Part 02

2737 Kata
Marsha menangis dalam diam di sela-sela tidurnya, kepalanya saat ini sedang pusing, badannya juga panas, karena terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Gadis itu sangat marah sekali dengan pria yang telah menculiknya ke sini, sebenarnya apa yang dia mau dari gadis seperti Marsha, kenapa harus menculiknya, dan apa yang dia ucapkan tadi? Marsha kekasihnya. Marsha sama sekali tak mengerti dengan pria itu, jika akhirnya harus disiksa seperti ini, lalu kenapa dia menculik Marsha? kenapa dia mengurungnya di sini? Dasar penculik b***t. Batin Marsha. Marsha mengingat dengan jelas, bagaimana pria itu menyiksanya di kamar mandi, setelah dia meninggalkan Marsha sendirian di dalam sana, Pria itu kembali lagi dengan membawa sebuah kain hitam, Pria itu menutup mata Marsha dengan kain itu, lalu menempelkan sebuah benda yang terasa dingin di pipinya, Marsha sangat tahu itu benda apa, itu pisau. Dia mencoba untuk membunuh Gadis malang seperti Marsha, benar-benar Marsha akui, Jika pria itu sudah tidak waras. Tapi untung saja, dia tidak benar-benar membunuhnya, dia hanya menghukum Marsha karena Marsha menantangnya, Bukankah memang pantas kalau Marsha menentangnya? dia kurang ajar. Dan dia harus diberi pelajaran. “Ayo cepat bangun, jangan jadi gadis yang manja.” Suara itu, spontan membuat Marsha terkejut dan takut bersamaan, Marsha menghentikan tangisnya dan menyeka air matanya dengan kasar. “Lalu apa pedulimu? aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Kau menculikku, dan mengurungku di sini, kau menyiksaku, lalu mengatakan bahwa aku adalah calon istrimu kepada pelayan di sini, cuiihh jangankan jadi istrimu, melihatmu saja aku tak sudi.” Ucap Marsha panjang lebar, terlihat sekali dia mengetatkan rahangnya, membuat Marsha menelan ludahnya dengan susah payah, ada rasa takut untuk menatapnya. Zac menarik dagu Marsha dengan kasar, hingga Marsha tersentak menatapnya, Marsha berusaha untuk melepaskannya, tapi hasilnya sia-sia, karena cekalan pria itu yang terlalu kuat. “Turunkan nada bicaramu, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!!” Ucap pria itu dingin, Marsha kembali meneguk salivanya karena merasa ketakutan, keringat dingin bercucuran deras, di pelipisnya. “Kenapa huh? Mana tatapan tajammu tadi?” Ucapnya lagi, dengan menghempaskan Marsha, hingga gadis itu tersungkur ke ranjang. “Kalau bukan karena dia, aku tidak akan membawamu ke sini, aku sangat muak melihatmu, apalagi mengingat bahwa kau adalah calon istriku.” Ucapnya dengan tatapan membunuh. Dia beranjak pergi dari kamar, dan menutup pintunya dengan keras membuat Marsha terkejut mendengar dentuman suara gebrakan pintu itu. Dia? siapa yang dia maksud? ada hubungan apa antara aku dengannya? Batin Marsha bertanya tanya. ••• Zac mengetatkan rahangnya, tatapannya tajam, dia marah sekali mendengar perintah yang diberikan oleh Wanita paruh baya itu, tapi dia menepisnya, karena dia tidak ingin membuat wanita itu sedih, jika dia harus menolaknya perintahnya. “Baiklah Ma, pernikahan ini akan terjadi dua hari lagi.” Ucap Zac kepada Ferla - Ibu Zac. Zac saat ini sedang berbicara ditelepon dengan Ferla, membicarakan tentang pernikahan Zac, dengan gadis yang selama ini tidak diinginkannya, pria itu melampiaskan kekesalannya dengan mengepalkan kedua tangannya, berharap amarahnya tidak tersulut di depan Mamanya, dan sesekali memejamkan matanya dia tidak ingin membuat Ferla kecewa karenanya. Ferla meminta kepada Zac untuk menikahi seorang gadis yang sama sekali tak Zac kenal, bahkan dia sangat membenci gadis itu saat mengetahui seperti apa gadis yang akan dinikahinya itu. Tapi demi ibunya, Zac rela melakukan hal apa pun untuk membuat ibunya bahagia, meskipun nyawa Zac yang menjadi taruhannya. Zac memang dikenal dengan seorang yang memiliki jiwa psikopat, kejam, tak memiliki perasaan, tapi Pria itu akan berubah menjadi orang yang penyayang dan penyabar, bagi ibunya. Zac tidak ingin ada orang lain yang menyakiti hati malaikat satu-satunya itu, cukup laki-laki b******k itu saja yang menyakitinya, dan Ibunya. Ya, laki-laki itu adalah Keppey Trellix- Ayah Zac. Zac sangat membenci Ayahnya, lantaran ayahnya pernah berusaha untuk membunuh ibunya, hanya karena hasutan perempuan simpanannya. Zac sempat beberapa kali ingin membunuh laki-laki itu, tapi ibunya selalu melarangnya dan memohon kepadanya untuk tidak melakukan hal itu, karena seburuk-buruknya pria itu, dia tetaplah Ayah Zac. Persetan dengan pria tua itu. Bayang-bayangan masa kecil itu mampu membuat Zac seperti orang yang kerasukan, saat pikirannya berputar tentang Ayahnya, dia selalu melampiaskan dengan membunuh orang dan meneguk habis darah dari orang yang telah dibunuhnya tersebut, hanya dengan cara itulah yang mampu mengalihkan Zac dari pikiran buruk itu. “Baiklah, kalau begitu, kau pergi dari sini!! dan sekalian ajak anakmu itu, di sini tidak ada tempat untukmu lagi, karena aku akan segera menikah, dan membawa istriku pulang ke rumah ini” Ucap seorang pria dengan nada yang sangat tinggi, itu adalah Keppey Trellix -Ayah Zac Trellix. Anak laki-laki, yang sekitar berusia lima tahun itu, hanya bisa berdiri ketakutan di belakang tubuh ibunya, dia menangis memandang takut kepada ayahnya. “Tidak, aku tidak akan pergi dari sini Keppey, Ini rumahku, kau boleh membenciku, tapi setidaknya lihatlah dia!!, dia masih kecil Keppey, dia membutuhkan kasih sayangmu.” Ucap Ferla dengan menunjuk Zac. “Cuiihh, najis, dia sekarang bukan anakku lagi, Ini semua karena kau yang membiarkan dia hadir di sini, padahal aku sama sekali tak menginginkan anak darimu, dasar Wanita tidak tahu malu.. dan kau sekarang cepat angkat kaki dari sini, atau kalau tidak, aku akan membunuhmu dan juga anakmu itu!” Ucap Keppey, anak laki-laki itu pun spontan menggeleng dan memundurkan langkahnya dengan menyeret baju ibunya, dia sangat ketakutan, tapi kedua matanya berkilat tajam dibalik air matanya yang mengalir. “Keppey, jangan lakukan ini Keppey, aku mohon, jangan membenci anak tidak bersalah ini Keppey, aku tahu, kau pasti bercanda bukan? Sudah Keppey hentikan, ini sama sekali tidak lucu.” Tangis Ferla, sembari mencoba memegang pundak suaminya, tapi Keppey justru menepis tangan Ferla dengan kasar, sehingga membuat wanita itu ter jatuh ke bawah. Zac berlari dan membantu ibunya untuk berdiri, Pria kecil itu menangis dengan menatap Ayahnya, tapi tidak, bukan tatapan memohon yang ada di mata pria kecil itu, justru dia memandang Ayahnya dengan rasa benci, dia menarik ibunya nya dengan lembut keluar dari rumah itu, dan pergi menuju rumah kakek dan neneknya, alias kedua orang tua Ferla. Semenjak kejadian kelam itu, Zac mulai mengubah dirinya, dengan menjadi seorang yang sangat pendiam, sehingga dia mendapatkan banyak hinaan dari orang dan teman-temannya, hingga bocah kecil itu sedikit demi sedikit kehilangan kesadarannya, Bentakan ayahnya, tangisan ibunya, hinaan orang-orang, dan teman-temannya, dan suara gelak tawa mereka yang mencemoohnya selalu terngiang-ngiang ditelinganya. Dia menutup telinga dengan tangannya berharap suara jahat itu hilang, tapi nihil, suara itu masih ada dan semakin lama, semakin keras, Zac memejamkan matanya dan menjerit. Dia pun berdiri dan mengambil sesuatu yang ada di dapurnya, dia pergi menemui satu persatu orang yang telah menghinanya, dan membunuhnya dengan keadaan yang mengenaskan. Hingga mereka tak mampu menertawakannya lagi. Tanpa sadar kedua mata Zac sudah basah dengan air mata, dia menangis, tapi dengan cepat dia menghapus air matanya itu dengan kasar, dia kembali berekspresi dingin, mata keabu-abuannya menyilaukan bahwa ada kebencian di sana. ••• Seluruh pelayan tampak sibuk menghias mansion milik tuannya, yang tidak lain adalah Zac, Ferla, memerintahkan seluruh pelayan yang ada di mansion untuk menghias rumah dengan indah, Wanita paruh baya itu ingin pernikahan anaknya berjalan dengan lancar dan Istimewa. Hari ini adalah hari di mana Zac menikah dengan gadis pilihan ibunya, gadis yang sangat dibenci Zac, gadis yang membuat Zac selalu ingin membunuhnya. Zac ingin sekali untuk menolak perintah ibunya itu, tapi Zac tidak berani, bukan karena takut, hanya saja Zac tidak ingin membuat ibunya terlalu kecewa, Zac hanya ingin melihat ibunya bahagia. Zac sendiri tidak tahu dengan jalan pikiran ibunya, terkadang Zac selalu bertanya, apa yang membuat ibunya begitu menyukai gadis itu dan ingin menjadikannya sebagai menantu, toh banyak juga kan gadis yang lebih cantik dan seksi dari dia. Jika boleh jujur. Marsha juga tidak teralu buruk. Wajahnya cantik, dan jangan lupakan bentuk tubuhnya yang… Tapi Zac menepisnya, tetap saja pria itu merasa jijik dengan Marsha, entah kenapa, mungkin itu bawaan kemarahannya, karena kebenciannya yang terlalu besar pada gadis itu, dan juga karena Zac dipaksa menikah dengan dia. Tentu saja Zac akan marah, tapi Pria itu tidak bisa melampiaskannya kepada Ferla. Ferla adalah malaikatnya. Gadis yang sangat keras kepala, suka menentang keinginan Zac, dan dia juga pernah mengatainya dengan 'Penculik b***t' hanya dia, satu-satunya manusia yang berani berteriak keras di depan wajahnya. Zac semakin membencinya. Tapi karena mengingat ucapan ibunya, untuk belajar mencintainya, dan menjaganya, membuat Zac membuang jauh pikiran untuk membunuhnya. Gadis itu adalah Marsha Jont Keyza, gadis yang diculik dari taman, dan mengurungnya di sebuah mansion bak istana nan indah ini. Marsha merasa bosan berdiam terlalu lama di kamar besar ini, ingin sekali gadis itu keluar untuk berjalan-jalan, sudah empat hari gadis itu dikurung di dalam kamar, tentu saja dia bosan, dan itu membuatnya seperti orang stres. Berjalan dari arah ranjang tidur menuju Kamar mandi, atau dari kamar mandi menuju balkon, begitu terus hingga kepalanya serasa ingin pecah. Gadis itu sangat merindukan hal-hal dulu, dia rindu Apartemennya, dia rindu temannya Freya, dan dia juga rindu dengan kedua orang tuanya, oh apa yang ada di pikiran mereka saat ini, mereka pasti mengira bahwa Marsha sudah melupakannya. Demi tuhan, itu tidak mungkin, ayolah Ma, Pa, Marsha diculik di sini, Marsha dalam bahaya, siapa pun tolong Marsha. Jeritnya dalam hati. Marsha terkejut saat pintu kamarnya terbuka, gadis itu lantas berlari dan menghampiri Maria, kepala pelayan di mansion ini. “Ah kebetulan kau datang Maria, aku sangat bosan di sini, aku ingin jalan-jalan.” rengekku kepada Maria, Maria hanya tersenyum dan menggelengkan kepala menandakan bahwa dia tidak setuju dengan apa yang Marsha ucapkan. Marsha berdecap kesal dengan respons Maria. Ada apa? Apa Marsha tidak boleh keluar dari tempat menyebalkan ini? Apa sebenarnya kemauan seluruh orang di sini? “Tidak Nona Marsha, Tuan tidak mengizinkan Anda ke mana-mana.” Jawab Maria, yang membuat Marsha semakin kesal. “Baiklah, kalau begitu kenapa kau ke sini? sana pergi!” Ucapnya dengan nada membentak, dan hendak menutup pintu. “Tunggu dulu Nona, sebaiknya Nona bersiap diri dulu, sebentar lagi tukang perias akan datang, bersamaan dengan Nyonya besar.” Ucap Maria. Marsha tertegun di tempatnya. Matanya sudah membulat. Tukang perias? Nyonya besar? Apa maksudnya? “Perias? Nyonya besar? aku tak paham apa yang kau bicarakan Maria, katakan dengan jelas!!” Marsha sangat kesal. “Lebih baik Nona mandi dulu, setengah jam lagi Saya akan kembali, permisi Nyonya.” Jawab Maria dengan membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan Marsha yang masih dalam keadaan tanda tanya. Oh ayolah, akan terjadi apalagi ini, perasaanku sama sekali tidak enak. Batin Marsha. Marsha memutuskan untuk menurut saja, dan masuk ke dalam kamar mandi. Karena gadis itu tidak ingin terjadi masalah apa pun akibat tak menuruti perintah di rumah ini. 30 Menit kemudian... Marsha telah menyelesaikan mandinya, dan memakai baju santai yang bergambar panda hanya sebatas di atas lutut, yang tersedia di walk in closet. Maria pernah mengatakan, bahwa baju di sana adalah miliknya, saat Marsha bertanya dengan bingung kenapa banyak baju yang berukuran sama dengannya. sempat Marsha mengira bahwa di sini ada gadis yang seumuran dengannya, tapi dugaannya salah, baju-baju itu memang sengaja dibeli dan diberikan kepadanya. Entahlah Marsha semakin bingung, tujuan Zac menculiknya, dan memberikan fasilitas yang memadai untuknya. Semua ini sungguh mengejutkan, dan Marsha harus mencoba untuk keluar dari sini. Toh Marsha tidak sudi meskipun tinggal di dalam Mansion yang indah, tapi perannya sebagai korban penculikan. Marsha juga tidak tahu, apalagi masalah yang akan menimpanya sebentar lagi. Tapi sebelum itu. Marsha harus kabur. Terdengar suara ketukan pintu kamarnya, membuat gadis itu mengernyitkan dahi, siapakah gerangan yang masih bisa mengetukkan pintu di rumah ini? Marsha kira di rumah ini tidak ada yang memiliki sopan santun, dengan tiba-tiba membukannya tanpa izin dulu kepada sang empu pemilik kamar ini. Marsha tahu, dirinya tidak memiliki hak penuh atas kamar ini dan dia memang tidak peduli dengan itu semua. Tapi tentu saja dirinya membatasi untuk ruangan yang menurutnya pribadi. Contohnya kamar. Tok tok tok... Untuk ke sekian kalinya, ketukan pintu membuat gadis itu terbuyar dari lamunannya, dan segera beranjak dari meja rias dan menghampiri siapa yang mengetuk pintu itu. “Hai Marsha.” Ucap wanita paruh baya itu langsung masuk saat pintu nya terbuka, Wanita itu memeluknya sangat erat sekali, seperti ada rasa rindu dibalik pelukan itu. Marsha mengurai pelukannya dan mengernyitkan dahi bingung, tak paham dengan kelakuan Wanita paruh baya ini, siapa dia? Kenapa dia bisa tahu Marsha? Dann dia memeluknya seperti wanita itu sudah lama mengenalnya, padahal Marsha baru kali ini lihat wanita paruh baya ini. Wanita paruh baya itu adalah Ferla Maxilia –Ibu dari Zac Trellix, Wanita itu tidak datang sendirian, dia datang dengan tiga wanita yang tampilannya seperti seorang perias, karena terlihat dari barang bawaan yang mereka bawa. “Marsha, mungkin kamu masih belum kenal kepadaku kan?” Tanya Ferla kepada Marsha. Gadis itu hanya mengangguk tanda mengiyakan, sebenarnya ada apa ini? Dia wanita yang sangat cantik, meskipun umurnya sudah terlihat tua, tapi kecantikannya seperti tidak ingin pergi dari Wanita itu, kulitnya putih, bibir yang kecil dan merah, warna mata yang keabu-abuan, dan rambut yang indah, meskipun sudah banyak yang memutih. “Aku Ferla Maxilia, ibu dari Zac Trellix.” Ucap Ferla dengan senyuman manisnya, dan membuat kecantikannya semakin bertambah. “Aku ke sini hanya ingin memastikan bahwa kamu harus segera siap-siap, karena acara akan segera dimulai.” Ucap Ferla kembali. Hahh acara? Acara apa? Lalu apa hubungannya denganku? Oh ya tuhan, semoga apa yang ada di pikiranku itu salah. “Acara apa?” Tanya Marsha dengan ragu-ragu. “Ah Marsha, jangan bercanda, hari ini kan hari pernikahanmu dengan Zac.” Jawab Ferla, Marsha spontan memundurkan langkahnya dengan menggeleng keras. “Lelucon apa ini? Menikah? Aku bahkan tidak kenal siapa kau dan anakmu Zac itu, yang aku tahu hanyalah, aku diculik olehnya dan dikurung di sini.” Ucap Marsha dengan nada sedikit berteriak. Ferla tersenyum lalu menggeleng. Dia sama sekali tidak percaya dengan ucapan Marsha. Karena Putranya sendiri yang mengatakan kalau Zac menjaga Marsha dengan baik. Jadi tidak mungkin Zac menculiknya dan mengurungnya. “Iya, aku diculik olehnya, dan aku dikurung, aku disiksa, dia mengancamku akan membunuhku jika aku menentangnya, dan sekarang dia mau menikah denganku? apa yang sebenarnya kalian mau dariku? aku sama sekali tidak mengerti.” Ucap Marsha lagi dengan sedikit frustrasi, Ferla menitikkan air matanya, dia menghampiri dan memeluk Marsha erat. Marsha hanya diam membeku, tak membalas ataupun menolak pelukannya. Sebenarnya ada apa dengan hidupnya? Kenapa Takdir mempermainkan dirinya? apa kesalahan yang telah ia perbuat? Sehingga Tuhan harus menghukumnya dengan cara seperti ini?. Menikah? Dengan penculik b***t itu? bahkan dia selalu menghukum dan mengancamnya, dia juga sering menyiksa Marsha, tapi dia juga mau menikah dengannya, Ya Tuhan belum cukupkah engkau mempermainkan kehidupan gadis polos itu dengan Marcell dulu, kenapa lagi?. Dan kali ini Ferla, ibunya Zac, seolah olah dia memahami penderitaan Marsha, Wanita itu memeluk Marsha dengan rasa sayang, dia menangis dengan posisi sedang berpelukan. “Marsha, jadi Zac belum memberitahumu sesuatu Nak?” Tanya Ferla, sembari melepaskan pelukannya, dan menatap Marsha dengan intens. Marsha mengernyit dan menggeleng, Ferla pun menariknya dan mengajak Marsha untuk duduk di tepi ranjang, keduanya saling menatap. “Marsha, Apakah kamu anak dari Fatah dan Linda?” Tanya Ferla akhirnya, Marsha terkejut. Kenapa wanita itu tahu? Apakah mereka saling mengenal? Lalu kenapa Ayah dan Ibu tidak pernah bercerita kepadanya?. “Iya.” Jawab Marsha dengan mengangguk antusias. “Marsha, Fatah dulu adalah kekasihku, dia menjalani hubungan denganku sudah dua belas tahun lamanya, dulu kita merencanakan untuk menikah Marsha, tapi Fatah berselingkuh di belakangku, dia mempunyai kekasih lain, dan kekasihnya itu tengah mengandung anaknya, dan itu Ibumu Marsha, itu Linda.” Jelas Ferla, Marsha menutup mulutnya dengan kedua tangan, air matanya melolos begitu saja. “Aku sempat marah pada Linda waktu itu Marsha, karena dia sudah merusak hubunganku, yang telah aku jaga selama dua belas tahun ini tapi...” Ucap Ferla terpotong. “Tapi apa?” Tanya Marsha dengan perasaan ingin tahu. “Tapi, Fatah memberiku pengertian, dan aku bisa mengertinya, dia sudah minta maaf kepadaku, dan berjanji jika kelak kita sama-sama telah memiliki putra ataupun putri, kita akan menyatukannya dan menikahkannya.” “.. Dan aku telah menunggunya Marsha, dan hari inilah yang aku tunggu-tunggu.” Ucap Ferla lagi. Marsha menggelengkan kepala, dia tidak percaya dengan semua ini. Kenapa Ayah dan ibunya tidak mengatakannya kepada Marsha? Kenapa Marsha mengetahuinya dengan cara seperti ini? Kenapa? “Tidak, aku tidak akan menikah, bagaimana bisa aku menikah tanpa hadirnya kedua orang tuaku di sini.” Ucap Marsha antusias. Marsha memejamkan matanya merasa bersyukur karena memiliki alasan yang bisa membatalkan acara pernikahan hari ini. “Tidak Marsha, aku sudah memberitahu kepada kedua orang tuamu, mereka dalam perjalanan saat ini.” Deggg...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN