Mati Lampu

1855 Kata
** POV Robin kami berdua menghampiri orang tua Nadira , Nadira sangat bahagia melihat orang tuanya , begitupun orang tuanya melihat anak perempuan satu satunya sedang memakai gaun pengantin dengan riasan yang sangat cantik , " mah , maafin Nadira " Nadira meneteskan air matanya sambil memeluk mamahnya , " loh sayang , kamu kenapa " tanya mamahnya sambil mengusap air matanya yang menetes di pipi " pernikahan ini !!! " kenapa , ada apa dengan pernikahan ini, kamu mau bilang pernikahan ini tidak seharusnya terjadi , iya kan " dengan ekspresi Nadira yang kaget membuat orang tuanya tersenyum " ko mamah sama ayah senyum senyum sih " Nadira keheranan " sayang , kami berdua sudah tahu semua , saat keluarga Robin datang ke rumah , ternyata papahnya Robin adalah teman ayah , dulu mereka berjanji akan menjodohkan kalian berdua , tapi hilang kontak , Robin meminta pak Danuarta ayahnya untuk melamar kamu karena Robin bernekat mengakhiri hidupnya jika tidak di nikahkan dengan kamu , iya kan begitu ceritanya , mamah udah tahu semuanya " orang tuanya menjelaskan ke Nadira , dan saat ini ekspresi Nadira hanya tersenyum, semua keluarga sudah berkumpul dan acara sudah mau di mulai , di hadapan keluarga kami , aku dan Nadira sudah beikrar berjanji dan sah menjadi sepasang suami istri " terimakasih ya tuhan , telah mempersatukan kami " ucapku dalam hati ... saat ini aku tidak tahu apa yang di rasakan oleh Nadira , tapi kebahagiaan yang aku rasakan Nadira tidak mengetahui itu , ah selesai juga acara pernikahan ini , lelah sekali karena pernikahan ini memang serba dadakan segala persiapannya, aku dan Nadira kini sudah kembali ke kamarku tapi aku meminta Nadira langsung bersiap untuk pindah ke rumah yang telah ku siapkan untuk kami berdua sengaja aku memilih untuk tinggal di rumah yang tidak terlalu besar , tapi cukup nyaman untuk di tinggali kami berdua berharap setiap hari Nadira menghabiskan waktunya bersamaku perasaannya akan berubah bisa mencintaiku sepenuhnya "cepat bereskan pakaian mu , kita pindah malam ini " sambil ku merapihkan bajuku " pindah kemana " tanya Nadira dengan raut wajah yang lelah " sayakan sudah bilang , setelah kita menikah kita tinggal di rumah yang sudah saya beli " " harus sekarang , malam ini pak " Nadira menanyakan kembali " iya , sekarang , lebih cepat lebih baik " sambil ku lihat jam tangan sudah menunjukan pukul 22:00 " tapi pak , aku ganti baju dulu " pintanya sambil merengek " tidak perlu, kelamaan ,ganti di sana saja , ini akan memakan waktu yang lama " ucapku sambil meninggalkannya " saya tunggu di mobil , lima menit harus sampai " " tapi pak , apa semua keluarga kita sudah tahu " ." sudah , saya terlebih dulu bicara sama mereka termasuk orang tuamu , besok orang tuamu pulang , dan nanti orang tuamu bisa main kapan saja di rumah itu, tapi tidak dengan teman kerjamu **** 10 menit ku menunggu di dalam mobil , akhirnya Nadira datang dan mau mengikuti perkataanku rumah yang ku beli memang tidak jauh dari rumah orang tuaku hanya memakan waktu 20 menit perjalanan setelah sampai di rumah, ku mempersilahkan Nadira untuk mandi terlebih dahulu " kamarmu sedang di betulkan , tidur di kamar ini dulu , mandi duluan saja , setelah itu turun ke bawah ,kita makan bersama " ucapku sambil menutup pintu kamar aku turun ke bawah dan memesan beberapa makanan untuk kami makan bersama setelah menunggu beberapa lama , makanan yang ku pesan akhirnya datang dan berbarengan dengan Nadira yang turun dari tangga malam ini Nadira memakai pakaian yang mini berwarna merah , sangat cocok dengan kulitnya yang putih mulus aku memang sengaja memasukan pakaian itu di kopernya , agar aku bisa puas melihat lekuk indah tubuhnya ku letakkan makanan di meja , dan Nadira membantuku mempersiapkan semuanya " biar aku aja pak yang menyiapkannya " sambil mengambil piring " okeh " sementara aku hanya melihat Nadira yang sedang mempersiapkan makanan di meja setelah selesai makan , aku pamit untuk mandi " aku mau mandi dlu, kalau kamu mau tidur , langsung tidur aja " aku langsung pergi ke kamarku untuk mandi dan menyegarkan tubuhku yang lelah setelah selesai mandi ternyata benar , Nadira sudah tertidur di ranjangku ku mendekati Nadira dengan pelan kulihat wajahnya yang cantik dan teduh bibirnya yang merah dan terbelah kulitnya yang putih , serta bentuk tubuh yang di inginkan semua wanita , saat ku ingin membelai wajahnya Nadira tiba-tiba bangun dari tidurnya, langsung aku beranjak menjauhinya " ada apa pak " tanya Nadira dengan wajah polosnya " kamu tidur di kasur saya " sambil mengusap usap rambut basahku dengan handuk " maaf pak , saya tidak bermaksud " Nadira buru-buru turun dari ranjang itu , " terus saya tidur di mana pak " tanya Nadira bingung " situ " sambil menunjuk sofa kecil di samping jendela " haahhh , gak salah ," " gak usah protes , saya bos kamu " tanpa bicara apapun , Nadira langsung menarik selimut dari ranjang , " eh , mau di bawa kemana selimut itu " tanya aku kepada nadira dengan nada yang dingin karena selimutnya nyangkut Nadira menarik dengan sekuat tenaga , dan pada akhirnya Nadira jatuh kebelakang dan menabrakku kami berdua sangat dekat saat itu , wajah cantik Nadira sangat terlihat jelas , lalu, pleepppp mati lampu dan di luar hujan deras Nadira memeluk tubuhku karena Nadira memang takut dengan gelap " kamu nyari nyari kesempatan ya , " aku menggoda Nadira Nadira langsung menjauh dari pelukanku "kenapa ko menjauh , kalau meluk bilang aja , gak usah pura pura takut gelap " ledeku ke Nadira " siapa juga yang mau meluk , gak usah ge er pak , tadi saya refleks karena lampunya mati dan kebetulan ada petir " terangnya Nadira mencoba menjelaskannya " oh sekarang karyawan ku ini sudah berani menjawab , jangan lupa , saya ini bos kamu " " iihh , iya tau , maaf pak boss " dengan suara yang sedikit ketus , dan langsung menjauhi ku , sayangnya lampu sedang mati , ingin sekali ku lihat ekspresinya yang kesal , ucapku dalam hati sambil sedikit tertawa , ku nyalakan senter dari handphone ku lalu ku cari cari lilin hanya tinggal tersisa satu lagi , kunyalalan lilin dan ku taruh di samping meja tidurku " pak " panggil Nadira sambil mendekatiku " iya " aku pura sudah mau tidur " lilin " " kenapa " ." lilinnya saya pindah di dekat meja sofa " pintanya dengan nada memohon aku pura pura sudah tidur dan tidak menjawab apapun yang di ucapkan Nadira , " pak , pak , pak Robin , masa udah tidur sih " clotehan Nadira membuatku tersenyum hujan turun semakin deras , dan petir semakin sering menggelegar , sesekali Nadira teriak ketakutan , saat ini Nadira masih berdiri di samping tempat tidurku untuk membangunkanku meminta lilin nya di pindah ke tempatnya " pak , ah menyebalkan sekali " rasa kesal Nadira dengan suara pelan tapi masih bisa ku dengar saat Nadira akan pergi ke Sofanya , petir menggelegar dengan kencang , sampai jendela sedikit bergoyang , Nadira teriak ketakutan, dan loncat di kasur ku , " apaan sih kamu , masa sama petir aja takut " ledekku ke Nadira , tapi Nadira tak menggubris nya , Nadira menutup semua tubuhnya dengan selimut , " kamu ini sengaja ya , biar Deket Deket sama saya " Nadira langsung keluar dari selimut " haaahhh , gk usah ge er pak , saya juga gak mau dekat dekat dengan bapak Robin yang terhormat " Nadira buru buru turun dari kasurku , dan langsung tidur di sofa lalu menutupi tubuhnya dengan selimut , setelah beberapa saat , lampu hidup kembali ku dengar suara Nadira senyap dan sepertinya tidak ada gerakan lagi , ku lihat ke arah Nadira , tidak ada gerakan " dia tidur apa pingsan ya , ko gak ada gerakan sama sekali " penasaran rasanya ingin ku lihat Nadira , dan hawatir jika Nadira malah pingsan karena menahan ketakutannya saat tadi mati lampu dan ada petir , ku beranikan diri untuk mendekatinya , dan membuka selimutnya , " haahh , bantal , ilang kemana dia " ku lihat di bawah selimut hanya sebuah bantal , dan tidak ku temukan Nadira " dia kemana ? , masa iya dia kabur " ku lihat sekeliling kamar tapi tidak menemukan keberadaannya , lalu ku putuskan untuk mencarinya di kamar mandi , tetapi tetap tidak ku temukan Nadira , " Nadira kemana sebenarnya , " sedikit hawatir ku di buatnya , aku mulai panik karena Nadira tidak ada di kamar , aku terburu buru keluar kamar , dan saat aku mau buka pintu kamar , " gubraaakkk " ada yang membuka pintu duluan dari luar sehingga pintu kamar mengenai wajahku , " aaaaawwwww " hidungku sampai berdarah " loh pak , ko belum tidur " tanya Nadira dengan wajah polos " kamu kalau mau buka pintu ketok dulu " nada bicaraku sedikit naik " ya ampun pak, hidung pak Robin berdarah , " Nadira menghampiriku dan mau membersihkan darahku " tidak perlu " aku pura pura tidak mau dan menolak niat baik Nadira , tapi Nadira memaksa untuk membersihkannya " ko bisa sih pak sampai bedarah begitu " ucap Nadira sambil mengusap darahku " kamu buka pintu kenceng banget , " " lagian pak, bukannya tadi udah tidur ya , ko bisa sih ada di belkang pintu " tanya Nadira masih terus mengelap hidungku yang berdarah " yaaa aku pikir kamu udah gak nafas karena nahan takut gelap , pas saya lihat kamu gk ada , aku pikir kamu di culik mahluk gaib , " clotehku ke Nadira " hahahaha , , , jadi , , ,, " " kenapa kamu ketawa, jangan lupa saya ini bos kamu " ucapku dengan nada ketus " mmm,,, mm maaf pak, tadi saya tuh ke dapur ambil minum , saya lihat juga pak Robin tidurnya udah nyenyak gitu , mana tau saya kalau pak Robin ada di belakang pintu " Nadira sambil senyum senyum " kenapa " tanyaku sambil menatapnya " ada yang lucu , kamu senyum senyum gitu " " eenggak ko , siapa juga yang senyum senyum , bapak tuh kayanya harus ke dokter , periksain matanya , biar gak salah liat lagi " Nadira langsung pergi meninggalkanku dan bermaksud tidur kembali di sofa bisa bisanya dia mau tidur dengan rasa tidak bersalah , padahal hidungku sudah bengkak kaya gini , " Nadira ... " panggilku " hmmmm " Nadira hanya menjawab singkat " hidung saya masih bengkak , kamu harus tanggung jawab " !!! " hmmmm " lagi lagi Nadira hanya menjawab seperti itu ku tarik selimut Nadira dan mencoba membangunkannya " Nadira , , , , heh kamu harus tanggung jawab " ku bangun kan Nadira tapi Nadira seperti mati tidak merespon sama sekali ku biarkan Nadira tidur , kulihat wajahnya yang sangat lelah , sebenarnya tidak tega melihat Nadira tidur di sofa , lalu ku gendong dan ku pindahkan Nadira ke kasurku , aku mengompres hidungku dengan batu es agar tidak bengkak , setelah agak membaik aku pun tidur di sofa ,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN