"D-David,"
Lirih Nayla tanpa memalingkan matanya ke arah mata David.
"Mm Maaf."
Lanjut Nayla berusaha bangun.
"Saya minta maaf, saya melakukannya tanpa sadar."
Ujar David sembari bangun, ia lalu melihat telapak tangannya.
"Ikat rambut Nayla!!?"
Jerit David dalam hati, ia hampir pinsan setelah sadar apa yang baru saja ia lakukan.
"I-ini ikat rambut kamu, nggak sengaja ketarik."
David menyodorkan ikat rambut ke arah Nayla.
"Ngg.. iya, nggak papa"
Situasi menjadi canggung, David dan Nayla tidak saling menatap. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Ingat David. Tujuan awal kamu mendekati Nayla hanya untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya. Apakah dia mata-mata Rendy atau tidak. Aku harus segera mencari informasi dari kos kecil ini. Karena jika dia benar mata-mata Rendy, aku akan menyeret mereka berdua ke penjara, aku tidak akan membiarkan seorangpun mengancam keselamatan mama."
Batin David menata kembali perasaan aneh yang tadi tiba-tiba muncul.
3 bulan yang lalu, Flash Back ON.
Drrrrt Drrrt
Ponsel David bergetar. David kemudian meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera.
[Rendy]
"Rendy malam-malam gini nelfon ada apa ya?"
David mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Rendy telfon di jam istirahat. Ia kemudian mengangkat panggilan dari Rendy.
"Ada apa, Ren? Tumben malam-malam tel-"
"Mama sama Tante Siska kecelakaan. Kamu buruan ke Rumah Sakit Permata sekarang."
Sela Rendy dengan nada cemas.
"Kecelakaan? B-baik, aku akan ke sana sekarang."
Seru David. Ia lalu bergegas mengambil kunci mobilnya dan menuju ke Rumah Sakit.
Setibanya di Rumah Sakit, David menemui Rendy.
"Ren, Gimana keadaan Mama sama Tante Dian?"
Tanya David tidak sabar.
Dengan amarah, Rendy melangkah ke arah David dan,
BUGHH!!
Rendy memukul wajah David tanpa aba-aba, membuat tubuh David hampir tersungkur.
David sangat terkejut melihat sikap Rendy yang tidak seperti biasanya.
Rendy kemudian menarik kerah David. Matanya menyiratkan amarah dan juga kesedihan.
David tidak melawan pukulan Rendy, dia masih belum bisa mengerti dengan perilaku sahabatnya itu.
"Rendy, tenang! Kamu kenapa? Ada apa?"
"Ini semua gara-gara Mama kamu! Kenapa dia mengajak mama pergi? Kenapa harus mama yang jadi korban? Aku sangat bodoh karena mengizinkan mama pergi bersama Tante Siska ke Coffee Shop mereka. Ini tidak adil! Aku tidak akan membiarkan mama pergi sendirian. Aku akan membuat mamamu mengalami apa yang mamaku alami juga! " Teriak Rendy.
David menghempaskan kedua tangan Rendy yang menarik kerahnya.
"Rendy! Sadarlah! Ada apa sebenarnya? Ada apa dengan Tante Dian? Dan bagaimana keadaan mamaku?"
"Tch! Mamamu selamat, dia cuma kritis. Dengar baik-baik, Vid. Untuk saat ini aku memberimu kesempatan untuk menemui mamamu, tapi aku masih tidak terima ini semua. Apa yang terjadi pada mamaku harus terjadi pada mamamu juga!"
"Tante Dian kenapa? Ada apa dengannya?"
"Barusan dokter bilang, mama tidak tertolong."
Lirih Rendy, batinnya sudah sangat lelah. Hatinya dipenuhi dengan kesedihan dan juga amarah.
Ia sebenarnya tidak ingin menyakiti David sahabatnya. Namun, di lain sisi Ia sangat marah dan kecewa dengan Bu Siska, mamanya David.
"Ren.. "
David mampu merasakan perasaan Rendy, namun ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha menepuk pelan pundak Rendy, namun Rendy menepisnya kasar.
"Jangan sok baik denganku. Urus saja mamamu. Sekarang aku tidak punya tenaga untuk membalaskan dendam. Aku masih memberimu kesempatan untuk melihat mamamu. Tunggu saja, setelah aku menyelesaikan urusanku."
Rendy lalu pergi meninggalkan David. Meninggalkan ancaman yang membuat David merasa tidak nyaman sampai sekarang.
Beberapa hari kemudian, Bu Siska sudah diperbolehkan untuk pulang. Selama di Rumah Sakit, Bu Siska selalu menanyakan kabar Bu Dian.
David selalu bilang bahwa Bu Dian baik-baik saja dan sudah dibawa pulang beberapa hari sebelumnya.
Setelah mamanya sampai di rumah, David menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Bu Dian.
David tidak memberi tahu mengenai ancaman Rendy, dia tidak ingin membuat mamanya khawatir.
Beberapa bulan berlalu, David mulai merasa Rendy benar-benar membuktikan ancamannya.
Ia menaruh curiga pada Rendy setelah mendengar cerita dari mamanya, yang hampir celaka karena ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya, sewaktu menyebrang jalan.
David sangat cemas, dan mulai menelusuri siapa yang hampir menyelakai mamanya.
Ia menduga pasti itu ulah Rendy yang ingin balas dendam. Lalu kecurigaannya tertuju pada Nayla, mantan bawahan Rendy yang saat itu kebetulan berada di tempat kejadian.
Flash Back OFF.
"David??"
Nayla melambai-lambaikan tangannya di depan wajah David yang tengah melamun.
"Ah! Nayla, boleh saya menginap di sini semalam? "
Tanya David setelah sadar dari lamunan panjangnya.
"Ha? Menginap?"