BAB 4

2231 Kata
“Om Libra... Om Libra.... Ceritain sesuatu dong,” Pinta Dalian dengan memegangi tangan Libra kuat. Libra tersentak, ia lalu memandang kesekelilingnya. Kenapa di kamarnya ada anak kecil sebanyak ini. Kemana para orang tua anak-anak ini. Kenapa anak-anak ini ada disini. “Iya... Iya.. Ceritain sesuatu.” Sambung Isabella keponakannya yang lain. Isabella kini duduk di atas perutnya. dengan memukuli dadanya. Keponakannya satu ini memang sangat kurang ajar karena mentang mentang selalu bertemu dengannya. “Bunda bilang katanya Om Libra pandai dongeng.” Saut Ariztia yang kini sudah menatapnya dengan menyangga kedua tangannya. “Isabell turun.” Perintah Libra. “Oke.” Jawabnya yang kemudian turun. Libra bangun dari tidurnya, ia duduk, kini ia bisa melihat sekitarnya dengan jelas. Oke... Selain 3 keponakannya tadi, ada Gabriel, Eran, dan Abigail. Libra menghela nafasnya kasar. “Ceritanya yang ada perang-perangannya ya Libra.” Pinta Eran. “Nggak mau!! Pokoknya mau ada tuan putri sama pangerannya!!” bantah Isabella dengan melotot ke Eran. Eran membalasnya. “Pokoknya harus ada cintanya.” Saut Dalian kini. “Aku... Terserah om Libra.” bisik Ariztia. Libra memegangi kepalanya. “Stop... Jangan berantem. Contoh tuh Gabriel sama Abigail yang tenang dari tadi.” Gabriel tenang karena ia tak minat mendengarkan cerita. Sedangkan Abigail, ia tak berbicara karena sedari tadi teman-temannya berbicara. “Iya...” Jawab Mereka berbarengan. “Om... Cepet cerita.” Libra menganguk, ia berfikir cerita apa yang harus ia bawakan. “Kalau gitu, dengerin baik-baik. Suatu hari terjadi sebuah ledakan yang sangat besar, ledakan itu menghancurkan seluruh rumah penduduk dan membunuh Mereka. Lalu ada seorang raja yang datang ke tempat itu memeriksanya. Raja itu menemukan seorang anak yang selamat dari puing-puing bangunan. Ia pun membawanya ke kerajaannya lalu membesarkannya.” “Anaknya laki-laki atau perempuan?” Tanya Gabriel yang mulai tertarik. “Perempuan. Hust... Dengerin! Raja itu berkata kepada perempuan kecil. Maukah perempuan itu hidup bersamanya sebagai anaknya? Anak itu menjawab iya. Tapi, Raja itu berkata lagi jika anak itu mau menjadi anaknya maukah anak itu menjadi putranya? Awalnya putri kecil itu menolaknya. Tapi, akhirnya ia mau menjadi putra dari raja itu setelah raja itu membujuknya. Raja itu memberi nama anak kecil itu Arthur.” “Jadi perempuan kecil itu seorang pangeran?” Tanya Isabella antusias. Libra menggeleng sebagai jawaban. “Raja tidak pernah menganggap Arthur sebagai anaknya.” “Kenapa? Apa raja itu udah punya anak?” Tanya Ariztia penasaran. “Bukan... Raja itu tak memiliki anak. Tapi, raja itu punya pewaris kerajaannya. Seorang pangeran tampan bernama King.” Jawab Libra. “Raja itu membesarkan Arthur dengan keras. Ia melatihnya untuk menjadi jendral perang yang hebat. Suatu hari Raja itu mempertemukan Anak angkatnya dan pangeran itu.” “Apa putri itu jatuh cinta sama pangeran itu?” Tanya Dalian antusias. “Bukan... Putri itu sangat membenci sang pangeran bahkan ia selalu bersikap dingin. Tentu saja sang Pangeran tak terima tapi ia selalu berbuat baik kepada tuan putri itu. Sampai akhirnya tuan putri itu luluh. Mereka berdua menjadi teman. Setiap ada peperangan putri itu selalu menjadi Pedang dan perisai dari sang pangeran. Sampai suatu ketika sang pangeran bertemu seorang putri cantik yang terkurung didalam menara. Pangeran terpikat ia lalu mengeluarkan putri itu dan membawanya untuk bersembunyi di kastilnya. Putri cantik itu bernama Safir.” “Terus Arthur gimana?” Tanya Dalian. “Arthur?? Tentu saja ia tau. Pangeran meminta bantuan Arthur agar sang raja tidak mengetahui keberadaan putri Safir. Raja sangat tak menyukai putri Safir.” “Kenapa?” “Karena putri Safir di tuduh membawa malapetaka. Pangeran yang tak pernah terpikat oleh seorang perempuan, ia sangat penasaran kepada putri Safir. Mangkanya ia selalu mengunjungi putri Safir dengan membawakannya bunga. Arthur yang mencintai pangeran menatap perempuan itu iri dan penuh kesedihan. Ia ingin sekali menjadi putri itu.” “Kenapa pangeran itu tak menyukai putri Arthur?? Apa putri Safir lebih cantik?” Tanya Dalian. “Itu karena sang Pangeran tidak tau jika Arthur adalah seorang putri. Sang pangeran mengira Arthur adalah teman laki-lakinya.” Jawab Gabriel. “Begitu?” “Iya... Sampai akhirnya keberadaan gadis itu di ketahui sang raja. Arthur berusaha membantu sang pangeran menyembunyikan putri Safir. Tapi, sang raja mengetahui persembunyiannya. Ia menugaskan Arthur untuk membunuh orang-orang di kastil itu. Ketika Arthur hendak membunuh putri Safir sang Raja memanggilnya. Ia melarang Arthur membunuh putri Safir.” “Kenapa?” tanya Ariztia penasaran. “Karena raja itu menyuruh sang pangeran sendiri untuk membunuh putri Safir.” Jawab Libra. “Lalu, apa pangeran itu membunuhnya?” Tanya Eran. “Iya.” “Kenapa?? Bukannya pangeran menyukai putri itu?” Tanya Gabriel penasaran. “Karena pangeran menganggap jika putri itu juga pembawa malapetaka. Sang Pangeran hanya terpikat dengan sifat pemberani putri itu. Ia tidak benar-benar menyukainya.” “Apa dia tidak sedih setelah membunuhnya.” “Awalnya sang pangeran berfikir jika ia tak akan menyesal. Tapi ternyata ia salah. Sang pangeran menyesali perbuatannya, dia di hantui rasa bersalah dari sang putri itu. Sang pangeran mengalami gangguan tidur. Ia tidak pernah bisa tidur sehingga Arthur temannya selalu disisinya membantunya, merawatnya. Sang pangeran tidak bisa melupakan perkataan terakhir putri itu.” “Arthur pasti sangat senang karena putri itu meninggal.” “Tidak. Arthur sangat bersedih. Karena putri Safir satu-satunya temannya. Putri Safir selalu mendekati Arthur yang dingin kepadanya. Sama seperti sang pangeran, Putri Safir mampu mencairkan es di hati Arthur. Putri itu mengajari Arthur tentang cinta.” “Putri Safir bilang apa sebelum kematiannya?” Tanya Abigail. “Saya senang... Bisa mencintai anda. Itulah yang dikatakannya.” Jawab Libra. “Setelah beberapa tahun kejadian itu, pangeran bertemu seseorang yang sangat mirip dengan putri Safir. Sontak Pangeran mendekatinya kembali, berusaha menariknya mendekat ke arahnya. Tapi perempuan yang mirip putri Safir itu menolak. Sang pangeran tak peduli. Ia sangat merindukan wajah itu.” “Pangeran menyukai perempuan yang mirip putri Safir?” “Tidak... Pangeran tak menyukainya. Sang pangeran hanya merasa bersalah dan rindu. Ia menganggap jika perempuan itu adalah putri Safir. Tapi ia salah, perempuan itu dan putri Safir sama sekali tak mirip. Mereka berdua sangat berbeda.” “Tapi, meskipun mengetahui kenyataan itu. Sang pangeran dengan bodohnya menutup mata. Ia selalu menganggap Mereka sama karena perempuan itu mirip dengan Safir dan selalu mengingatkannya kepadanya.” “Lalu apa yang dilakukan Arthur?” “Arthur berusaha menyingkirkan perempuan yang mirip putri Safir. Karena akibatnya Sang pangeran akhirnya mengetahui jika Arthur adalah seorang perempuan.” “Terus?? Sang pangeran bagaimana?” “Pangeran marah kepadanya. Ia merasa telah ditipu. Ia tak mau bertemu dengan Arthur lagi karena kekecewaannya. Tapi Arthur tak pernah meninggalkan tempatnya. Sang pangeran masih sibuk mencari perempuan itu ke sisinya. Tapi perempuan itu selalu menolak penawaran sang pangeran. Akhirnya perempuan itu mau berjalan disisinya asal sang pangeran mau memberikan Arthur kepadanya.” “Apa sang pangeran memberikan Arthur?” Tanya Eran. “Tidak. Meskipun marah, dan kecewa tapi, Sang pangeran sangat menyukai kesetiaan Arthur.” “Kalau begitu perempuan yang mirip putri Safir itu pergi? Bukannya sang pangeran akan kehilangan perempuan itu? Bukankah jika sang pangeran menyukainya, sang pangeran harus memberikan Arthur kepada sang putri?” Tanya Isabella. “Memang benar seharusnya sang pangeran memberikan Arthur jika ingin memiliki perempuan itu. Tapi, Sang pangeran lebih takut kehilangan Arthur dibanding perempuan itu. Terlebih perempuan itu telah mencintai seseorang.” “Terus akhirnya gimana?” Tanya Ariztia. “Karena ketahuan telah melakukan kesalahan Arthur mendapat hukuman dari Raja. Arthur mengatakan hal yang tak seharusnya ia katakan. Sang pangeran berusaha mencegahnya, tapi Arthur bersikeras menjalani hukumannya. Akibatnya Arthur menghilang. Sang pangeran sangat frustasi tapi, ia berusaha tenang dan mencari Arthur. Karena Arthur telah berjanji akan selaku disisinya. Sang pangeran berusaha mempercayainya.” “Setelah itu apa pangeran bertemu Arthur?” Tanya Gabriel. “Bertemu ketika kerajaan sang pangeran di serang. Arthur berpura-pura mengkhianati sang pangeran lalu membantu musuh menyusup ke kerajaan.” “Lalu apa Sang pangeran tau?” “Pangeran tau. Tapi tidak dengan Raja. Ia marah besar.” “Kenapa pangeran bisa tau jika Arthur tidak akan mengkhianatinya?” Tanya Dalian. “Karena sang pangeran mempercayai Arthur melebihi hidupnya.” Jawab Libra dengan tersenyum kecil. “Lalu apa yang terjadi pada kerajaan yang di serang itu?” Tanya Eran penasaran. “Terjadi pertarungan yang sangat sengit, tapi Arthur melindungi sang pangeran sampai kehilangan tangan kanannya. Dan akhirnya penyerangan itu di menangkan pihak pangeran.” “Selesai pertarungan itu, Pangeran mengobati Arthur. Tapi Dokter bilang jika Arthur terluka lagi ia tidak akan bisa menggunakan kakinya lagi. Pangeran tak ingin Arthur merusak masa depannya. Ia pun meninggalkan Arthur. Menyuruhnya pergi dari kerajaan selamanya.” “Apa musuh pangeran meninggal semua?” Tanya Eran. “Iya.. Pangeran membunuh semua musuhnya. Bahkan dia mendeklarasikan perang kepada musuhnya untuk membalas Arthur. Ia menyerang kerajaan musuhnya dan meratakannya dengan tanah. Tamat!!” “Wah... Pangerannya keren.” Puji Eran dengan tepuk tangan. Tapi tidak dengan anak kecil lainnya. “Karena ceritanya udah selesai... Sana kalian keluar.” Usir Libra. “Nggak mau!! Terus Arthur gimana?? Kok dia mau diusir pangeran?” “Karena itu perintah Pangeran. Arthur adalah Anjing penjaga pangeran. Oleh karena itu Arthur selalu mematuhi setiap perintah dari Pangeran.” “Mereka tidak menikah dan hidup bahagia?” Tanya Dalian dengan perasaan kecewa. “Iya.. Kenapa tidak begitu, bukannya tadi om bilang jika pangeran takut kehilangan Arthur, tapi kenapa pangeran mengusir Arthur?” Tanya Ariztia tak terima. Ia tidak memahami pemikiran sang pangeran. “Harusnya pangeran melindungi Arthur, dan mengajaknya tinggal bersamanya!” Kata Isabella lagi. “Apa pangeran tidak memikirkan perasaan sedih Arthur ketika ditinggalkan?” Tanya Abigail kali ini. Libra menatap keempat perempuan berusia 6 tahun itu. “Pangeran memikirkannya. Ia tau jika Arthur sedih. Bahkan ketika mengetahui Arthur menangis Pangeran sangat terkejut. Karena pangeran tau, jika Arthur tidak pernah menangis. Tapi menurut pangeran, itu adalah cara terbaiknya untuk melindungi Arthur. Dengan menyuruh Arthur pergi jauh dari kerajaannya dan mengumumkan kematiannya. Pangeran tau jika Arthur ingin hidup sebagai seorang perempuan. Ia tau jika Arthur ingin berdandan dan memakai baju cantik seperti yang kalian pake saat ini. Karena jika Arthur tetap disisi pangeran, Arthur harus menjadi laki-laki.” “Kenapa begitu?” Tanya Ariztia menuntut. “Pangeran memiliki banyak musuh. Dan jika pangeran membiarkannya, Pangeran akan memilik rumor dengan Arthur. Dan akhirnya Arthur akan diincar oleh musuh para pangeran!” Jawab Libra menjelaskan lagi. “Jadi, itu maksudnya pangeran suka tidak sama Arthur?” Tanya Eran berikutnya. “Entah... Bagimana menurutmu? Apa pangeran menyukai Arthur?” “Aku kan tanya sama Libra duluan. Libra yang jawab dulu!!” perintah Eran. “Mungkin pangeran menyukainya.” “Kalau pangeran menyukainya, harusnya Libra buat pangeran hidup bahagia dengan Arthur.” Saut Isabella kesal. “Tidak bisa. Kenyataannya Mereka tidak hidup bersama.”Jawab Libra. “Apa pangeran tidak merindukan Arthur?” Tanya Dalian. “Aku tidak tau, tapi setiap hari pangeran itu selalu memikirkan Arthur.” “Terus sekarang, apa yang terjadi sama Arthur?” Tanya Isabella. “Mungkin dia masih menunggu sang pangeran untuk memintanya kembali. Karena pertemuan terakhir Mereka. Arthur bilang dia akan menunggu pangeran memintanya kembali tak peduli seberapa lama itu.” “Lalu kenapa tidak memintanya kembali?” Tanya Abigail. “Dia tidak bisa melakukannya.” “Kenapa?” Tanya Ariztia. “Kenapa tidak bisa memintanya kembali?” “Jika pangeran harus membawanya kembali, pangeran harus membawanya sebagai apa? Arthur tak bisa menjadi Jendral perang lagi karena cederanya, terlebih sang pangeran telah mengumumkan kematiannya.” “Tentu saja pasangan hidupnya. Pangeran dan Arthur harus menikah dan hidup bahagia seperti Cinderella, Princess Aurora.” Libra spechless mendengarnya. Tak lama ia tersenyum. “Peraturan mengatakan jika pangeran tidak bisa menikah sembarangan.” “Terus apa yang terjadi sama Raja yang jahat itu?” Tanya Ariztia. “Dia pensiun lalu menyuruh pangeran itu menjadi raja yang baru.” “Sekarang pangeran itu jadi raja?” Tanya Ariztia memastikan. “Iya.” “Kalau begitu bawa saja Arthur. Kan pangeran itu sudah jadi raja sekarang.” Balas Ariztia. Libra tertawa kecil. “ Tidak bisa.” Jawabnya. “Bukannya itu hanya alasannya sang pangeran?” Tanya Gabriel tiba-tiba dengan menatap Libra. Libra menatap Gabriel kini. Tak hanya Libra. Tapi keempat anak lerempuan itu. “Jika pangeran sudah menjadi raja ia seharusnya mengubah peraturan itu. Buat apa menjadi raja kalau dia tidak bisa melakukan apapun yang ia inginkan! Kalau raja baru itu bilang dengan menjauhkan Arthur dari sisinya untuk melindunginya demi kebaikannya bukankah itu hanya kebohongan belaka? Bukannya tadi om Libra bilang kalau Arthur akan menunggu tak peduli selama apa itu? Bukannya maksud dari perkataan Arthur itu, dia lebih menginginkan disisi pangeran dengan menjadi laki-laki daripada menjadi perempuan tapi jauh dari pangeran? Harusnya Raja itu yakin dengan kekuatatannya. Harusnya ia bisa melindungi Arthur. Kalau dia tidak yakin dengan kekuatannya ia tidak akan bisa melindungi rakyat dan kerajaanya. Masa melindungi satu perempuan yang di sukainya saja tidak bisa? Bukankah raja itu terlalu pengecut? Dia tidak pantas menjadi raja!!” Kritik Gabriel pedas dengan rasa tak bersalahnya. Libra menatap Gabriel tak percaya. Apa baru saja anak kecil itu mengejeknya pengecut?? Dia orang yang bisa membunuh orang hanya dengan 2 jari tapi di hina pengecut?? Libra syok. Ini pertama kalinya dalam hidupnya ada yang mengejeknya pengecut. “Iya... Raja itu pasti pengecut.” Ejek Ariztia kemudian. Libra menatap Ariztia terpengarah. Keponakannya yan manis ini mengejeknya pengecut. Jika itu Dalian dan Isabella ia bisa mengerti karena sejak kecil kedua ponakannya itu selalu bersikap kurang ajar jika bertemu. Tak seperti Ariztia yang lemah lembut. Ariztia... Kenapa kamu mengikuti Gabriel. Ariztianya....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN