Hari itu, Delon duduk di balik meja kerjanya. Setelan jas yang rapi tidak mampu menutupi betapa kacaunya pikirannya. Matanya sembab karena semalaman tak tidur, pikirannya berkabut oleh satu nama yang tak kunjung lepas dari ingatannya. Keira. Ia mencintai perempuan itu—atau setidaknya, itulah yang ingin ia yakini. Tapi mengapa setiap bayangan tentang Keira yang muncul di kepalanya selalu disertai desahan, rintihan, dan tubuh gemetar dalam pelukannya? Mengapa selalu hasrat yang lebih dulu mendominasi, bukan kelembutan? Apakah cinta bisa seperti ini? Atau... apakah ini hanya nafsu yang menyamar dengan manis sebagai kasih sayang? Delon memejamkan mata, mencoba menenangkan kepalanya yang terasa penuh. Tapi tidak. Tubuh Keira, senyumnya, napasnya yang tercekat saat disentuh, semua itu hadir

