kita

360 Kata
Kalau di gambarkan bagiku kau adalah bulan, cuma satu, dan tak akan bisa digantikan dengan lainnya. Hadirmu, tak lebih selalu ku nanti setiap saat, bahkan pada waktu siang. Seperti kabarmu, setiap saat tanpa lelah aku melihat notif darimu. Namun sayang, semua terlalu menggecewakan. Bagiku, kau adalah pemeran utama dalam novel. Yang bertemu denganmu adalah suatu keberuntungan bagiku. Berkomunikasi denganmu membuatku jadi orang yang berbeda. Lebih cerewet dari biasanya bahkan sikap cuekku pun hilang jika bertukar pesan denganmu. Ada bahagia dalam saat yang lalu, dimana kita masih sering bertukar cerita. Akupun mulai berbicara dengan keluh kesah, bahagia, bahkan aku ingin sekali menceritakan tentang apa yang aku lalui setiap hari. Hanya untuk menghilangkan sejenak penatku. Semua terasa sama, asyik dan membahagiakan. Namun aku melupakan satu hal, bahwa semua tak akan bertahan lama. Hilang menghilang, datang menyapa, pergi dan meninggalkan adalah hal yang selalu berkaitan dan terus berdampingan dengan kita. Setelah beberapa bulan, aku tersadar bahwa selama ini hadirku hanyalah bagian dari ribuan bintang di hidupmu. Pemeran pendukung dalam sebuah novel yang menceritakan tentangmu. Semua berbanding terbalik, aku adalah bagian tak penting dari hidupmu. Semua itu hanya sekedar basa-basi, atau hanya caramu menghargaiku saja bukan seperti apa yang aku rasakan. Terlebih tidak ada yang menarik dariku. Anehnya aku baru menyadari akhir-akhir ini. Entahlah mungkin tuhan baru mau memberitahunya. Ketika kita nyaman, disitulah kita akan kehilangan. Setelah itu, aku akan tetap mencoba baik-baik saja. Mengikhlaskanmu yang sudah membuatku nyaman, karna memang aku tak mahir membuatmu nyaman. Membuatmu tersenyum dan tertawa saja aku tak mampu, apalagi membuatmu menetap? Pastinya akan ada mulut yang tak henti membuat lelucon untukmu, akan ada tangan yang segera memelukmu untuk menenangkan dan akan ada bahu yang mampu membuatmu nyaman untuk bersandar dan mungkin itu bukan aku. Tak apa, selagi kita saling bahagia dalam menjalani hidup dan bersyukur dengan orang yang mau menemani kita, setidaknya kita pernah saling berkabar dan bercerita. Karna saat kamu tak lagi mau menerimaku, akupun akan berhenti untuk mendekatimu. Saat kamu tak nyaman dengan pesanku, akupun akan berhenti menghubungimu. Atau saat kamu sudah memiliki orang lain, aku juga akan berhenti. Maka, beri aku petunjuk agar aku bisa berhenti. Karna aku tahu, yang dipaksakan itu tidak baik :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN