A story about friendship

1073 Kata
Kami bertatapan satu sama lain dan secara tak diduga, Hayden menyunggingkan seringaian. “Terima kasih,” ujarnya. Aku melempar tongkat baseball ke lantai, terdengar suara nyaring begitu tongkat itu mendarat. Kedua tanganku kutepuk untuk menghilangkan debu yang tertinggal pada telapak tangan akibat menyentuh tongkat baseball yang kotor, kemudian mendekat ke arah Hayden. “Sambutan yang baik untuk seorang teman.” Aku menyindirnya. Yakin kalau mereka berdua pasti memiliki sejarah yang panjang hingga akhirnya seperti ini. “Dia temanku.” Hayden tampak ragu. “Dulu,” lanjutnya secara tak terduga. Aku menyunggingkan senyuman mengejek, kemudian memperhatikan tubuh pria bernama Ishirou yang tergeletak di lantai dalam posisi tengkurap. Dia baik-baik saja, aku yakin. Dia hanya pingsan, dan mungkin mengalami memar karena bekas pukulanku. “Mau kau apakan pria yang kau sebut teman ini?” “Ikat, lalu kita tanyai baik-baik,” jawabnya sambil memandang lekat ke arah Ishirou. Tatapannya sulit untuk dibaca. Dia tampak khawatir, kaget, sedih, sekaligus senang. Aku tak yakin mana ekspresi yang lebih dominan. Tanpa berdebat, akhirnya kami berdua mengangkat tubuh Ishirou, membawanya ke sebuah ruangan kosong dan lembap, kemudian mendudukkannya di atas sebuah kursi dengan sandaran. Kami menegakan tubuhnya, kemudian mengikatnya dengan tali yang ditemukan oleh Hayden usai membongkar beberapa barang di ruangan ini. Rambut pria ini cepak dengan wajah yang entah kenapa sepertinya aku pernah melihat wajah ini. Aku mengangkat dagunya, usai Hayden selesai mengikat tubuh pria ini. Memperhatikan dengan seksama, kemudian sadar, kalau pria ini adalah pria yang sama yang kutemui di pesawat. Pria yang duduk di sampingku. Pria yang sepanjang perjalanan tidur, dan pria yang muntah di bajuku saat pesawat hendak mendarat. Aku melepaskan tanganku dari dagunya, membuat kepalanya terkulai menunduk. “Ada apa?” tanya Hayden. Kurasa dia menyadari perubahan sikapku barusan. “Aku pernah melihatnya sebelum ini," jelasku padanya. “Di mana?” “Bukan urusanmu. Lagipula ini bukan hal penting.” Hayden memutar bola mata, kemudian mengangkat sebuah kursi yang terdapat di pojok ruangan, dan membawanya ke hadapan Ishirou. Hayden menatapnya lekat. Dari tatapannya, aku yakin ada banyak hal yang tengah dipikirkan pria itu saat ini. Tak mau ambil pusing dengan masalah yang bukan urusanku, aku memilih untuk berlalu pergi. “Mau ke mana?” “Mobil. Kau lupa untuk memperbaiki mobilku?” “Oh, aku benar-benar lupa soal itu.” Hayden pergi meninggalkan ruangan, membuka box berisi perkakas, kemudian membawanya keluar. Rupanya, dia cukup lihai menggunakan peralatan bengkel, dia bahkan cukup terampil untuk memngganti ban. Sesekali dia meringis kesakitan. Membuatku sadar kalau saat ini pria itu sedang terluka. Aku janji, setelah ini akan mengganti perbannya, lukanya dalam dan bukan tidak mungkin jika mengeluarkan darah kembali saat melakukan kerja berat. Hayden selesai mengganti ban. Dia menyeka keningnya yang berkeringat akibat teriknya matahari menggunakan punggung tangan. Matanya yang sebiru lautan menatapku ketika menolah. Dan untuk pertama kalinya, aku merasakan perasaan ganjil. “Mobilmu sudah selesai, sebaiknya kita periksa kembali keadaan Ishirou, mungkin dia sudah bangun.” Aku mengangguk menanggapi, kemudian mengekor di belakangnya untuk masuk. Saat baru pertama kali masuk, aku cukup terkejut melihat posisi Ishirou. Dia terguling di lantai dengan posisi menyamping. Sepertinya dia sudah bangun sejak tadi, dan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan dan kabur. Tanpa pikir panjang, Hayden menarik tubuh Ishirou dan membuatnya kembali ke posisi semula. Duduk terikat pada sebuah kursi. “Mau apa, kau?” ucapan sinis Ishirou menjawab semua pertanyaanku mengenai hubungannya dengan Hayden. “Aku butuh bantuanmu,” ucap Hayden dengan santai. Dia duduk di depannya dengan kursi terbalik, dan meletakkan lengannya atas sandaran kursi. “Setelah selama ini kau menghilang, tiba-tiba kau datang hanya untuk meminta bantuanku?” Ishirou menyeringai. Wajahnya menunjukkan sembilan puluh persen ketidak sukaannya pada Hayden. “Kau masih mau mengungkit kejadian enam tahun yang lalu?” “Tentu, karena untuk pertama kalinya aku merasa bodoh karena percaya dengan orang sepertimu.” “Oke ... oke ... kau bisa membenciku sepuasnya. Tapi aku kemari juga membawa sebuah penawaran besar.” Pupil mata Ishirou membesar. Menandakan kalau dia merasa penasaran dengan tawaran yang dimiliki oleh Hayden. “Kau tertarik?” Tidak ada jawaban. “Baiklah, kurasa kau tidak tertarik sama sekali. Tapi ... izinkan aku memberitahunya lebih dulu, sebelum aku pergi dari sini dan mencari hacker lain di luar sana.” Tatapan Ishirou semakin menunjukan rasa penasaran yang tinggi, dan ini cukup bagus. “Carikan aku seseorang bernama Daniel, dan aku akan memberikan uang senilai satu juta dolar.” Kini aku bisa melihat ketertarikan yang besar dari wajah Ishirou. Dia tak bisa menyembunyikannya. Selama beberapa saat, kami hanya diam. Tak ada satupun di antara kami yang membuat suara. Aku masih berdiri mengamati sementara Hayden dan Ishirou masih duduk di tempat masing-masing dengan posisi yang sama. “Siapa pria ini?” “Aku akan memberitahu setelah kau menyepakati perjanjian denganku.” “Kau mau membuat kontrak di antara kita?” “Tentu saja, itu jauh lebih baik agar salah satu di antara kita tidak ada yang kabur.” “Jelaskan lebih dulu, siapa kau sekarang dan untuk apa kau mencari pria ini.” “Kukira hacker sehebatmu sudah tahu siapa aku. Artikel yang kutulis banyak sekali beredar di internet dan kau bahkan bertanya mengenaiku?” “Aku tak memiliki ketertarikan untuk mencari tahu mengenaimu.” “Aku lupa, kalau kau membenciku. Baiklah.” Setelahnya, Hayden mengeluarkan ID Card yang berada di saku jeans, kemudian menunjukkan pada Ishirou. “Hayden Smith, reporter dari kantor berita FORS. Yang jelas, aku mencari pria itu bukan untuk tujuan kejahatan, melainkan untuk kebutuhan pekerjaanku.” Hayden menjelaskan. “Bagaimana? Kau setuju dengan tawaranku?” “Lepaskan aku dulu, dan aku akan memberikan jawaban setelahnya.” “Oke,” kata Hayden tanpa ragu. Pria itu beranjak dari kursinya, kemudian mendekati Ishirou untuk melepaskan tali yang mengikatnya. Hanya butuh beberapa saat hingga akhirnya tubuh Ishirou bisa bebas. Dia tersenyum ke rah Hayden usai mendapati dirinya bebas. “Maaf sebelumnya,” ujar Ishirou. “Hah?” Bughh .... Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Hayden. Dia menunduk kemudian meludahkan darah ke lantai. “Itu untuk penghianatanmu enam tahun yang lalu sekaligus jawaban kalau aku setuju dengan tawaranmu.” “Drama persahabatan yang menarik,” ujarku pada mereka. “Kalian memberiku tontonan yang tak biasa.” “Dia pacarmu?” “Dia hanya remaja labil yang kabur dari rumah.” Jawaban Hayden benar-benar membuatku kesal. Rasanya, aku ingin memukul wajahnya sama seperti yang dilakukan Ishirou. Tapi urung kulakukan karena setelah ini, aku bisa membalasnya saat mengganti perban pada lengan atasnya. Akan kubuat dia menjerit kesakitan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN