“Aku tahu tempat ini pasti bukan tempat yang ingin kamu tuju saat kita di korea.” Seperti biasa, wajah dingin dan kaku itu kembali tercetak jelas di wajah laki-laki itu. Gabriel kembali pada settingan awal, datar, dingin dan kembali tegas. Berjalan berjauhan tanpa pegangan tangan apalagi tersenyum manis padanya seperti waktu siang itu. Gilly dan Gabriel tak terlihat seperti pasangan suami istri. Lebih pantas mereka terlihat seperti atasan dan bawahan. Sekretaris dan Ceo. “Terkesan membosankan bukan?” tanyanya. Ya, bukan Namsan Tower atau Istana Gyeongbokgung yang Gabriel ajak untuk jalan-jalan di negeri gingseng ini. Tapi, laki-laki itu sudah punya tujuan lain dan inisiatif lain tanpa bertanya lebih dulu padanya. Gabriel mengajak Gilly ke sebuah museum seni ternama di Seoul. “Ehm.

