PoV Robin
saat pemotretan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memeluk Nadira dengan erat ,
ku peluk erat pinggang Nadira dari belakang ,
Ku dekatkan wajahku di belakang leher Nadira ,
mencoba untuk membuat Nadira merasa tertarik kepadaku
tapi yang kulihat dari raut wajahnya Nadira hanya rasa risih dan tidak nyaman
"aahhh andaikan perasaan Nadira sama seperti perasaanku "
gumamku dalam hati
***
beberapa saatpun berlalu
pemotretan kami pun sudah berakhir
tanganku tetap menggenggam tangan Nadira agar si Andre tidak bisa macam-macam dengan nadiraku
" udah kali bro ,gak usah pegangan terus , hahahah " ledekan Andre terus saja keluar dari mulutnya ,
" lihat dulu hasil pemotretan tadi gimana ? , bagus gak ? " ucapku penasaran melihat foto foto kami berdua , dan berniat untuk menyimpan di handphone ku tanpa sepengetahuan Nadira ,
" nad , mau lihat gak " tanya Andre
" sayang lihat foto kita tadi , lumayan bagus sih , kamu gak mau lihat sayang "
tawari ku ke Nadira agar Andre tidak ada kesempatan sama sekali mendekati Nadira ,
Nadira hanya tersenyum dan mendekati kami untuk melihat hasil pemotretannya ,
" nad, bagi nomor kamu, nanti foto fotonya saya kirim ke Lo " Andre meminta no hp Nadira dengan alasan akan mengirimi foto foto kami ,
" handphone Nadira ketinggalan di kamar , no nya baru jadi Nadira gak inget " ku coba menggagalkan permintaan Andre meminta no Nadira
" aku hafal ko " ucap Nadira
" loh sayang , bukannya no kamu udah ganti yang baru , itu yang kemarin aku beliin, kamu emang udah hafal no nya " kode ku ke Nadira agar tidak memberikan no hp nya ke Andre
" oh iya , lupa , maaf ya ndre hp ku gak di bawa , ketinggalan di kamar Robin " Nadira mungkin tahu dengan kode ku sehingga nadirapun ikut membohongi Andre ,
" oh oke , ntar w Kirim draft nya ke handphone Lo aja rob , ok hari ini udah selesai ya , w pamit dulu ya bro "
" ok Dre , thank's ya Lo udah mau bantuin pemotretan kami berdua " ucap ku berterimakasih ke andre
setelah Andre pamit pulang langsung
ku arah kan Nadira Balik ke kamar kembali
karena melihat Nadira sangat lelah,
ku persilahkan Nadira untuk mengganti pakaian dan beristirahat , karena mengingat besok adalah hari pernikahan kami ,
pasti Nadira sangat lelah
" ganti pakaianmu , lalu istirahatlah , aku akan menemui rekanku dulu yang mengatur pernikahan kita besok "
ucapku sambil membawakan baju tidur untuk Nadira
" aku tidur dimana pak " ucap Nadira sambil mengambil pakaian
" kamu tidur di kasur ini saja "
jawabku sambil melepaskan jam tangan
" mmmmm kkkii kiita tidur di kasur ini "
ucap Nadira dengan nada gugup
" jangan kepedean kamu , saya akan tidur di shofa itu " ku menunjuk sofa yang terletak di samping ranjang
" oohhh, " Nadira sambil garuk2 kepala
" kenapa " tanyaku sambil mendekat ke Nadira
" kamu mau tidur dengan ku " tanyaku sambil membisikan ke telinga Nadira
ekspresi Nadira seperti kaget mendengar itu ,
aku sangat suka melihat ekspresi wajahnya yang seperti itu,
lalu ku beranikan untuk mencium telinga Nadira
kulihat Nadira menutup matanya ,
lalu ciumanku ku turunkan di leher Nadira yang putih mulus ,
melihat Nadira menutup matanya dan menggigit bibir bawahnya
membuatku tak tertahankan lagi untuk menciumi leher Nadira
tangan nadira mengepal meremas spray ,
ku teruskan ciumanku di lehernya,
Nadira seperti menikmati ciuman yang kuberikan untuknya
saat melihat ekspresi Nadira , hasratku tak tertahankan lagi ,
tapi ku tahan untuk tidak melakukannya
lalu ku sudahi dan langsung pergi meninggalkan Nadira di kamar
dari yang kulihat ekspresi Nadira sangat kecewa , tapi aku tidak ingin melakukannya sebelum mengetahui bahwa Nadira memiliki perasaan yang sama terhadapku
****
setelah lama di luar , aku putuskan untuk masuk ke kamar dan beristirahat
begitu mengejutkannya saat melihat Nadira dengan memakai pakaian tidurnya yang berwarna hitam di atas lutut tanpa lengan dan sedikit menerwang ,
baju itu di pilihkan oleh adik tiriku ,
aku melihat Nadira sedang membersihkan kakinya yang berdarah ,
lalu ku hampiri Nadira
" kaki kamu kenapa " tanyaku sambil melihat kaki Nadira
" mmmm, gk apa2 ko pak "
jawab Nadira sambil mengusap usap kakinya
" duduk sini dulu , biar aku panggilkan dokter untuk memeriksa kakimu "
perintahku sambil ku ambil handphone yang ada di dalam kantong celanaku
" tidak perlu pak, ini hanya luka kecil , tadi aku gak sengaja mecahin gelas , dan pecahannya mengenai kaki ku "
Nadira menjelaskan sambil menarik tanganku
" tapi aku tak menggubris omongannya , tetap aku menelpon dokter kepercayaanku "
setelah aku selesai menelpon , Nadira berdiri tapi karena kakinya masih sakit , Nadira hampir jatuh , dan tidak sengaja menarik tanganku
sehingga kami berdua jatuh di lantai dengan keadaan tubuhku menindih tubuh Nadira
saat itu kita saling bertatapan , pandangan Nadira sangat teduh , kecantikannya membuatku ingin menciumnya ,
bibirnya yang merah terbelah , wangi tubuhnya ,
ku coba memberanikan diri untuk mencium bibirnya ,
kudekatkan bibirku , semakin dekat,
"tok, tok ,tok ,tok "
suara pintu kamar ada yang mengetuk dari luar
"ah sial , mengganggu saja " grutuku dalam hati
langsung buru2 ku beranjak dari tubuhnya Nadira
lalu ku bukakan pintu kamar
dan ternyata dokter yang memang ku telpon sudah datang ,
"dokter Rian " ekspresi ku dengan muka gugup
" hey bro , kenapa , ko ekspresi Lo begitu , kaya habis tertangkap basah " dokter Rian sambil menepuk pundak ku sambil tertawa
" apaan sih Lo "
ku tepis tangan dokter Rian
" ha,, haa, haa ,haa, w bercanda ,
siapa yang sakit bro " dokter Rian sambil melihat ke dalam kamar yang sedikit ku tutup
" ada di dalam, tapi nanti aku rapihkan dulu "
buru-buru ku suruh Nadira untuk memakai jaket atau jas untuk menutupi lekuk tubuhnya yang hanya memakai baju tidur yang tipis ,
karena aku tidak ingin ada yang melihat keindahan tubuhnya Nadira selain aku
" kamu pakai ini ya , temanku Rian udah di depan pintu kamar , aku tidak ingin dia melihatmu memakai pakaian seperti ini "
aku memberikan jas untuk di pakai Nadira
lalu ku bukakan pintu kamarku dan mempersilahkan dokter Rian untuk memeriksakan kakinya Nadira
" okeh udah beres , silahkan masuk dokter Rian "
ku persilahkan dokter Rian untuk memasuki kamarku dan memeriksa Nadira
***
dokter Rian adalah sahabatku sejak kecil , kami dulu bertetangga ,
kami berdua sering bermain bersama tapi semenjak ibunya Rian meninggal , ayahnya Rian memutuskan untuk pindah negara di Jerman , dan setelah lama tidak bertemu , dokter Rian kembali ke sini dan tinggal tidak jauh dari rumahku,
saat mengetahui bahwa Rian sudah menjadi dokter , dari saat itu dia menjadi dokter kepercayaanku,
" ini " Rian menunjuk Nadira yang sedang duduk di sofa
" iya " aku menjawab sambil mengkodekan agar Rian tidak bocor soal Nadira , karena aku memang sering membicarakan Nadira dengan Rian
"maaf mbak , bisa saya lihat kakinya " Rian mulai memeriksa kakinya Nadira
saat Rian memegang kaki Nadira ,rasanya aku tidak rela dan tidak ingin ada yang memegang kaki itu selain aku
tapi ya sudah lah, ku tahan semuanya agar Nadira tidak curiga melihat sikapku yang tidak rela melihat kaki Nadira di pegang Rian
" lukanya gak begitu parah , hanya tergores sedikit , besok juga sudah kering , jangan lupa oleskan obat dan minum obatnya , ini aturan dan dosisnya sudah saya tulis di sini ya "
Rian sambil membereskan obat2an
"baik terimakasih dok, " ucap Nadira dengan suara yang lembut
" sama-sama , dan cepat sembuh ya "
ucap Rian sambil menuju keluar kamar
di luar Rian mengajakku untuk berbicara sebentar
" bro , ini wanita idamanmu itu , kalau ada dua , gua mau satu yang kaya gtu ya bro "
Rian sambil tertawa dan menepuk pundakku
" enak aja lu "
sambil w dorong Rian
" thank's ya , udah mau Dateng malem2 gini "
ucapku
" selow bro, kaya sama siapa aja "
" oke , w pulang dlu ya , kalo ada apa-apa telpon aja "
" sip, "
lalu aku kembali ke kamar dan melihat nadira sudah tertidur
ku lihat wajahnya yang teduh , cantik , dan lelah
"waktunya istirahat , karena besok adalah hari teristimewa untukku "
ucapku dalam hati
ku selimuti Nadira , dan ku daratkan ciuman di kening Nadira ,
lalu ku ambil bantal dan ku tidur di sofa
****
Ke esokan paginya , mataharj sudah masuk menerobos di jendela ,
"tok tok tok " suara pintu di ketok berulang kali
mataku masih enggan untuk di buka
lalu langsung bangkit dari tidurku saat ku ingat hari ini adalah hari pernikahanku
kulihat di ranjang , Nadira sudah tidak ada ,
kucari-cari Nadira di sekeliling dan kamar mandi ,tapi tidak menemukan nya
"tok tok tok , tuan , tuan "
suara dari luar
lalu ku buka pintu dan ada tiga orang art yang membawakan jas berwana putih untuk ku pakai
" maaf tuan , ini jas tuan yang harus di pakai , nyonya Nadira ada di kamar sebelah sedang mengganti bajunya "
pelayan itu memberikan jas nya untuk segera ku pakai
" , terimakasih , bilang sama yang lain , saya sebentar lagi turun ke bawah "
lalu ku tutup pintu kamarku
setelah selesai mandi dan berpakaian rapih setelean jas putih dan merapihkan rambutku
aku bergegas turun ke bawah , ingin cepat- cepat melihat Nadira
saat aku sampai di bawah , semua keluargaku dan orang tua Nadira sudah berkumpul dengan wajah yang bahagia ,
mataku tidak bisa diam mencari cari keberadaan Nadira
tapi tetap saja tidak terlihat
"dimana Nadira , kenapa belum terlihat" saatku bergumam dalam hati
tiba2 mataku di buat terpanah melihat ke tangga atas ,
Nadira dengan berpakaian pengantin berwarna putih dengan di kawal para pelayan , riasan nude yang membuat Nadira sangat terlihat cantik ,
mata ini enggan untuk berpaling dari Nadira
" betapa beruntungnya aku , bisa menikahi wanita secantik itu dengan kepribadian yang baik pula "
gumamku dalam hati ,
semua mata tertuju kepada Nadira , dan tidak sedikit berbisik membicarakan kecantikan Nadira ,
raya adik Perempuanku dari istri ke dua papah ku menghampiri Nadira dan mengantarkannya ke arahku ,
" cantik "
" apa !!! "
tanya Nadira pura pura tidak mendengar
" enggak "
" perasaan tadi pak Robin mengatakan sesuatu "
" kamu salah dengar , lain kali kalau punya uang beli korek kuping , biar gak salah denger "
ku lihat ekspresi kesal Nadira sangat menggemaskan
" itu orang tuamu , ayo kita hampiri mereka , aku sendiri belum meminta restu orang tua mu, hanya kuargaku yang menemui orang tuamu "
sambil ku genggam tangan Nadira