Bab 27

1233 Kata
"Thanks ya, seharian ini udah nemenin hari aku," ucap Alana mengulum senyum. Dia turun dari motor dan berjalan ke teras rumah bersama Diaz.  "Sama-sama.Kalau pengen ke bukit itu lagi tinggal kabari aja ya," sahut Diaz mengulum senyum.  Alana terkekeh. "Siap! Aku pasti bakal sering kesana karena lokasinya asri banget. Enakan kesitu dibanding ke Mall." "Ya udah, istirahat gih. Aku pulang dulu ya," pamit Diaz.  "Hati-hati ya," sahut Alana cepat.  Diaz mengulum senyum, tanpa sengaja dia melihat Keyla dan Vita yang mengintip dari balik tirai jendela. Diaz menggelengkan kepala melihat sikap sahabat Alana yang serba ingin tahu, namun Diaz tak ambil pusing. Diaz berjalan ke arah motor dan memainkan gas.  "Jangan ngebut," perintah Alana lembut.  "Oke tuan putri," sahut Diaz dengan suara tinggi, dia sengaja berkata lantang untuk menggoda Keyla dan Vita. Selang itu Diaz melajukan motornya kencang.  Alana menghela nafas menatap kepergian Diaz. "Allah memang adil. Nyesek karena Kak Neva, Allah gantikan dengan kebaikan Diaz." "Alana," panggil Keyla dan Vita membuka pintu dan memandang Alana penuh arti.  "Kalian belum pulang?!," ucap Alana terkejut melihat kedua sahabatnya.  "Niatnya kami mau pulang tapi setelah kamu bilang jalan bareng Diaz, kita nggak jadi pulang," ungkap Vita cepat.  "Oh, yaudah aku mandi dulu ah." Alana beranjak masuk rumah, namun Keyla menahan lengan Alana.  "Kamu nggak boleh pergi sebelum jelasin apa yang sebenarnya," tugas Vita.  Alana menghembuskan napas kesal karena kedua sahabatnya seolah tak mengetahui lelahnya Alana. Mereka ingin mengetahui apapun tanpa melihat Alana kelelahan atau tidak. Alana pun melirik kedua sahabatnya, saat mereka lengah langsung berlari masuk rumah.  "Alana," pekik Vita dan Keyla, lalu mengejar Alana masuk.  *** Diaz menutup pintu rumah dari dalam dan bersiul. Tampak jelas kebahagiaan terpancar di wajah Diaz, bahkan kebahagiaannya bisa berwisata bersama Alana mampu mengalahkan kesedihannya akibat penyakit yang diderita.  "Tumben nih ceria banget tuh wajah, biasanya muram kaya makam," celoteh Alvar yang duduk di sofa ruang tamu.  Diaz yang berniat naik ke lantai atas mendadak menghampiri Alvar dan minum orange jus di meja. Tentu Albar kesal karena minuman yang sudah dia buat susah payah dk habiskan Diaz  "Itu minuman gue dong. Susah payah gue buat malah loe habisin," ucap Alvar emosi.  "Tinggal bikin aja, gitu aja repot," sahut Diaz cuek.  Alvar berdecak kesal. "Emang susah ya ngomong sama orang yang kasmaran. Eh puber kedua maksud gue," ucapnya ketus.  Diaz terkekeh melihat sikap sepupunya. Dia heran karena Alvar selalu menggodanya, Diaz pun tak bergeming. Hanya memainkan ponselnya, melihat-lihat kumpulan fotonya dan Alana saat di bukit.  "Alana, kamu memang cantik. Tapi bukan kecantikanmu yang buat aku nyaman disampingmu, kemiripan kamu dengan Cindi yang buat aku nyaman," ucap Diaz dalam hati seraya mengulum senyum. Cindi adalah panggilan kasih sayang Diaz untuk cinta pertamanya. Diam-diam Alvar merebut ponsel dari Diaz dan berusaha melihat kumpulan foto Diaz dan Alana. Diaz pun terkejut dan berusaha merebut kembali, sayangnya Alvar terlanjur melihat kemesraan foto sepupunya dan Alana.  "Wooo…. Jadi loe habis liburan sama Alana. Google job bro, pertahankan ya. Pepet terus sampai sahut bro," ucap Alvar menyemangati Diaz.  "Nggak usah ngarep deh. Aku sama Alana cuma teman, lagian gue rasa dia sudah punya kekasih. Kalau nggak salah namanya Brian, pelukis handal," tebak Diaz tampak cemburu.  "Selama janur kuning belum melengkung, bisa lah loe berkorban sedikit. Kalau kalian memang jodoh, gue yakin pasti bersatu," ucap Alvar menyemangati Diaz.  "Nggak usah jadi kompor deh. Gue mandi dulu," elak Diaz, lalu merebut ponsel dan naik ke lantai dua.  Kini giliran Alvar sendirian, dia tampak berpikir dan menerawang jauh kumpulan foto Diaz dan Alana di bukit. Menurut Alvar, mereka banyak kemiripan dan Alvar merasa mereka berjodoh.  "Gue yakin deh, mereka ada rasa saling suka. Cuma ditahan, tapi kalau gue buat mereka jadian bisa nggak ya," ucap Alvar pada dirinya sendiri.  *** Alana menatap wajahnya di cermin rias, memastikan rambutnya sudah rapi setelah keramas. Dari cermin rias, Alana memperhatikan Kayla dan Vita yang gelisah, mereka duduk di tempat tidur maupun berkeliling. Sungguh menyebalkan dan membuat Alana malas meladeni kedua sahabatnya itu karena mereka menantikan penjelasan Alana.  "Guys, aku tidur dulu ya. Ngantuk banget nih," goda Alana, dia ingin membuat sahabatnya semakin emosi.  "Nggak boleh! Kamu harus ceritain ke kita apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa kamu keluar bareng Brian tapi pulang bareng Diaz," cecar Vita.  "Bener, kenapa juga kamu dan Diaz jalan-jalan di bukit," timpa Kayla serius.  Alana terkekeh dan menggaruk hidungnya yang tak gatal. Dia memperhatikan raut wajah Vita dan Kayla yang penasaran.  "Cepetan," pinta Vita tak sabar.  "Aku bingung harus mulai darimana, semuanya terlalu cepat," sahut Alana seadanya.  Keyla menghela napas. "Oke aku arahkan biar kamu nggak bingung ya." Keyla menghentikan ucapannya, dia tampak berpikir sejenak. "Saat Kak Brian ajak kamu, dia bawa kamu kemana?" "Ke butik nyokapnya yang megah dan luas. Dia minta keluarganya buat aku feminim," ungkap Alana tampak sedih.  "What? Feminim," ucap Keyla dan Vita tak percaya.  Alana mengangguk dengan pandangan sayu. Dia menatap kedua sahabatnya seolah meminta pertolongan kalau dia tak sanggup memenuhi permintaan Brian.  "Masa sih Kak Brian minta kamu jadi feminim secepat ini? Memangnya dia udah nembak kamu?" tanya Keyla penasaran.  Alana tak bergeming, hanya menggelengkan kepala. Dia membiarkan Keyla dan Vita berpikir sendiri.  "Harusnya Kak Brian nggak secepat itu ya minta berubah. Dia kan nggak tahu alasan kamu jadi tomboy gini, kalau aja dia tahu dulu kamu cantik dan fashionable pasti nyesel tuh," ungkap Keyla emosi dengan permintaan Brian.  Keyla memandang Alana iba. "Terus kamu mau?" Alana menghela napas. "Iya, nyokap Kak Brian sih supel dan ramah banget. Tapi," Alana malah memainkan ponselnya, dia tak melanjutkan ucapannya.  "Tapi apa Alana?" tanya Keyla dan Vita serentak. Mereka gregetan dengan Alana yang setengah-setengah memberikan penjelasan.  "Kakaknya Kak Brian kaya nggak suka sama aku. Dia nggak ikhlas aku berubah feminim, katanya disuruh belajar jalan dengan buku tebal di kepala," jujur Alana seraya mengerucutkan bibir kesal.  "Belagu banget kakaknya, memangnya dia cantik apa. Sok-sokan berkuasa minta kamu belajar jalan kaya gitu," kesal Keyla.  "Dia memang cantik banget sih. Putih dan fashionable," ucap Alana memuji kesempurnaan Neva.  "Kalau gitu kamu Terima aja tantangan si kakaknya. Buktiin kalau kamu bisa jadi feminim dan buat kakaknya Kak Brian malu dan minta maaf udah menghina kamu," saran Vita ikutan emosi dengan sikap Neva.  Alana menggeleng kuat. "Nggak semudah itu guys. Apalagi Kak Brian minta aku ubah penampilan, aku minta satu minggu buat berpikir. Sumpah, pusing aku." Keyla tampak berpikir, dia melupakan sesuatu tentang Diaz. "Oya, kalau kamu lagi badmood kenapa malah asik liburan sama Diaz?" tanyanya heran.  Mendadak senyuman manis menyunggingkan di bibir Alana, wajah yang tadinya muram mendadak bersinar karena mengingat kenangannya bersama Diaz. Alana bersyukur bertemu dengan Diaz disaat sakit hati karena sikap Neva.  "Kok malah ketawa?" tanya Vita heran.  Alana terkekeh. "Jangan ledekin terus ya. Aku ketemu Diaz di taman, dia tahu lagi sedih. Jadilah diajak ke bukit, tapi sumpah ya kehadiran Diaz bisa ngobatin sakit hati atas sikap Kak Neva. Surprise banget deh." Keyla dan Vita langsung berdehem mendengar curhatan Alana mengenai Diaz. Mereka bahagia karena Alana tidak minder atau menghindari laki-laki.  "Sumpah ya, kita seneng banget kamu udah normal lagi," ungkap Vita bahagia.  "Enak aja norma-norma lagi. Sejak kapan aku nggak normal," tukas Alana dia tak ucapan Vita.  "Iya sori deh yang lagi kasmaran sekaligus 2 cowok," goda Vita seraya menyenggol baru Alana.  "Udah mau tidur. Ngantuk!" Alana buru-buru beranjak ke tempat tidur. Dia menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.  "Iya deh yang gengsi. Semoga mimpiin Diaz atau Kak Brian, terserah mau milih siapa aja," ledek Keyla, lalu beranjak ke tempat tidur. Begitupun Vita.  ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN