di depan gerbang.
Jojo adalah pria yang tidak suka menunggu terlalu lama, meskipun yang ditunggu teman baiknya. Tapi berbeda dengan Bima yang lebih memilih sabar daripada harus menggerutu seperti yang dilakukan Jojo sejak tadi. Wajar saja itu terjadi pada Jojo. Pasalnya, mereka sudah tiba di kampus sejak pukul tujuh tadi dan sekarang sudah pukul delapan. Itu artinya, mereka sudah satu jam menunggu Kevin, namun orang ditunggu tak kunjung datang juga.
"Nih anak kemana sih?!" gerutu Jojo sambil terus menghubungi nomor ponsel Kevin. Meskipun tidak ada jawaban sama sekali.
"Sabar."
Hanya kata itu yang bisa dikeluarkan oleh Bima. Ia sudah kehabisan banyak kata untuk menenangkan Jojo. Bima paham bagaimana rasanya berada di posisi yang tidak disukai.
"Ck! Ayas sabar dari tadi loh. Tapi ini udah kelewatan, Bim. Dia niat datang gak sih? Kesel jadinya," ucap Jojo dengan bibir yang maju ke depan.
Bima justru terkekeh. "Bibir kamu jadi kayak bebek kalau gitu."
"Malah ngeledekin nih orang. Ayas tuh lagi kesel, Bim. Kesel sama tuh anak," ucap Jojo ketus. "Dia ngapain sih di rumah? Molor lagi atau gimana? Ayas teleponi gak dijawab-jawab."
"Ya mungkin lagi kena macet. Atau ada kendala lain di jalan. Kan kita gak tahu, Jo," kata Bima yang terus berpikiran positif, hingga membuat Jojo semakin geram.
"Udah deh, mendingan kita masuk duluan aja. Tuh anak entah jam berapa datangnya. Capek Ayas nungguinnya."
Bima menghela napas panjang. "Gak boleh gitu. Kita kan udah janji mau nunggu dia di sini. Masa kita masuk duluan sih. Nanti dia marah loh."
"Bim, yang harusnya marah tuh kita, bukan dia. Dia juga janji loh mau datang cepat. Tapi malah molor kayak gini. Buang waktu. Harusnya dari tadi kita udah dapat bahan buat referensi," ujar Jojo kesal.
"Ya mau gimana lagi sih, Jo? Kamu kan tahu kebiasaan Kevin gimana. Dia tuh susah bangun pagi. Kadang si Vera aja sampai kesel gara-gara dia telat jemput."
Jojo mendecak. "Belain aja terus temen kamu yang selalu datang tepat waktu itu. Udah jelas dia yang salah, masih aja dibelain. Curiga Ayas. Jangan-jangan dia nyogok kamu ya? Emang berapa yang dikasih sama dia? Kalau cuma lima puluh ribu, Ayas juga bisa."
Seketika Jojo mendapatkan toyoran di kepalanya. Bima tidak suka dituduh seperti itu. Bima bukanlah pria yang mudah disogok sesuatu. Ia sangat membenci hal itu. Bahkan pernah ada salah satu mahasiswi yang nekad menawarkan sebuah mobil untuk Bima, asalkan Bima mau menjadi pacarnya. Itu sangat tidak masuk akal untuk Bima. Ia sampai marah besar pada mahasiswi itu di depan banyak orang, hingga akhirnya si pelaku malu dan memutuskan untuk pindah ke kampus lain.
"Kamu kalau ngomong dijaga. Aku paling gak suka disogok. Kita temenan udah lama. Susah seneng bareng-bareng. Mana mungkin aku ngerendahin harga diri cuma karena uang lima puluh ribu," ucap Bima tegas. "Tapi kalau dikasih sejuta, boleh juga."
"Yah! Sama aja dong!" seru Jojo.
Bima tertawa menanggapi kekesalan Jojo. Kalimat terakhirnya hanya sebagai guyonan saja agar Jojo tidak terlalu kesal dengan keadaan yang harus menunggu Kevin. Tapi untuk kalimat awal, Bima memang berkata serius. Kejadian waktu itu benar-benar terjadi. Mahasiswi itu cantik, namun Bima tidak menyukai caranya untuk mendekati Bima. Mahasiswi itu mengira, Bima adalah pria yang materialistis.
"Eh, itu dia!" seru Bima saat melihat sepeda motor Kevin dari kejauhan.
Jojo pun mengikuti jari telunjuk Bima yang mengarah ke jalan raya. "Oh iya. Lama amat tuh anak. Heran deh. Apa nyabun dulu dia? Makanya lama."
"Hush! Gak boleh su'udzon, Jo," ucap Bima mengingatkan. "Tapi ya mungkin juga sih."
"Ayas toyor nih kepala kamu ya. Atau mau Ayas jahit tuh mulut? Becanda mulu."
Bima tertawa sambil memegangi perutnya yang kram. Ia sangat suka menggoda Jojo disaat sedang kesal. Kebiasaannya, Jojo akan kesal pada Kevin. Selalu seperti itu, setiap saat. Jika sudah mulai terlihat kekesalan Jojo, Bima justru akan semakin menambah kekesalan teman baiknya itu.
Bima menatap Kevin yang sudah menghampiri mereka dengan cengiran khasnya jika berbuat salah. Kevin meminta maaf pada mereka. Bima mungkin menanggapinya biasa saja dan akan melupakan kesalahan Kevin. Tapi berbeda dengan Jojo yang tidak mudah memaafkan dan melupakan kejadian ini. Jojo akan terus membahasnya seharian, sampai akhirnya ia puas dan akan berhenti setelah berganti hari dan tanggal. Kebiasaan Jojo memang unik, seperti seorang Ibu yang sedang mengomeli anaknya ketika melakukan kesalahan.
Tapi untungnya, Bima dan Kevin sudah terbiasa dengan sikap Jojo. Hanya beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang akan mencibir Jojo ketika mereka tidak sengaja mendengar pria itu mengomel terus.
"Bim, lo nganter pulang Denisa ya kemarin?" tanya Kevin saat mereka sudah berada di perpustakaan untuk memilih bahan referensi.
Bima mengangguk. "Tapi gak naik motor. Naik angkutan umum. Romantis gak tuh?"
"Apanya yang romantis?" celetuk Jojo, seolah menyindir Bima. "Nganter cewek naik angkutan umum kok romantis. Naik alphard-lah baru romantis."
"Dih! Kok lo yang ngatur. Emangnya lo punya alphard?" balas Kevin.
Jojo menggaruk kepalanya sambil menyengir. "Ya enggak sih."
"Ya udah. Gak usah gegayaan lo naik alphard. Masih mending si Bima naik angkutan umum. Toh ada sopirnya. Walaupun harus bayar."
Bima terkekeh mendengar ucapan Kevin. Untungnya penjaga perpustakaan tidak menegur mereka yang terlalu berisik. Padahal beberapa mahasiswa sudah melirik ke arah mereka.
"Udah ah, becanda terus. Ini kapan selesainya kalau ngobrol terus? Kalian mau karatan terus di kampus ini?" sindir Bima.
Kevin dan Jojo kompak menggeleng. Mereka pun mengikuti langkah Bima menuju salah satu meja sebagai tempat mereka untuk membaca bahan referensi yang sudah mereka dapatkan di rak buku.
Saat berusaha fokus membaca buku yang diambil, Bima tidak sengaja menoleh ke arah pintu masuk perpustakaan. Ia terkesima melihat kecantikan alami seorang wanita yang sejak kemarin menghantui pikirannya.
"Denisa," gumam Bima pelan, lalu tersenyum sendiri. Merasa kagum akan kecantikan wanita itu. Apalagi saat ini, Denisa sedang memakai gaun berwarna soft. Sangat cocok di tubuhnya.
Kevin menyikut lengan Jojo, karena telah menyadari Bima sudah tidak fokus lagi dengan bacaannya. Jojo yang tidak mengerti pun menatap Kevin, meminta penjelasan. Kevin langsung memberi kode ke arah belakang Jojo.
"Oh," gumam Jojo pelan dan sedikit berbisik ke arah Kevin. "Jadi gak fokusnya gara-gara tuh cewek?"
"Yoi," jawab Kevin.
"Ayas kerjain ah."
Saat Jojo hendak berdiri, Kevin dengan sigap menahan lengan Jojo. Untungnya Bima masih belum sadar dengan kegaduhan Jojo dan Kevin.
"Apaan sih?!" bisik Jojo.
"Lo mau ngapain, Bambang?"
"Enak aja ganti nama Ayas. Jojo, bukan Bambang," protes Jojo.
Kevin mendecak. "Iya, Jojo. Lo mau ngapain?"
"Mau godain Denisa-lah," jawab Jojo. "Sekalian buat si Bima sadar. Tuh lihat, gak kedip-kedip matanya. Heran deh."
Kevin berusaha untuk tidak tertawa, karena sikap Bima yang sangat-sangat berbeda setelah bertemu dengan Denisa. "Aduh, mendingan jangan deh." Kevin melarang.
"Kenapa?"
"Entar lo diamuk sama Bima. Lo tahu sendiri kan gimana dia ngamuk? Badannya jadi hijau semua, terus ada ototnya. Mau lo digebuk sama dia?"
"Ck! Ayas gak takut. Lagian dia nyuruh kita fokus, tapi sendirinya gak fokus cuma gara-gara tuh cewek. Kan gak adil," ujar Jojo. "Udah ah, Ayas samperin dulu. Biar makin panas hati si Bima."
Jojo langsung berdiri dan Kevin sama sekali tidak bisa menahan keinginan Jojo untuk memicu amarah Bima. Kevin mencoba untuk memalingkan wajah saat Bima mulai sadar bahwa Jojo sedang mendekati wanitanya. Bima menatap Kevin yang meringis ketakutan.
"Ngapain dia nyamperin Denisa?" tanya Bima dengan nada pelan namun terdengar seperti mendesak Kevin untuk berbicara dan menjelaskan semuanya.
"Tahu tuh anak. Gue udah bilang ke dia. Tapi dianya gak mau nurut," jawab Kevin dengan raut wajah pasrah.
Karena kesal dengan ulah Jojo, Bima memilih untuk keluar dari perpustakaan. Kevin pun turut mengekori Bima dari belakang sambil merutuki perbuatan Jojo hari ini. Sementara Denisa tampak gelisah saat Bima pergi begitu saja dari perpustakaan. Lalu, bagaimana dengan Jojo? Dia tampak cuek saja. Tidak peduli dengan kemarahan Bima.
"Kak Jojo, aku mau ke kelas dulu ya. Udah terlambat soalnya," pamit Denisa pada Jojo.
Jojo dengan tidak tahu dirinya, justru menawarkan jasa untuk mengantar Denisa sampai ke kelas. "Oh, Ayas antar aja. Sekalian Ayas juga mau keluar kok."
"Eh, gak usah, Kak," tolak Denisa secara halus. "Aku bisa ke kelas sendiri kok. Permisi."
Dengan sopan, Denisa sedikit menundukkan kepala untuk pergi terlebih dulu. Tujuan Denisa keluar adalah untuk mencari keberadaan Bima. Tapi ia sama sekali tidak menemukannya. Mungkinkah Bima cemburu karena melihatnya berbicara dengan Jojo? Apakah ucapan Kevin pada Vera itu benar adanya? Denisa terus bertanya tentang hal itu. Tapi tidak tahu apa jawabannya.