Part 03

2656 Kata
Marsha spontan terjatuh ke lantai, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, air mata sudah membanjiri wajah cantiknya. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala, berusaha menepis segala kejadian yang akan dia alami, tapi dia tidak mampu, karena itu semua sudah jadi janji kedua orang tuanya, dan Marsha tidak ingin ayahnya dianggap pecundang hanya karena Marsha. Hatinya sakit, bukan karena perjanjiannya, tapi mengingat siapa yang akan dia nikahi, Pria kejam yang tak memiliki hati. Pria yang setiap harinya membuat Marsha kesakitan, pria yang sudah menghinanya habis-habisan, pria yang menculiknya dan mengurungnya di sini. Dan tuhan menakdirkan mereka berdua untuk menjadi sepasang suami istri? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tuhan, kenapa takdirku begitu buruk? batin Marsha. Dia kembali menangis, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya nanti saat dia menikah dengan pria jahat itu, dia lebih baik mati daripada bergelar menjadi istri seorang penculik. “Marsha.” panggil wanita paruh baya, dan berlari menghampiri Marsha yang terkulai lemas dilantai. “Ma?!” Jawab Marsha dan berhambur ke pelukan ibunya – Linda Keyza “Maafkan Mama dan Papa sayang.” Jawab Linda dengan membalas pelukan putri semata wayangnya itu. “Kita tidak pernah memberitahumu sebelumnya, karena Mama takut kamu akan menolak, dan marah kepada kita.” Ucap Linda lagi, kali ini dia menangis. Marsha menggelengkan kepalanya dengan menghapus air mata Linda, dan tersenyum untuk menyembunyikan kesedihannya. “Tidak Ma, jangan berpikir seperti itu, aku sayang kalian berdua, begitu pun sebaliknya.” Ucap Marsha dengan menatap kedua mata Linda yang meneteskan air mata. “Marsha tahu, kalian pasti selalu ingin yang terbaik buat Marsha, jadi Marsha akan menurut dengan apa pun yang Mama dan Papa katakana.” Ucap Marsha lagi, kali ini dia tidak ingin menangis di depan Linda, dia pun menghapus air matanya sendiri dan kembali memeluk Linda. Marsha berusaha untuk tersenyum, dia tidak akan bisa jika harus menangis di depan ibunya, karena itu hanya akan membuat Linda semakin merasa bersalah Marsha akan menerima pernikahannya dengan Zac, dia harus kuat dan tegar, karena itu semua demi Ayah dan Ibunya. Dia rela jika harus mati di tangan laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu, setidaknya dia tidak pernah membuat kedua orang tuanya kecewa. Dilain tempat. Seorang pria tengah berdiri kaku dengan raut wajah menahan amarah. Menikah? Dengan gadis yang sangat dibencinya? Siapa yang akan mau? Tapi demi kebahagiaan Ibunya, Apa pun akan pria itu lakukan, meskipun dengan nyawanya sendiri sebagai taruhannya. Zac sempat berpikir untuk menerima gadis itu, dan belajar untuk menyukainya seperti yang ibunya bilang kemarin. Karena selain cantik dia juga seksi. Tapi, setelah Zac mengetahui bahwa karena ibu gadis itu, yang membuat Ferla merasa hancur, wanita itu telah merebut seseorang yang begitu ibu Zac sayangi. Iya, Zac mendengarkan semuanya, percakapan antara Ferla dan juga Marsha. Zac semakin membenci gadis itu. Kalau Ibunya adalah seorang b***h. Tentu anaknya tidak akan jauh berbeda seperti ibunya. Zac tahu kalau gadis itu pergi ke Los Angeles karena ingin menyendiri, dan berusaha untuk melupakan mantan kekasihnya. Jangan tanyakan Zac tahu dari mana. Pria itu mengetahui segalanya, Zac selalu mengawasinya saat gadis itu berusia lima belas tahun. Asal kalian tahu, itu semua bukan keinginan Zac sendiri, tapi paksaan dari ibunya. Zac sempat terpaku dan mengagumi gadis itu karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya yang membuat Zac harus menelan salivanya saat melihat foto-foto Marsha yang dikirim oleh beberapa mata-matanya yang mendapatkan tugas untuk mengikuti gadis itu ke mana pun dia pergi. Tapi saat ini Zac segera menepis semua itu, karena kebenarannya adalah bahwa gadis itu adalah pembawa sial bagi kehidupannya kelak. Terutama bagi ibunya. Dan saat Zac mengetahui, kalau Marsha ke Los Angeles, membuat Zac semakin senang, bukan karena gadisnya yang dekat dengannya. Tapi setidaknya Zac tidak perlu menculiknya jauh-jauh ke Indonesia. Zac memutuskan untuk mengikuti gadis itu sendiri, saat dia pergi ke kampus, dan mulai memasuki kuliah untuk yang pertama kalinya. Zac melihatnya sedang mengobrol bersama seorang gadis yang sangat Zac kenal, tentu saja Zac tahu, dia adalah anak dari orang kepercayaannya-John Fredelix. Zac berniat untuk menculik Marsha saat itu juga. Tapi mengingat jika gadis itu berada di kampus membuat Zac berpikir ulang, apa yang akan terjadi jika Marsha tiba-tiba hilang? dan Zac tidak ingin berita itu tersebar hingga ke telinga ibunya. Tidak akan. Dan pada saat itu. Seekor ikan kecil datang menghampirinya meskipun dirinya belum memberikan umpan sama sekali. Bukankah itu hal yang menguntungkan bagi Zac? tanpa bersusah payah lagi. Zac membawanya dari taman itu. Usaha untuk menculiknya pun berhasil, tapi tentu saja Zac tidak mengatakan kebenarannya kepada Ferla bahwa Zac membawa Marsha dengan cara menculiknya, Zac hanya mengatakan bahwa Zac membawanya karena kita sama-sama saling mencintai. Dan sekarang. Zac memutuskan untuk menikahinya. Bukan tanpa alasan. Semua itu hanya agar Ferla tidak kecewa kepada dirinya. Dan Zac? Pria itu semakin memiliki waktu yang cukup lama untuk menyiksa gadis itu. ••• Hari ini adalah hari pernikahan Marsha dan Zac, pernikahan pun berjalan dengan lancar, semua keluarga bahagia dengan pernikahan mereka berdua. Tapi tidak dengan Marsha dan Zac pengantin baru itu. Marsha hanya menangis saja di dalam kamarnya, dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dia pasti akan sangat tersiksa. Saat di altar pernikahan Marsha hanya diam saja, dia hanya menyunggingkan senyum kepada seseorang yang menyapanya saja, dan itu pun hanya senyum paksaan yang dia suguhkan. Dilain sisi Zac juga sama, tapi dia tidak menangis seperti halnya Marsha, dia hanya marah kepada takdirnya yang sama sekali tidak beruntung. Keduanya sama-sama kalut dengan perasaannya masing-masing. “Zac?” Sapa wanita paruh baya membuyarkan lamunan Zac. “Iya Ma?” Jawab Zac dengan membalikkan tubuhnya, berhadapan dengan Ferla. “Mama ingin kamu jujur kepada Mama, Zac!” Ucap Ferla, kali ini Ferla menitikkan air mata, dengan memandang mata anak laki-laki semata wayangnya ini. “Ma!” Zac menggeleng sembari menghampiri Ibunya, dan menghapus air mata ibunya. “Zac mohon, jangan menangis! Zac sudah menikah, seperti yang Mama inginkan bukan?” Zac menatap ibunya sendu. “Apa benar kamu membawa Marsha dengan menculiknya Zac?” Tanya Ferla yang membuat Zac langsung bungkam. Dia berbalik membelakangi ibunya, Zac yakin, ibunya pasti akan mengetahuinya. “Jawab Mama, Zac!?” “Iya Ma, Zac menculiknya, Zac tidak punya pilihan lain Ma, Zac tidak memiliki waktu buat mendekatinya.” Ucap Zac, dia mengepalkan tangannya, saat membayangkan wajah Marsha, Dia sangat membenci gadis itu. “Iya, karena kamu terlalu sibuk dengan musuh-musuhmu, kamu hobi membunuh mereka, melihat darah mereka, itu sebabnya tidak ada rasa menyesal sedikit pun dalam diri kamu Zac, Mama mohon, tinggalkan gelarmu sebagai seorang psikopat itu Zac, mulailah hidupmu dari awal bersama Marsha.” Pinta Ferla kepada putranya, dia menangis melihat banyak penderitaan di dalam mata anaknya itu. “Tidak Ma! jangan paksa Zac.” Jawab Zac dengan nada yang meninggi, Membuat Ferla terkejut. Di samping itu, bukan hanya Ferla yang terkejut, tetapi seorang gadis yang tidak sengaja mendengarkan pembicaraan mereka, dia membelalakkan matanya sembari menggeleng keras, setelah mendengarkan penjelasan antara Ferla dan Zac. Gadis itu pun berlari menuju kamarnya dengan perasaan yang semakin hancur, dia merasa telah permainkan, apa maksud dari semua ini Ya Tuhan, kenapa hidupnya seperti ini, kenapa nasibnya seperti ini. Bukan nasib seperti ini yang Marsha harapkan, dia selalu bermimpi akan menikah dengan seseorang dia cintai dan yang mencintainya dengan tulus, bukan seorang pembunuh, apalagi seorang psikopat. Marsha menangis dengan diam, dia menggigit bibirnya hingga berdarah, rasa sakit kali ini merayapi tubuhnya berkali-kali lipat hingga dirinya terkulai dilantai dengan posisi dia memeluk kakinya sendiri. Cobaan tiada berhenti mengunjunginya, setelah Marcell, kali ini penculik b***t itu, ah tidak, dia bukan hanya penculik b***t saja, tapi dia juga seorang Psikopat. Marsha yakin, kali ini gilirannya yang akan pria itu bunuh, tubuh Marsha bergetar hebat dan sangat ketakutan saat membayangkan Zac membunuhnya. Pintu terbuka, dan seorang laki-laki masuk dengan ekspresi dinginnya, matanya menyorotkan penderitaan dan kebencian menjadi satu. Marsha terkejut dengan kedatangannya, dia pun spontan memundurkan langkahnya saat lelaki itu hendak menghampirinya. “Nasibku berubah menjadi buruk saat aku mengenalmu.” Ucap Zac dengan membungkuk, menatap Marsha dengan penuh jijik dan kebencian. "Tidak, aku juga tidak berniat untuk mengenalmu, kau yang membawaku ke sini.” Jawab Marsha dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, tangisnya semakin menjadi-jadi. “DIIIAAMMMMMM.” Bentak Zac, Marsha terkejut dan kembali menggigit bibirnya yang mulai perih, dia menangis dan semakin menenggelamkan wajahnya di kedua telapak tangannya. “Akan kubuat kau menyesali perbuatanmu, akan ku buat kau menderita, seperti apa yang pernah aku rasakan.” Ucap Zac tepat ditelinga Marsha, Marsha yang mendengarnya pun hanya menggeleng keras dan berusaha menghindar dengan menjauhkan posisinya dari Zac. Zac mencekal dagu Marsha dengan keras, mata Zac yang penuh dengan kebencian itu bertemu dengan mata Marsha yang penuh dengan penderitaan. “Lepaskan aku, apa salahku kepadamu?” Ucap Marsha. PLAAKKKKKKK Zac menampar Marsha hingga sudut bibir Wanita itu mengalir darah segar, membuat Zac tersenyum penuh kemenangan. Marsha semakin menangis dan berusaha untuk menghindar, dia memegang pipinya yang sakit, darah mengalir di sana. “Baru melihat darahmu saja, aku sangat senang, apalagi jika aku melihat tubuhmu yang sudah terpisah-pisah, mungkin aku akan menyukainya.” Marsha membelalakkan matanya, dia tahu ini situasi yang mencekam, dia hanya berusaha untuk menghindar tapi tidak melawan, karena dia takut, jika dia semakin melawannya Zac akan semakin marah kepadanya. “Baiklah bunuh aku saat ini, biar kamu puas, aku juga tidak akan tahan jika harus menjadi seorang istri dari seorang psikopat sepertimu.” Ucap Marsha. Zac hanya diam dan menunjukkan wajah datar pada Marsha, dia tidak terkejut saat Marsha mengatakan gelarnya, karena Zac tahu Marsha menguping pembicaraannya dengan Ferla. “Tidak semudah itu aku membunuhmu, aku akan membuatmu menderita terlebih dahulu.” Jawab Zac dengan senyum liciknya. Zac pun menghampiri Marsha dan menarik rambutnya dengan paksa. Marsha terkejut, rasa sakit kini sangat terasa dipuncak kepalanya. Marsha berusaha untuk melepaskan tangan Zac dari rambutnya, tapi cekalan laki-laki itu kuat dan membuat Marsha susah untuk melepaskannya. Zac membawa Marsha naik keranjang nya, dan menghempaskannya dengan begitu keras, dia menindih Marsha hingga Marsha susah untuk bernafas. Mata mereka saling bertemu, hanya saja sorotan matanya yang berbeda antara Zac dan Marsha. Zac mencium Marsha dengan rakusnya, saat Marsha membuka suara untuk meminta tolong. Lidah mereka saling bertemu, hanya saja Marsha diam dan berusaha untuk menutup bibirnya, namun bibir Zac membuat usaha Marsha sia-sia. Zac kembali mencekal dagu Marsha dengan kasar. “Jangan coba-coba untuk melawanku, ataupun menantangku, atau akan aku buat kematianmu sangat menyedihkan.” Ujar Zac. Marsha hanya membelalakkan matanya dan semakin menangis, dia memilih untuk diam dan tidak mengeluarkan suara, agar Zac tidak semakin nekat untuk membunuhnya. Zac pun lantas bangkit dari atas tubuh Marsha dan pergi meninggalkan kamar dengan membanting pintu begitu keras. ••• Marsha memandang kosong ke arah hamparan tanaman dari atas. Dirinya saat ini tengah berdiri di balkon kamarnya dengan tangan yang memeluk dirinya sendiri karena cuaca memang sangat dingin hari ini. Pikirannya melayang jauh, tepatnya kepada masa lalunya. Kenangan yang begitu pahit, namun kenyataannya saat ini nasibnya jauh lebih pahit lagi setelah dia terjebak di sini, dia yang dulunya selalu yakin, bahwa keputusannya untuk pergi dari Indonesia akan membuatnya sedikit lebih tenang. Tapi kini pemikiran itu salah, justru dia semakin sengsara di sini. Kedua orang tuanya telah kembali ke Indonesia tadi pagi, setelah pernikahan selesai. Kedua orang tua Marsha tampak begitu senang, meskipun dibalik kesenangan itu terbesit penyesalan, untuk putri semata wayangnya. Setelah selesai mandi, Marsha memilih untuk berdiam diri di kamar duduk termenung meratapi nasibnya yang sangat buruk. Sarapan yang dikirim salah satu pelayan, sama sekali tidak disentuhnya. Moodnya hilang seketika, saat mengingat bahwa dirinya saat ini adalah istri dari Zac Trellix, seorang pria yang jahat memiliki gelar sebagai seorang psikopat itu. Pintu terbuka kasar, Marsha kembali pada kesadarannya dan spontan berdiri dari duduknya saat mengetahui siapa yang masuk ke dalam kamarnya. “Apakah kau bisa lebih sopan sedikit, untuk mengetuk pintu dulu sebelum masuk?” Ucap Marsha dengan sedikit kesal. Sebenarnya Marsha tidak berani untuk menantangnya, karena ini bukan rumahnya, dan yang lebih berkuasa adalah laki-laki sialan itu. Tapi Marsha segera menepisnya, toh dia kan juga istrinya sekarang, jadi dia punya hak buat semua itu. “Apa kau lupa, kalau aku pemilik mansion ini?” Jawab Zac dengan berjalan menghampiri Marsha. Marsha memundurkan langkahnya, menghindari laki-laki itu. “Aku sudah pernah bilang, jangan menantangku dan meninggikan suaramu di mansion ku.” Ucap Zac lagi dengan mencengkeram dagu Marsha dengan kasar. “Iya aku tahu ini mansion mu, dan jangan lupakan bahwa aku juga Istrimu.” Jawab Marsha kesal. Zac menarik sudut bibirnya, lalu melangkah semakin mendekati Marsha hingga gadis itu tidak bisa memundurkan langkahnya lagi, karena sudah terpojok dipagar balkon. “Ah, kemarin kau menangis, dan saat ini? Kau mengakui bahwa kau adalah Istriku?” Zac menaikkan pandangan Marsha, mengangkat dagunya dengan jari telunjuknya. Marsha menepis tangan pria itu lalu mendelik kesal. “Terpaksa!!” Zac mengetatkan rahangnya mendengar jawaban Marsha, Zac mendorong tubuh Marsha dengan kasar hingga terjatuh ke lantai, dan alhasil dahi Marsha mengeluarkan darah, akibat terkena tiang pagar. Marsha memicingkan matanya saat merasakan sakit pada bagian dahinya, dia melihat darah segar mengucur dari dahinya, dan laki-laki di depannya itu menjilat darah Marsha, Marsha membelalakkan matanya dan memundurkan posisinya berusaha untuk menghindari Zac, Marsha mulai jijik melihatnya, saat mendapati Marsha yang ingin menghindar darinya Zac semakin geram dan menarik Marsha hingga ke dekapannya. “Jangan coba-coba untuk menghindar dariku, darahmu membuatku haus.” Ucap Zac dengan melanjutkan jilat menjilat darah di dahi Marsha. “Apa kamu gilaaa!” Jawab Marsha dengan suaranya yang terlihat marah, dia mendorong Zac dengan penuh kekuatan, hingga Marsha terlepas dari pelukan lelaki yang menjijikkan itu. Marsha berlari, saat Zac diam di tempatnya, Marsha tahu, lelaki itu sedang marah saat ini, itu sebabnya Marsha memilih untuk menghindar saja, sebelum lelaki itu mengejarnya. Tidak butuh waktu lama Zac sudah berhasil menarik Marsha yang hendak melarikan diri, dia menghempaskan tubuh Marsha di tempat tidurnya, dan menindihnya, hingga Marsha tidak bisa bergerak lagi. “Lepaskan aku b******k!” Bentak Marsha. “Turunkan nada suaramu, b***h” Jawab Zac tak kalah geram. Marsha terus memberontak, agar Zac segera melepaskannya, tapi tindakannya salah, bukan malah dilepaskan, tapi Zac justru semakin erat menguncinya. “Lepaskan aku..” Suara Marsha terpotong karena Zac yang tiba-tiba mencium bibirnya dengan kasar, dia tidak memberi kesempatan Marsha untuk menarik nafas, walaupun hanya satu helaan saja, dengan geram Zac menggigit bibir bawah Marsha dengan kasar, dan saat bibir Marsha mengeluarkan darah, Zac menghisapnya dalam. “Akkh..” Zac terus melakukannya berulang-ulang. Menggigit lalu menghisap hingga terdengar isakkan kecil keluar dari bibir itu. Zac melepaskan ciumannya, nafas mereka berdua terengah, Marsha mulai meneteskan air matanya, sangat tidak menyangka pada takdirnya yang sudah menjadi istri pria keras di atasnya. Melihat Marsha menangis, Zac lantas bangkit dan berjalan menuju pintu keluar, dalam sekejap hilang dalam pandangan Marsha. ••• Marsha masih terbaring di kasurnya, sesekali dia menangis mengingat kejadian yang menimpanya beberapa saat. Hatinya sakit, begitu juga dengan bibirnya yang masih terasa perih. Tuhan menakdirkan dirinya bertemu dengan seseorang yang berhati iblis, lelaki yang membuatnya setiap hari merasa tersiksa. Seluruh tubuhnya terasa lemas, dia tidak mood dengan hal apa pun, Maria kepala pelayan di mansion ini, merasa tidak tega melihat Marsha dalam keadaan seperti itu. Pagi, siang, malam, tidak sekalipun Marsha menyentuh makanan yang diberikan oleh pelayan, seharian ini dia tidak memakan apa pun, dan itu semua karena moodnya hilang akibat laki-laki berhati iblis itu. Beberapa pelayan telah membujuknya untuk makan, tapi Marsha justru membentak dan mengusirnya. Maria sebagai kepala pelayan hanya bisa berdoa untuk Marsha, agar tuhan selalu melindunginya, kapan pun dan di mana pun gadis itu berada. "Nyonya percayalah, Tuhan tidak pernah menguji umatnya di luar batas kemampuannya. Saya yakin Anda diuji seperti ini, karena Tuhan percaya kepada Anda, bahwa Anda bisa menghadapinya. Ingatlah Nyonya, kesedihan hari ini, adalah awalan dari kebahagiaanmu dikemudian hari." Ucapan Maria masih teringat jelas di benak Marsha, dia merasa Maria ada benarnya, membuat Marsha mengingat, jika hidupnya belum benar-benar berakhir. dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria berhati iblis itu. Entahlah, untuk menyebutkan namanya saja dia sudah muak, apalagi jika mengingat bahwa dirinya adalah istri dari pria berhati iblis itu. Sungguh, Marsha saat ini merutuki dirinya sendiri, yang dengan bodohnya menerima lamaran pria itu begitu saja. Tanpa memikirkan bagaimana dirinya sendiri. Marsha merasa sangat menyesal, karena tidak mengatakan kebenarannya kepada kedua orang tuanya. Andaikan saat itu Marsha mengatakan kebenarannya, mungkin pernikahan ini tidak akan terjadi, meskipun kedua orang tuanya akan merasa kecewa. Persetan dengan janji orang tuanya.!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN