Beberapa jam kemudian.. Author POV Puspa terbangun dari tidurnya. Oh, chatnya semalam dengan Nobita membuatnya lelah, lelah jiwa dan lelah raga. Hal yang pertama ia lakukan adalah melihat ponselnya. Ada satu pesan masuk yang belum ia baca, dari Nobita. Puspa POV Apa?? Dia minta jatah juga? Jatah em-el maksudnya? Teganya Nobi meminta itu!
Apa maksudmu meminta jatah em-el? Tidak, aku tidak mau! Melakukannya sekali dengan Gustafo saja membuatku sangat menyesal seperti ini. Apalagi bila melakukannya denganmu! Aku bukan w************n yang seenaknya saja digauli lelaki! Send Aku marah besar dengan Nobita. Bisabisanya dia berpikir seperti itu! Lalu bagaimana dengan Gustafo? Kenapa kau membuatnya bisa melakukan hal itu?? Tak ku sangka Nobi masih mengejarku dengan pertanyaan setajam itu. Hatiku tertusuk, meski pertanyaannya ada benarnya, tapi gengsiku sebagai perempuan membuatku menjawab begini: Aku dipaksa, Bi! Kenapa kau mengizinkannya?
Deg! Aku.. aku .. ceroboh waktu itu. Aku telah ceroboh membiakannya masuk kamarku. Bisa-bisanya kau ceroboh! Padahal kau sendiri kalau kita berduaan masih menjaga jarak denganku.. Kenapa dengan pria lain kau sebebas itu, Puspa?? Apakah kau sengaja melupakan aku sebagai kekasihmu? Deg! Jatntungku tertusuk lagi! Emosiku mulai menurun diserang Nobi.. Aku.. aku ..ngaku, Bi. Selama aku kuliah di sini dan LDR-an, aku memang membuka diriku pada semua pria. Aku memang memberi kesempatan kepada lelaki di kampusku untuk mendekatiku. Jujur, Bi. Aku butuh belaian lelaki. Dengan jarak yang memisahkan kita, aku kesepian tanpa hadirmu. Sementara menunggu kencan, kita selalu terbentur jadwal kesibukan masing-masing.. Maafkan aku, Bi. Aku telah mengecewakanmu.
Hati nuraniku runtuh. Aku tak sanggup lagi menahan semua rasa ini. Pengakuanku adalah benar adanya. Aku harus bilang sejujurnya pada Nobi. Akan terlalu ternoda aku bila masih berdusta padanya. Ya ampun, Puspa. Ku kira kau akan setia padaku seperti janji kita di awal. Hmm, sudah berapa lelaki yang sudah kau beri kesempatan PDKT di sana? Maafkan aku, Bi.. Aku sudah berkencan dengan beberapa lelaki. Stefan, Gustafo, Doni. Maafkan aku, Bi. Oh, Puspa... teganya kau lakukan ini padaku. Apa saja yang pernah lakukan bersama mereka?? Ha?! Jangan-jangan apa yang pernah kita lakukan kau lakukan juga bersama mereka?! I..iya, Bi. Maafkan aku. Aku berboncengan dengan mereka. Dan.. dan.. aku gak tahu kenapa aku suka pakai pressbody saat bersama mereka. Aku juga harus jujur, Bi.
Mereka sering grepe-grepe tubuhku di atas sepeda motor. Seperti yang kita lakukan. Maafkan aku, Bi. Ah! Astaga, firasat burukku ternyata terjadi juga. Ya sudahlah, semua sudah terlanjur. Lalu, apa kau sudah coba tes pake test pack? Ada kemungkinan hamil? Pertanyaan Nobi bertubi-tubi. Membuatku mau tak mau harus memuaskan rasa penasarannya. Ku anggap inilah kepeduliannya padaku. Sekaligus aku ingin mengakhiri semuanya. Aku malu, Bi beli itu. Tapi aku juga cemas, haidku bulan ini belum datang juga. Lalu, apa rencanamu kalau kau benar hamil? Menikah dengan Gustafo? Tidak, Bi. Aku tak ingin menikah dengannya. Tapi aku juga bingung. Hmmm.. itulah. Gimana kalau Kau bercinta sekali saja denganku. Setelah itu aku yang akan bertanggungjawab menikahimu..
Ah, Bi. Jangan lagi berpikir seperti itu. Aku masih bingung. Berikan aku waktu. Untuk sementara kita akhiri saja hubungan kita. Kita jadi teman biasa lagi seperti dulu. Jawabanku spontan saja. Aku sudah ternoda, Nobita layak mendapat yang lebih baik. Jadi, biarlah berakhir seperti ini. Toh, setelah aku diperkosa cowok lain pasti hubungan kami tak kan seperi dulu lagi. Percuma dipertahankan. Baiklah kalau itu maumu. Tapi ingat aku bersedia bertanggungjawab untukmu. Bersedia kelak menjadi suamimu. Aku akan menanti. Semoga kau tak hamil karena kejadian ini. Kalaupun toh hamil, ayo bercinta denganku supaya benih Gustafo bisa gugur dan berganti benihku. Ide gila Nobita. Nobita sinting! SMS yang amat panjang. SMSnya yang terakhir. Setelahnya, kami benar-benar putus. Putus dalam artian sebagai kekasih dan putus komunikasi. Kami berpisah.. Terima kasih atas perhatianmu, Bi. Maafkan aku telah banyak mengecewakanmu. Sampai jumpa lagi. "Send"