“Aku tidak akan kalah dengan ayahmu. Akan ku buat kau menjadi istriku Medeia. Tidak peduli apa yang terjadi. Aku akan menjadikanmu istriku.”
Libra tersenyum mengejek mendengarnya. Tidak peduli apapun yang terjadi katanya??
“Bos.. Kediamanmu bisa saja menjadi boomerang untukmu.” Kata Rafael dengan meminum s**u Stowberrynya. Rafael juga ikut mendengarkan percakapan Cedrick dengan Alison. Rafael memasang kamera pengawas tadi.
“Sepertinya kau sangat ingin melihatku bersama dengan Medeia.” Balas Libra yang kini mematikan video itu.
“Aku penasaran, dengan tindakanmu itu Rafael. Apa yang sedang kau rencanakan?” Tanya Libra dengan menatap tangan kirinya.
“Aku ingin melihatmu menderita.” Jawab Rafael santai.
“Menderita?”
Rafael menganguk.
“Aku sudah melihat seluruh orang menderita tapi, aku tidak pernah melihatmu bersedih sampai menderita. Sekali saja, aku ingin melihatmu hancur.”
Libra tertawa mendengarnya. Ingin melihatnya menderita?? Bersedih?? Dan hancur??
“Sepertinya kau terlalu sering meminum s**u itu Rafael. Otakmu mulai tidak beres.” Ejek Libra.
Rafael menatap Libra.
“Kau pikir aku tidak tau kenapa kau mengeluarkan Arthur dan menyuruhnya hidup sebagai Medeia?? Aku tau Bos. Kau hanya tidak ingin melihatnya terluka, kau tidak ingin kehilangannya. Karena kau mencintai gadis itu.”
“Ah.. Sepertinya kau harus berhenti mengkomsumsi s**u itu!” Saran Libra.
Rafael menyeringai.
“Setelah menyelidiki kemampuan Medeia. Rasanya aneh melihatmu membuang orang berbakat sepertinya tapi kau mempertahankan Black!!”
Libra memijit pelipisnya. Ia bangkit lalu mendekati Rafael. Libra menulusuri leher Rafael menggunakan jari telunjuknya.
“Bagaimana menurutmu kalau aku memotong urat ini?” Tanya Libra dengan tersenyum.
Rafael mampu merasakan kegelapan disekitarnya. Rasa ini, menakutkan sekaligus sangat mendebarkan. Jantungnya berdegup kencang. Ah... Perasaan ini, Rafael sangat senang.
“Ternyata dugaanku benar. Bos mencintai perempuan itu.” Ucapnya dengan tertawa keras.
Plakk....
Rafael mengusap ujung bibirnya dengan jempolnya. Berdarah. Libra menatap Rafael kesal. Ia menarik Rafael berdiri lalu menghajarnya kembali. Melihat kemarahan Libra, Rafael sangat senang. Dugaannya benar. Sangat benar. Melihat Rafael tertawa senang begitu, Kemarahan Libra semakin besar. Anak kurang ajar ini.
Brakk...
Medeia terkejut melihat seseorang yang tiba-tiba terlempar. Ada Libra yang berdiri penuh kemarahan seolah ingin membunuh seseorang. Medeia melihat orang yang tertawa itu. Rafael?? Tuan mudanya menghajar Rafael??
“Tuan muda..” Panggil Medeia.
Libra mendekati Rafael lalu mendirikannya. Ia mencekik Rafael. Rafael tertawa seperti orang gila. Medeia melihatnya aneh. Ia langsung mendekati Libra dan menarik tangan Libra.
“Tuan muda!!” Teriak Medeia yang berusaha melepaskan cengkraman Libra.
Medeia menatap Rafael. Ketika hendak menatap tuan mudanya kembali pandangan Medeia jatuh ke perut Rafael, baju Rafael terkena rembesan darah. Darah?? Perut?? Medeia menatap Rafael, tidak mungkin... Masa perempuan kemaren adalah Rafael? Lalu kenapa Libra ingin membunuh Rafael saat ini.
“LIBRA!!”
Bug
Libra menatap orang yang memukulnya. Darrell kakaknya.
“Jangan kotori rumah ini!” Ucap Darrell tajam.
Medeia memegang tangan Libra erat. Libra menatap Medeia kini. Ia lalu menarik tangannya cepat. Medeia mendekati Rafael kemudian. Ia memeriksanya.
“Tuan muda... Sepertinya Rafael mengkomsumsi Narkoba.” Ucap Medeia.
“Apa?” Libra langsung mendekati Rafael dan memeriksa. Ia mencium bau mulut Rafael. Morfin. Ia lalu masuk kembali ke ruangannya. Mencari s**u yang diminum Rafael tadi. Libra mencobanya detik berikutnya ia meludahkannya. s**t!!
Libra berlari keluar. Disana sudah ramai. Ada Azam memeriksa Rafael. Tak lama ia melihat Azam berdiri lalu menyuruh Sean dan Darrell mengangkat tubuh Rafael. Medeia mengikutinya. Keyra ibunya dan Alison mendekati Libra meminta penjelasannya.
“Ada yang satobase minuman Rafael.”
“Maksudnya?” Tanya Keyra.
“Aku harus ke markas sekarang. Ada Serangga disana. Sebelum berkembang biak menjadi banyak. Aku harus menyingkirkannya.” Kata Libra yang kemudian menghubungi Bel menyuruhnya mengirimkan pesawat.
“Penyusup ya... Kali ini lewat mana?”
“Sepertinya gudang makanan, atau laboratorium. Ada yang tau kalau Rafael harus meminum s**u itu setiap beberapa jam dalam sehari. Lalu sepertinya ada yang sengaja mencampur Morfin di s**u itu.” Jelas Libra.
“Emangnya s**u itu kenapa?”
“Obat penenang.” Jawab Libra yang kemudian menyusul ke tempat Rafael berada.
“Dia baik-baik saja?” Tanya Libra ke kakaknya Azam.
“Iya... Tapi untungnya dia tidak overdosis.” Jawab Azam.
Libra menatap Rafael yang tidak sadarkan diri. Medeia langsung mendekati Libra dengan raut wajah khawatir.
“Tolong bawa saya Tuan muda.” Pinta Medeia.
“Tutup mulutmu!!” Perintah Libra dingin.
“Tuan muda... Saya bisa membantu anda. Jika anda dan Rafael saja sampai tidak menyadari kalau ada yang menyusup dan menyelundupkan Morfin ke minuman itu, dia pasti musuh yang berbahaya.” Kata Medeia lagi.
“Saya.. Bisa membereskan itu.”
Wajah Libra mengeras marah.
“Kau Meremehkanku??” Tanya Libra kesal.
“Saya tidak Meremehkan anda!! Saya tidak pernah Meremehkan anda!! Tuan muda... Tuan muda tau bagaimana setia dan loyalnya saya ke anda. Mana mungkin saya berani Meremehkan anda.”
“Kalau begitu, tutup mulutmu dan diam disini. Kau pikir aku tidak bisa membereskan itu sendiri??” Bentak Libra.
Medeia menunduk air matanya jatuh.
“Berhenti menangis!! Itu menjijikan!!” Ejek Libra kasar. Ia menatap Medeia Merendahkannya. Medeia menghapus air matanya.
“Bagaimana bisa anda menghukum saya sampai seperti ini tuan muda?? Tolong bawa saya.... Saya tidak bisa melibat anda menangani hal ini sendirian. Saya adalah bayangan anda. Saya pedang anda, saya perisai anda.” Mohon Medeia. Medeia mengenggam tangan kananya kuat. Libra melihatnya.
“Saya berjanji, saya tidak akan menyusahkan anda. Anda melihatnya sendiri kemaren, meski hanya satu tangan saya masih bisa menggunakan senjata dengan baik.”
“Diam!!” perintah Libra. Dia tau jika Medeia tidak akan menyusahkannya dan akan sangat membantunya. Ia tau itu. Ia juga tau jika musuh yang berani menyelundukan narkoba ke obat Rafael pastinya dia adalah musuh yang kuat. Dia tau itu. Dan jika Medeia ada disana. Dia tidak akan tenang. Dia akan sangat khawatir jika terjadi sesuatu terhadap perempuan itu. Terlebih peringai Medeia yang rela mengorbankan apapun untuknya. Libra tidak bisa membiarkan itu.
“Saya tidak bisa begini tuan muda!! Sejak kecil saya di latih untuk menjadi bayangan anda. Mana bisa saya diam saja sekarang melihat anda terkena masalah seperti ini??” Kata Medeia tak terima. Medeia menyentuh tangan Libra.
“Saya mohon. Bawa saya. Saya tidak akan menyusahkan anda. Saya akan melindungi anda!! Bahkan saya juga rela mati untuk anda!!”
Libra menatap Medeia tajam. Ia meraih baju perempuan itu menariknya kasar.
“Kenapa tidak mengerti juga??” Bentak Libra kesal.
“Berapa kali aku harus bilang kepadamu hah!! Berapa kali?? Aku selalu bilang jangan pernah mementingakn diriku!! Jangan pernah mengorbankan nyawamu untukku!! Aku tidak butuh itu!!! Aku tidak selemah itu sampai aku akan mati jika kau tidak disisiku!!” Teriak Libra. Libra melepaskan tangannya.
“Saya tau!! Saya tau itu!! Saya tau jika anda tidak akan mati meskipun saya tidak disisi anda. Saya tau itu tuan muda. Tapi, perasaan saya sakit jika melihat anda terluka. “ kata Medeia yang tak ingin mengalah.
Libra mengacak rambutnya kasar. Ia lalu menatap ke arah Medeia.
“Jika kau bisa mati demi aku lalu kenapa kau tidak bisa hidup untukku??” Tanya Libra frustasi. Bagaimana caranya agar Medeia mau mengerti.
Medeia terpatung mendengar pertanyaan Libra. Libra menyentuh pipi Medeia lalu menunduk menempelkannya di keningnya.
“Tetap disini Medeia. Jangan menyusulku. Menikahlah dengan Cedrick. Ini perintah.” Kata Libra pelan. Airmata Medeia menetes mendengarnya. Libra menjauhkan dirinya.
“Jangan berfikir untuk mati karena melindungiku. Itu juga melukaiku. Mengerti??” Tanya Libra ke Medeia dengan tersenyum. Libra mengusap airmata Medeia.
Libra merasakan handphonenya bergetar. Sudah saatnya ia pergi.
“Aku... Menc..” ucapan Libra terhenti. Ia menggeleng. Libra lalu berlari keluar. Tak memperdulikan Alison dan Keyra yang menatapnya.
Tak hanya Keyra dan Alison. Darrell, Sean, dan Azam juga. Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Terlebih Keyra dugaannya benar. Putranya mencintai perempuan yang saat ini menangis di depannya. Putranya mencintai perempuan itu.
Alison melihat Medeia yang menangis. Putrinya itu berusaha menghapus airmatanya sembari terisak. Alison berbalik lalu berjalan pergi.