Sore itu, Keira akhirnya diizinkan keluar dari kamar. Udara segar menyambutnya saat kursi roda yang ia duduki didorong pelan menuju taman Rumah Sakit Brawijaya. Tempat itu terasa tenang, teduh dengan rindang pepohonan dan suara burung yang sesekali terdengar. Sudah lama ia tidak benar-benar merasakan arti kedamaian, dan sore itu baginya seperti hadiah kecil. Keira mengenakan pakaian pasien berwarna hijau pucat, rambutnya dibiarkan tergerai seadanya. Ia tidak membawa ponsel, hanya duduk diam menikmati langit yang beranjak jingga. Tak jauh dari sana, Sheena ikut menemani, duduk di bangku taman sambil sibuk mengisap minuman boba yang barusan ia pesan lewat bantuan perawat. Kedua orang tua Keira sedang pulang sebentar untuk mengambil barang-barang yang diperlukan, jadi hanya mereka berdua di

