Bab 24

1616 Kata
Alana merasakan sore hari kali ini penuh suka cita karena Brian datang menjemput jalan-jalan. Kini, dia bisa merasakan keindahan cinta bersama Brian di dalam mobil Brian. Bukan aroma khas mobil mewah Brian yang Alana banggakan, tetapi letupan hatinya yang semakin keras setiap berada di samping Brian. “Alana, serius nih aku nggak ganggu sore kamu?” tanya Brian sekali lagi, tak enak karena menjemput Alana tanpa memberikan penjelasan di telepon. “Nggak dong kak. Lagian aku free, bosan juga di rumah sendirian. Mama nggak pulang karena sibuk kerja. Sementara kedua sahabatnya entah pergi kemana,” sahut Alana mengulum senyum. “Syukurlah kalau kamu nggak keberatan. Aku takutnya kamu nyesel gitu,” ungkap Brian tak enak hati. Alana menggelengkan kepala seraya memandang Brian. Mana mungkin Alana menyesal di jemput Brian, laki-laki yang berhasil membuka gembok di hatinya. Padahal gembok itu terkunci rapat bertahun-tahun, tak ada satu laki-laki pun yang berhasil membukanya.  “Oya Kak, kita mau kemana nih?” tanya Alana penasaran. Dia heran karena Brian tak juga menghentikan mobilnya setelah 5 menit di perjalanan. “Ke butik nyokap,” sahut Brian cepat. Alana menelan ludah mendengar ucapan Brian. “Maksudnya, ke butik orang tua Kakak?” Alana berusaha memperjelas ucapan Brian. Brian mengangguk. “Iya. Kamu bebas ambil dress atau pakaian feminim sesukamu, aku yakin kamu bakalan suka,” ungkapnya percaya diri. Alana tersenyum ragu, dia memandang lurus dan membuat otaknya bekerja lebih keras. Brian berencana mengajaknya ke butik mamanya? Oh Tuhan, mengapa secepat itu Brian membawa ke butik keluarganya dan meminta Alana cepat berubah feminim? Kejadian di butik pasti menjadi kejadian memalukan karena sudah pasti Alana tak bisa mengenakan dres, high heel dan sejenisnya. Lalu, bagaimana jika Alana malah ditertawakan karena tak bisa mempercantik diri sebagai seorang wanita? “Alana,” panggil Brian lembut. “I-iya Kak,” sahut Alana gugup. “Nggak usah gugup gitu dong. Santai aja, aku yakin kok nyokap pasti bantuin kamu. Nyokap bakalan buat kamu kaya bidadari dan semua orang pangling lihatnya,” ucap Brian penuh suka cita. “Ta-tapi aku nggak pernah dandan Kak,” pesimis Alana. “Jangan merendah. Sumpah Alana! Kamu tuh aslinya cantik banget kalau pandai merawat diri, bahkan kecantikanmu ngalahin bintang sinetron lho,” puji Brian berbunga-bunga. “Nggak usah ngeledek Kak.” Brian berdecak pelan. “Siapa yang ledekin kamu sih, aku bicara dari lubuk hatiku yang terdalam. Nggak ada dalam kamus aku, seorang Brian membohongi wanita.” Alana hanya tersenyum menanggapi ucapan Brian, ucapan Brian memang manis dan membuatnya seperti melayang ke angkasa. Namun, Alana berusaha menahan diri agar tidak takabur. Alana tak ingin berbesar hati karena masih ragu bertemu dengan mamanya Brian sang pemilik butik, pastinya mamanya Brian adalah wanita hebat dan cantik. “Sampai,” ujar Brian setelah memarkirkan mobilnya di area parkir indoor yang luas dan mewah. Alana hanya menelan ludah memandang area parkir indoor yang luas dan megah. Area parkirnya saja indoor dan megah, bagaimana rupanya butik keluarga Brian. Lalu bagaimana rupa mama Brian dan saudara Brian? Oh Tuhan... mimpi apa Alana semalam sampai diajak laki-laki menemui keluarganya. “Ayo Alana,” ajak Brian setelah melepaskan safety beltnya. “Iya Kak,” sahut Alana cemas, saking cemasnya sampai tak bisa membuka safety belt. Brian mengulum senyum memperhatikan Alana yang kesulitan membuka safety belt. Tangan kekarnya hendak membantu Alana, namun kening mereka malah beradu karena Alana panik. Namun, insiden itu membuat Alana dan Brian saling memandang cukup lama. Debaran jantung Alana semakin keras, bahkan mungkin terdengar di telinga Brian. “So-sorry Kak,” ucap Alana berusaha membuka safety belt. “Sini aku bantuin,” sahut Brian membantu Alana membantu safety belt. Alana membiarkan Brian membuka safety belt, dia membiarkan rambut Brian menyentuh hidungnya karena Brian tampak kesulitan membuka safety belt. Senyuman indah mengukir di bibir Alana karena mencium aroma harum parfum Brian, laki-laki itu memang selalu menyebarkan keharuman khas laki-laki macho di setiap waktu. Tak heran Brian menjadi idola kaum hawa. “Sorry ya, nggak biasanya tuh safety belt ngambek,” ucap Brian malu setelah melepaskan safety belt. Alana terkekeh. “Mungkin capek Kak,” sahutnya semangat. “Mungkin. Ya udah, ayo turun.” Brian segera keluar dari mobil, dia membukakan pintu mobil Alana.  Alana semakin gelisah karena tak mengetahui seperti apa karakter dan wajah mamanya Brian. Bagaimana jika mamanya Brian langsung mengusir Alana setelah melihat penampilannya yang tomboy dan kampungan. “Ya Allah, aku belum siap. Malah dipertemukan dengan cara kaya gini.” Batin Alana seraya menggigit bibir bawahnya kejam. *** “Assalamu’alaikum Mi,” sapa Brian masuk ke ruang kerja sang mama, Bu Hilda yang mewah. “Wa’alaikum salam Nak, tumben kamu kesini,” sahut Bu Hilda bangkit dari kursi kerjanya. Dia menghampiri Brian dan Alana, memandang Brian yang mencium tangan kanannya penuh kasih sayang. Alana pun melemparkan seulas senyum pada Bu Hilda, sosok wanita setengah baya yang kecantikannya masih terpancar. Bahkan gaya pakaian Bu Hilda up to date sehingga menambah aura kecantikannya, walaupun begitu senyuman keramahan mengembang di pipinya. “Halo tante, aku Alana teman Kak Brian,” ucap Alana ramah lalu mencium tangan Bu Hilda. Bu Hilda tersenyum memandang Alana. “Oh temannya Brian ya, salam kenal ya Nak.” “Iya tante.” Alana sedikit lega karena berhasil melewati tahap pertama, yaitu tahap bertemu Bu Hilda. Ternyata kepribadian mamanya Brian tak seperti bayangannya, sosok ibu tajir yang sombong dan menganggap status strata harus diperhatikan saat mengajak teman. Ternyata Bu Hilda adalah wanita cantik dengan karir cemerlang yang ramah dan murah senyum. Sikapnya tak jauh berbeda dengan sikap Brian. “Oya Mi, aku boleh minta tolong nggak Mi?” Brian mulai melontarkan pertanyaan dan membuat Alana gugup. Pertanyaan itu pasti mengarah untuk dirinya. “Tentu boleh sayang. Apapun permintaanmu, pasti Mami turuti karena kehidupan Mami hanya untuk buah hati Mami,” sahut Bu Hilda mengulum senyum, membuat hati Alana bergetar. “Hmmm.... Mami tolong jadiin Alana feminim ya,” ungkap Brian lirih. “Apa Nak? Coba ulangi? Apa Mami nggak salah denger?” Bu Hilda tampak menahan tawa, bahkan meminta Brian mengulangi ucapannya karena kurang yakin dengan apa yang didengar. “Udah deh Mi nggak usah ledek. Mau nggak,” ucap Brian tak mau mengulang ucapannya. Dia tahu sang mami hanyalah meledek karena meminta permintaan tak biasa. Bu Hilda terkekeh. “Maaf ya. Mami nggak nyangka aja kamu minta itu.” Alana terkejut mendengar ucapan Bu Hilda. Dari percakapan Brian dan Bu Hilda, sepertinya Brian tak pernah mengenalkan wanita pada sang mami sehingga Bu Hilda tampak terkejut mendengar permintaan Brian. “Brian, kayaknya Alana penasaran tuh sama kepribadian kamu,” ucap Bu Hilda seraya melirik Alana. “Mi, udah. Cukup ya permalukan aku,” kesal Brian karena sang mami malah menggodanya. Bu Hilda memegang tangan kanan Alana yang dingin, membuat Bu Hilda tersenyum. “Kenapa tangan kamu dingin Nak, nggak usah gugup gitu dong. Apa sih yang buat kamu gugup? Toh kita sama-sama manusia, saya bukan buaya loh,” ucapnya ramah. Alana menyunggingkan bibirnya walaupun berat, hati Bu Hilda seperti malaikat karena tak memperdulikan status sosial. Bahkan Bu Hilda memperlakukan Alana dengan baik, malahan Bu Hilda menggoda Brian yang tampaknya tak pernah mengenalkan wanita pada sang mami. “Kamu adalah wanita beruntung yang bisa dikenalkan sama saya. Selama ini Brian nggak pernah mengenalkan wanita Nak. Walaupun kata teman-temannya banyak yang suka, tapi Brian nggak bisa mencintainya,” ungkap Bu Hilda ramah. “Tante bisa aja. Aku sama Kak Brian cuma teman kok,” sahut Alana mengulum senyum. “Bener Mi. Mami jangan buat gosip di sore hari deh,” timpal Brian membela Alana, walaupun benih cinta di hatinya telah tumbuh. “Kalau lebih dari teman juga bisa diatur kok,” lanjut Bu Hilda terkekeh. DEG! Alana membelalakkan matanya, bagaimana mungkin wanita karir yang kaya raya dengan mudahnya memberikan cinta anaknya untuk gadis biasa seperti Alana. Apakah Bu Hilda tak memikirkan dampak buruk jika Brian menjalin hubungan dengan Alana? Apakah Bu Hilda tidak merasa nama baik keluarga besarnya hancur karena anak laki-lakinya mencintai gadis biasa seperti Alana? Oh Tuhan, pertanda apakah ini? Mengapa Bu Hilda begitu baik pada Alana. “Udah deh Mi, cepetan buat Alana jadi feminim. Ubah gaya rambut atau apanya kek,” pinta Brian, membuyarkan lamunan Alana. “Ta-tapi Kak, aku belum siap jadi feminim. Kan masih ada waktu,” sahut Alana terbata-bata. “Nggak semuanya kok Alana. Cuma ya, dikit-dikit sambil belajar,” sahut Brian antusias. Bu Hilda langsung memperhatikan postur tubuh Alana dari kaki sampai kepala. “Brian sayang, kamu jangan naif dong Nak. Jangan langsung rubah Alana jadi feminim, itu sama aja kamu menyiksa dia,” ucapnya memandang Brian. “Memangnya kenapa Mi?” tanya Brian polos. Bu Hilda menghela nafas panjang. “Brian, Mami tahu kepribadian Alana. Alana ini tomboy dan nggak suka hidupnya dikekang, kalau kamu maksa dia bisa aja dia kabur loh. Lebih baik, buat Alana jadi feminim dengan kemauannya. Eum.. Mami akan suruh Kakak kamu ajari cara berjalan seorang wanita dulu ya.” Kening Alana berkerut, dia semakin tak mengerti arah pembicaraan Bu Hilda. Bahkan Alana surprise, ternyata Bu Hilda mengetahui kepribadian Alana dan sifatnya yang tak bisa dikekang, namun siapakah kakak Brian yang akan mengajari cara berjalan seorang wanita? Apakah Alana harus mengikuti serangkaian tes dari Brian untuk mendapatkan cinta Brian? Ya Tuhan, sudah seperti tes pendidikan aja. “Oke Mi. Mana Kak Neva?” tanya Brian cepat. “Dia ada ruang kostum. Sebaiknya kamu ajak Alana kesana aja,” sahut Bu Hilda seraya mengulum senyum. “Emm, maaf tante kalau aku lancang. Gimana kalau tante ikut, soalnya Brian kan cowok dan nggak tahu bagaimana menjelaskan pada Kak Neva,” saran Alana, dia tak ingin hidupnya menjadi bahan percobaan Brian dalam hal kecantikan dan semacamnya. “Baiklah Nak. Mari.” Bu Hilda berkata ramah, lalu berjalan lebih dulu keluar dari ruangannya, diikuti Alana dan Brian. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN