Ranty jalan di sekitaran kampus sambil memainkan ponselnya. Dia merasa hari ini kurang fit. Entah kenapa tubuhnya langsung drop tadi.
Apa karena tadi naik turun tangga dengan cepat dan membuatnya kelelahan? Mengingat itu Ranty kembali teringat dengan kejadian yang terjadi di rooftop kampus saat itu.
Ranty mematikan ponselnya, dia memilih fokus jalan daripada nanti menabrak sesuatu. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan berjalan.
Dari arah yang berlawanan dia dapat melihat Farel yang sedang berlari kearahnya. Gadis itu terdiam dan menghentikan langkahnya.
Farel semakin mendekat dan akhirnya langsung memeluk Ranty, tentu saja gadis itu langsung terkejut dan hampir saja terjungkal ke belakang.
"Lo udah sembuh?" Tanya nya sambil terus memeluk Ranty yang bahkan masih bingung kenapa Farel tiba-tiba datang kepadanya dan langsung bersikap seperti ini.
"I.. Iya." Ujar Ranty terbata dan Farel melepaskan pelukan nya dan melihat Ranty.
"Syukurlah lo nggak apa-apa, gue udah mikir yang macem-macem aja." Ujar Farel dan Ranty hanya terkekeh.
Farel selalu begini, panik berlebihan. Padahal dirinya hanya kelelahan dan Farel terlalu khawatir akan hal itu.
"Gue cuma kecapean Rel, lo tau kan?" Ujar Ranty dan Farel menghela nafas.
"Ya makanya jangan kecapean bego, lo kan anaknya lemah banget." Ujar Farel dan Ranty langsung meninju pelan pundak laki-laki itu.
"Nih ya yang namanya lemah." Ujar Ranty lalu terkekeh.
Farel ikut terkekeh dan memegang kedua pundak Ranty, "Lo abis ngapain sih? Bisa sampe pingsan kayak gitu? Perasaan tadi sehat-sehat aja pas ketemu gue." Ujar Farel penasaran.
Ranty terdiam sebentar lalu melihat di belakang Farel ada Fabian dengan Reno yang sedang berjalan kearah mereka.
Alasan dia pingsan begini karena memergoki Fabian dan Diana yang sedang ciuman di atas rooftop.
Fabian berjalan bersama Reno, dia mengangkat kepalanya setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Namun, saat mengangkat kepalanya dia langsung melihat Ranty yang sedang berhadapan dengan Farel.
Gadis itu memperhatikan nya, terus memperhatikan nya dengan tatapan aneh, membuat Fabian ikut menatap Ranty penasaran.
"Ran?" Farel memanggil Ranty yang sepertinya sedang fokus memperhatikan sesuatu di belakang nya.
Dia menoleh ke belakang dan disana ada banyak sekali mahasiswa, Farel tidak tau Ranty sedang memperhatikan mahasiwa yang mana.
"Ran?"
"Engh?"
"Lo kenapa?" Tanya nya lalu Ranty hanya menggeleng pelan.
"Nggak, yaudah lo mau pulang kan? Gue bareng sama lo yah." Ujar Ranty lalu segera menarik tangan Farel untuk keluar dari kampus, karena Fabian semakin lama semakin berjalan dekat kearahnya.
***
"Ran pulang." Ujar Ranty lalu melepas sepatunya. Ibunya yang tadi ada di dapur langsung menyambut anak gadis nya pulang.
"Kamu udah pulang? Eh," Ibunya melihat ada orang lain yang datang. Ibunya lantas langsung tersenyum melihat orang itu sudah lama tidak datang.
"Farel!!! Yaampun mama kangen banget tau nggak." Ujar Ibu Ranty yang bernama Rania.
Farel hanya bisa tersenyum, "Farel dateng dong, udah lama nih, jadi kangen." Ujar Farel lalu pada akhirnya mencium tangan Rania.
"Kebetulan banget mama udah bikin sesuatu yang spesial! Pas kamu datangnya Farel." Ujar Rania lalu melirik Ranty yang sudah tidak tertarik.
Farel terkekeh, "Kalau soal makanan akan aku yang paling cepet."
"Akun ganti baju dulu ya." Ujar Ranty lalu langsung pergi ke dalam kamarnya. Dia menutup pintu kamarnya dan langsung terdiam beberapa saat.
Farel itu sebenarnya ada masalah apa sih dengan dirinya?
Kemarin dibuat sakit, lalu sekarang dibuat melayang. Apa yang Farel lakukan sehabis itu? Menjatuhkan nya ke jurang?
Dan juga, kenapa dirinya harus pingsan dan selemah itu. Kenapa juga dia harus terjebak di UKS dan Farel jadi memeluknya seperti tadi.
Tapi, Ranty teringat dengan lagu yang bisa membuat dirinya menjadi teringat masa lalu, lagu yang hanya dia dengar sesekali dan akhirnya tadi dia mendengar lagu itu kembali.
Apa itu Farel?
"Ran, udah belum? Udah pada laper nihh." Teriak Farel dari bawah. Ranty langsung menggeleng, dia tidak boleh terus-terusan bergelut dengan pikiran nya sendiri.
"Iya sabar." Ranty langsung membuka baju atasan nya dan mengganti nya dengan yang baru dengan gerakan secepat kilat.
Lalu pada akhirnya dia turun ke bawah dan melihat semua anggota keluarga serta tamu tak diundang sudah ada meja makan.
Ranty duduk dan langsung menatap makanan makanan itu tidak selera, entah kenapa rasa laparnya langsung hilang.
"Bunda tau nggak? Aku kangen banget sama masakan Bunda." Ujar Farel lalu tersenyum.
Karena terlalu dekat, Farel memanggil orangtua Ranty dengan sebutan Bunda, sama seperti dia memanggil ibunya sendiri. Karena Farel menganggap Rania sebagai Bunda keduanya.
"Iyakah? Seharusnya kamu lebih sering kesini lagi, nanti Bunda bakal buat masakan kesukaan kamu setiap hari." Ujar Rania sambil tersenyum senang.
Ranty hanya menunduk mendengar semua obrolan mereka dengan tatapan kosong. Dia ingin cepat-cepat ke kamar, kenapa pula Farel harus mampir???
"Ranty, kamu dimakan dong, jangan dimainin aja." Omel ibunya kemudian.
Ranty tersadar dan melihat Farel yang sedang menahan tawanya. Sahabat laknat.
"Ranty lagi nggak enak badan Ma, maaf ya." Ujar Ranty pelan.
"Kamu sakit apa?"
"Tadi dia sempet pingsan Bunda, karena kecapean." Adu Farel dan langsung dihadiahi tatapan tajam dari Ranty.
"Kok kamu nggak bilang kalau sakit?"
"Nggak Ma, apasih Farel." Ujarnya sinis lalu melirik Farel yang sekarang hanya nyengir tanpa dosa.
"Abis liat setan kali makanya bisa sampai pingsan." Ledek Farel lagi dan rasanya ingin sekali Ranty pergi dan menumpuk Farel dengan bom.
"Jangan di dengerin ma, orang gila." Ujar Ranty dan Rania langsung tertawa.
Bukan setan yang dia liat disana! Tapi seseorang yang seharusnya tak melakukan hal itu disana. Mata nya kan sekarang jadi ternodai.
"Ranty, punya pacar nggak di kampus?" Tanya Mama nya tiba-tiba.
"Nggak Bun, dia menutup dirinya." Jawab Farel seolah paling mengerti tentang dirinya.
Ranty mendengus dan tertawa hambar, "Kok jadi ngomongin aku udah punya pacar atau belum, lagian aku punya pacar atau enggak juga bukan urusan kalian." Ujar Ranty sambil malas memasukkan makanan nya ke dalam mulut.
"Kamu jangan menutup diri kamu dong, kan ada Farel yang bisa membimbing kamu di kampus, Farel itu sudah seperti kakak kamu sendiri, iya kan Rel?"
"Iya Bun, lo tau nggak sih Ran? Lo tuh kayak adik gue sendiri, jadi kalau ada apa-apa lo tinggal bilang ke gue aja ya, adikku sayang." Ujar Farel dan Ranty langsung tertawa miris.
Adik ya?
Padahal selama ini Ranty menatap nya sebagai seorang laki-laki.
Tapi dia malah menatap nya sebagai seorang adik. Sedih.
***
Farel sudah pulang ke rumahnya dan kini Ranty sudah berada di dalam kamarnya, menyendiri dan berkali-kali terus memikirkan bagaimana dan siapa laki-laki yang masuk dan memutar lagu itu?
Apa iya benar Farel? Tapi rasanya Ranty masih sangat ragu, jelas Farel adalah tipe cowok yang yang suka musik bergenre rock dan metal, masa iya mendadak jadi classic kayak gitu. Tapi, kalau dipikir-pikir siapa juga laki-laki yang akan masuk kesana selain Farel?
"Udah tidur?" Rania membuka pintu kamar Ranty dan melihat anak gadisnya melamun.
"Iya? Ah ini mau tidur Ma." Ujar Ranty dan Rania mengangguk, "Yasudah mama tinggal," Ujarnya lalu melemparkan senyuman sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar.
Ranty menghela nafas, masalah itu dia bisa mengatasi nya nanti, yang penting sekarang adalah dia harus tidur karena besok ada kuliah pagi.
***
Ranty sudah sampai di kampus nya, dia langsung menuju kantin karena teman-temannya sudah menunggu dirinya disana. Ranty menatap ponselnya asik, aplikasi chat yang sangat memikat perhatian nya.
Hingga dia tak sadar sudah menabrak seseorang saat berjalan menuju kantin. Ranty terjatuh, ponselnya mental sangat jauh dan orang yang dia tabrak ikut terjatuh dengan isi tas yang berserakan kemana-mana.
"Aduh maaf." Ranty mengangkat kepalanya dan sangat terkejut setelah mengetahui kalau yang ditabrak nya adalah Fabian dia langsung terkejut setengah mati seakan baru saja melihat hantu.
"Nggak apa-apa kan?" Tanya Fabian dan Ranty langsung terdiam mematung, dirinya langsung terpaku dengan Fabian.
"HP GUE!" Beberapa saat kemudian Ranty memekik melihat ponselnya yang sudah tergeletak jauh darinya dengan kondisi yang sangat mengerikan bahkan dilihat dari jauh saja sudah jelas bagaimana keadaan nya.
Fabian lantas langsung menoleh dan melihat ponsel berwarna pink muda itu mati dengan layar yang rusak parah. Ranty langsung berdiri dan melihat keaadan ponselnya yang sudah tidak tertolong.
Memang, ponsel nya itu sudah lama dan Ranty berniat akan ganti, tapi kenapa harus secepat ini?
"Eh sorry." Fabian ikut berdiri dan melihat ponsel Ranty mati total, gadis itu memungut ponselnya dengan perasaan sedih.
"Bukan salah lo kok." Ujar Ranty, "Gue nya aja jalan nggak liat-liat." Lanjutnya lagi dan hanya bisa meratapi nasib nya.
"Gue gantiin ya." Ujar Fabian menawarkan diri dan Ranty jelas langsung menoleh kearahnya, dia menggeleng kuat.
"Nggak, ini bukan salah lo." Ujar Ranty menatap Fabian sebentar dan langsung pergi begitu saja, dia tidak mau membahas masalah ini lehih panjang lagi di depan Fabian.
Sesampainya di kantin Ranty langsung melihat teman-teman nya yang sedang mengumpul, mereka tertawa besama dan Ranty datang dengan wajah yang murung. "Kenapa?" Tanya Cindy yang sadar dengan raut wajah aneh Ranty.
"Hp gue." Ranty menunjukkan bangkai ponselnya yang hanya sisa kenangan. Ketiga sahabatnya meringis, dia benar-benar hanya bisa pasrah dan pada akhirnya dia duduk diantara mereka.
"Mau beli yang baru?" Tanya Cindy dan Ranty mengangguk. "Liat nanti aja ya." Ujar Ranty yang pasrah dia sadar kalau tabungan nya belum cukup dan entah apakah ayahnya mau menambahkan sedikit uang untuk membelikan nya handphone baru.
"Kasihan banget sih lo Ran," Ujar Amelia dan Ranty hanya menghela nafas.
"Udah hape rusak, gebetan pun hilang." Ujar Layla tanpa sadar dan Ranty langsung terdiam menatap semua teman-temannya.
Amelia terbungkam, begitupun Cindy yang sekarang menatap tajam Layla.
Ranty terdiam sebentar, "Maksudnya?" Tanya nya pelan.
"Hmm, nggak gue kebanyakan tidur jadi gila." Gumam Layla lalu Ranty menatapnya penuh tatapan selidik.
"Ada yang kalian sembunyiin dari gue, apa!" Ranty menggebrak meja dan semua teman-temannya langsung membuang muka. Menatap Layla tajam.
"Layla!"
Layla menghela nafas, "Oke oke."
"Tadi gue liat Farel jalan sama Indri." Ujar Layla dengan hati-hati dan Ranty langsung merasa hatinya langsung terasa sakit, dadanya sesak.
"Beneran?" Tanya Ranty memastikan.
"Iya, gue pikir juga tadi Farel suka sama lo, gataunya dia deketin Indri dan tadi tuh jadi pusat perhatian banget!!" Ujar Cindy antusias.
"Ya gimana nggak mau heboh, jelas banget kan Farel ganteng dan Indri tuh cewek paling anggun di kampus, dan tau nggak sih Farel ngajak jalan nya pun uwu banget, gue yakin aja kalau misalnya mereka jadian bakalan jadi couple favorit!" Kini Amelia yang antusias. Ranty hanya terdiam, mendengarnya saja sudah sangat sakit.
"Guys." Layla memanggil. Amelia dan Cindy pun behenti berkoar dan menatap Ranty yang terdiam tanpa ekspresi.
Amelia dan Cindy saling bertatapan satu sama lain, merasa sangat bersalah, tak seharusnya mereka antusias dan menceritakan bagaimana Farel mengajak Indri jalan.
"Ranty." Layla memanggil dan gadis itu langsung berdiri.
Dia langsung pergi ketika teman-temannya hendak menghampiri dirinya. Dengan cepat Ranty berlari di lorong.
Layla berkali-kali memanggil nama gadis itu tapi Ranty sama sekali tidak mau menoleh, pada akhirnya teman-temannya memutuskan untuk berhenti mengejar Ranty.
Hari ini ternyata datang juga, dimana Farel sosok laki-laki satu satunya yang dia sayang, yang dia kenal, yang dia cinta harus pergi bersama seorang gadis dan itu bukan dirinya.
Sakit? Tentu saja, penantian selama bertahun-tahun seakan sia-sia bagi Ranty.
Karena, memang sejak awal mereka bertemu Ranty sudah sangat menyukai Farel, tapi masalahnya laki-laki itu hanya menganggapnya sebagai seorang adik.
Ranty pun sudah berusaha untuk tidak peduli, tapi dia tidak bisa. Bayangan Farel yang masih akan terus terputar bagaikan film di otaknya.
Hingga,
Ranty menghentikan langkahnya dan karena melihat sesuatu yang dapat membuat dadanya sesak. Dia terus melihat kedepan sambil menahan rasa sesak di dalam dadanya.
Kakinya terasa berat, dia ingin sekali melangkah pergi tapi nyata nya dia tidak mampu, kakinya terasa di paku.
Tanpa sadar, Ranty langsung mengeluarkan air mata, tanpa sadar dia menangis. d**a nya naik turun karena sangat sakit.Ini pertama kali baginya melihat Farel bersama seorang gadis dan itu bukan dengan dirinya.
Hatinya hancur, fisiknya lemah. Begini rasanya ternyata saat melihat orang yang kita sukai ternyata menyukai orang lain. Persahabatan yang Ranty harapkan akan menjadi lebih langsung hilang bagai ditelan bumi
Ya, dia melihat Farel dan Indri bersama, duduk bersebelahan sambil beberapa kali tertawa, dia langsung merasa sesak.
Ini pertama kalinya mereka berdua bertemu, tapi rasanya sudah sangat akrab, seperti dirinya dengan Farel.Dan rasanya sangat sakit.
Ranty menggeleng lemah lalu kemudian entah mendapat energi dari mana dia memutar tubuhnya dan berbalik.
Saat dia berbalik tanpa sengaja dia melihat seorang laki-laki yang sedang memandangnya dari dekat. Hanya berjarak satu langkah saja.
Laki-laki itu menggendong tas nya dan menatap Ranty dengan tatapan hangat.
Fabian berdiri, berdiri sambil melihat Ranty dengan matanya yang basah. Dia tau apa yang Ranty lihat sampai dirinya menangis seperti ini.
Fabian masih terus terdiam dan menatao gadis itu yang terus menatapnya.