Pernahkah kau merasa terombang-ambing tak tentu arah? Pernahkah kau merasa sakit ketika orang yang kau pikir peduli pada dirimu ternyata sangat ingin membunuhmu?
Pernahkah kau merasakan apa yang aku rasakan? Apakah kau juga akan mengambil tindakan yang sama denganku?
Aku hancur dan kecewa, orang yang selama ini kuharapkan, orang yang selama ini kupikir selama ini tulus menjagaku ternyata hanya ingin mengakhiri hidupku.
Memanfaatkan kebodohanku yang tak tau apa-apa untuk kepentingannya, itulah aku.
####
Angela menatap langit gelap yang menaungi dirinya, hujan lebat yang jatuh mengenai wajah cantik nan pucat itu kini tidak memiliki senyuman lagi. Wajah yang dulu berseri itu kini kehilangan ronanya yang indah.
Di bibir Angela ada senyuman kepedihan sebelum matanya tertutup ketika hilang ditelan gelombang laut yang menerjang tubuh lemahnya berulang-ulang kali. Lemas dan lelah yang menyerang mungkin menjadi penyebab Angela menutup mata atau Angela jatuh matanya kadang terbuka dan tertutup, sesekali ia akan terbatuk karena terlalu banyak meminum air laut.
Angela menyerah, tubuhnya yang saat ini berada di dalam laut lepas terombang-ambing ke sana kemari tidak berdaya.
Tidak ada perlawanan ataupun upaya penyelamatan dirinya terhadap air laut yang terus menerpa. Angela menikmati rasa putus asa dan aroma manis kematian sebelum benar-benar pingsan dan tidak sadarkan diri.
Di laut lepas tidak bertuan itu Angela dibawa ke sana kemari tidak tentu arah. Genggaman tangannya yang tadi terkepal erat sekarang sudah terlepas sendiri.
Tubuh lemah itu akhirnya menghilang di dalam laut lepas. Hujan yang turun seakan mengerti dan memahami bahwa tubuh itu sudah tidak ingin hidup lagi.
***
Sudah empat hari Angela tidak pulang ke rumah mewah Alvin. Anak buah Alvin yang mencari keberadaan Angela hanya bisa menemukan titik terakhir ke mana Angela pergi.
Yaitu pemukiman kumuh nelayan dan juga rumah sederhana yang tidak mungkin ditinggali oleh Angela.
"Kalian siapa?" tanya tetangga Andre saat melihat beberapa orang berdiri di depan rumah Andre sembari terus mengetuk pintu secara berulang-ulang kali.
"Ahh, kami hanya penjaga seorang wanita yang menjadi teman anak pemilik rumah ini. Saya mencarinya karena ada keperluan yang ingin ditanyakan." Salah satu dari beberapa orang yang datang bertanya dengan wajah terlihat ramah.
"Oh, anak perempuan yang kaya itu ya? Sudah lama dia tidak kemari, kalau penghuni rumah mereka semua biasanya melaut bersama maklum mereka pergi dengan kapal yang lebih besar jadi anak dan istrinya memasak di atas kapal."
Tetangga Andre menjelaskan dengan sabar karena kemarin saat Angela datang mereka memang tidak melihat Angela.
"Apakah Anda benar-benar tidak melihat gadis itu ke sini?" Sekali lagi mereka bertanya guna memastikan.
"Sangat yakin sekali, lagi pula mana mungkin ada anak kaya yang mau ikut melaut. Anak-anak sekarang sombong dan tidak akan sanggup mencium aroma amis ikan di atas kapal."
Tetangga Andre mencoba mengingat-ingat namun dia benar-benar tidak melihat kedatangan Angela ke mari.
Setelah mendapatkan jawaban yang memuaskan anak buah Alvin melangkah pergi meninggalkan rumah itu.
Tidak lama setelah mereka pergi Andre dan keluarganya akhirnya menepi ke tepian. Andre mencoba memberanikan diri untuk datang ke rumah mewah bak istana milik Alvin itu.
Di tangan Andre ada surat terakhir dari Angela. Dari jauh Andre terus memperhatikan keadaan rumah sebelum dengan ragu-ragu mendekat ke arah rumah mewah itu.
Tanpa masuk ke dalam rumah Andre menyerahkan surat terakhir yang ditulis Angela pada satpam yang menjaga gerbang rumah Alvin.
"Pak, saya datang ke sini untuk memberikan surat terakhir Angela. Saya harap Bapak memberikan surat ini pada Paman Angela dan mengerti apa yang dirasakan Angela hingga dia mengambil langkah ini."
Andre meletakkan surat itu di tangan sang satpam dengan raut enggan sekaligus sedih dan bersalah.
Setelah menyerahkan surat itu, Andre pun pergi tanpa melihat lagi ke belakang.
Satpam yang merasa aneh membuka surat itu, pasalnya si satpam pernah melihat Angela di antar pulang oleh pemuda itu sekali.
Namun rasa curiga menyeruak ke dalam hatinya dengan lancang si satpam mencoba membuka isi surat itu. Mata pak satpam terbelalak kaget saat membaca isi tulisan tangan Angela yang sudah remuk dan tidak berbentuk itu lagi.
Dengan tergesa-gesa si satpam berlari menuju ke dalam rumah mewah Alvin, dia berlari ke sana ke mari mencari kepala pelayan hanya untuk bisa menyerahkan surat itu. Akhirnya satpam itu menemukan keberadaan kepala pelayan yang sedang memberi instruksi pada pelayan lain yang tengah membersihkan rumah mewah Alvin.
Dengan tangan bergetar karena malu sekaligus takut si satpam berlari pergi ke luar rumah setelah menyerahkan surat kecil itu. Kepala pelayan yang melihat isi surat itu langsung naik ke lantai dua untuk memberi tahu Alvin yang sedang menghubungi kekasihnya.
"Tuan." Kepala pelayan nampak ragu dan bingung, Ia tidak tahu bagaimana cara untuk menyampaikan, bibirnya terasa kelu dan air mata kesedihan menggenang di kedua matanya.
"Ada apa?" tanya Alvin tak suka saat ia diganggu seperti itu. Apalagi ia sedang menghubungi Selena yang sekarang berada di luar negeri.
Selena adalah kekasih Alvin dari SMA namun Selena sangat mengetahui semua sifat kejam Alvin. Apalagi orangtua Selena memaksa Selena untuk terus-menerus mengikuti Alvin dari masa SMA itulah sebabnya Selena bisa menjadi kekasih Alvin dan bisa bersamanya sampai sekarang. Apalagi Selena juga telah merayu Alvin dengan berbagai cara agar mau tidur bersamanya.
Perasaan Selena juga sudah erat dengan Alvin namun Selena tidak tahu kenapa Alvin masih mengulur-ulur waktu untuk menikahinya. Awalnya Selena berpikir Alvin menunda pernikahan mereka mungkin karena Alvin masih bertanggung jawab untuk kehidupan Angela yang masih suka bermanja-manja ria dan butuh kasih sayang
Jika mereka menikah maka siapa lagi yang bisa mengurus Angela yang manja dan merepotkan.
Selena bahkan tahu apa saja yang sudah dilakukan Alvin pada Angela dan bahkan ia ikut mendukung apa yang dilakukan Alvin. Bagi Selena lebih baik Alvin menghabiskan waktu bersama Angela daripada menghabiskan waktu bersama wanita lain.