Kiss

1548 Kata
" Loe nggak apa-apa kan Ly?" tanya Alin menatap Lily yang kini menatap Devan yang duduk tak jauh dari mejanya dimana mereka duduk. " Ly..." ucap Alin sambil menggoyangkan lengan Lily. " Ah? Kenapa?" " Loe nggak apa-apa?" Lily tersenyum tipis dan mengangguk yakin. " Kayaknya acaranya bentar lagi mulai. Kita bisa masuk nggak?" tanya Alin lagi. " Semoga acaranya bisa untuk umum. Kita kesana aja yuk? Sebelum Devan ngeliat kita." ajak Lily sambil mengambil tas miliknya. " Emang kalian belum ngomong sejak hari itu?" " Mau ngomongin apa lagi coba? Udah jelas juga. Buang-buang waktu aja. Dia nelepon beberapa kali tapi nggak gue jawab dan akhirnya gue blokir. Males gue, Lin. Yuk ah. Loe yang bayar ya.." ucap Lily menyengir. " Iya Cinderella..." Alin lalu berjalan menuju kasir dan mengikut Lily yang lebih dulu menuju tempat yang resepsionis hotel tadi sebutkan. " Lain kali jangan minum di hotel lagi deh Li...Muahhaal banget" misuh Alin sambil membaca struk pembayarannya tadi. " Iya...Nanti gue ganti kalau..." " Warisan gue dicairin!" sambung Alin memotong ucapan Lily. " Pinteeerr" puji Lily. " Udah hapal gue ama mantra loe!" Dan hanya ditanggapi Lily oleh senyum manis dan iapun langsung menggandeng lengan sahabatnya tersebut. " Gue ke toilet dulu ya Lin. Loe duluan aja." " Ya udah. Jangan lama ya!" " Iya cintakuuu..." ucap Lily lalu berjalan cepat menuju toilet yang tak jauh dari taman dimana Reiga akan melakukan konferensi pers dan presentasi bisnisnya. Lily mencuci tangannya dan memoleskan sedikit lipstik di bibirnya agar ia nampak lebih segar sehabis melihat Devan tadi. Entah mengapa melihat Devan selalu membuatnya sedih dengan apa yang Devan katakan dan yang ia nilai dari dirinya. Ia lalu menghitung sejumlah uang yang akan ia berikan pada Reiga sebagai ganti rugi dan ia tahu itubmasih belum cukup. " Mudah-mudahan dia mau ngerti dan percaya kalau aku bakalan ngasih sisanya secepatnya." ucapnya pada pantulan wajahnya di cermin. Lily kemudian segera menyelesaikan semua urusannya di toilet dan bergegas menyusul Alin dengan harapan masalahnya dengan Reiga akan cepat selesai. " Lily..." panggil seseorang. " Devan..." lirih Lily namun tanpa menoleh dan kembali melanjutkan langkahnya. " Li... Please dengerin aku" sergah Devan di hadapan Lily. " Denger apa? Kalau kamu akan tetap nerima aku bahkan kalau kamu bukan yang pertama? Kalau aku yang salah karena nggak bisa ngasih kebutuhan seksual kamu? Gila kamu ya?" " Bukan sayang. Aku minta maaf. Aku bener-bener nyesal udang ngomong kayak gitu sama kamu. Maafin aku. Aku nggak bermaksud kayak gitu." ucap Devan menatap sayu pada Lily. " Aku dengar soal kabar kedekatan kamu sama seorang CEO yang namanya Reiga. Bahkan mereka bilang kamu tunangan. Aku tau itu semua bohong. Kamu nggak mungkin ngelakuin itu. Aku kenal sama kamu" Lily menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. " Oh ya? Tapi kamu nggak kenal aku saat selingkuh dari aku?" " Sayang, please kita lupain aja soal itu. Aku janji nggak akan lakuin itu lagi. Kamu tahu kan aku sayang sama kamu. Kita akan mulai dari awal dan lupain semuanya." bujuk Devan yang mencoba menggenggam tangan Lily. " Udah? Itu aja yang mau kamu jelasin? Kalau nggak aku harus kedalam" " Kamu mau ikut konferensi pers? Aku juga kebetulan mau kesana. Kita bisa sekalian tunjukin kalau apa yang di beritakan itu nggak benar. Kamu tunangan aku dan kamu nggak punya hubungan apapun dengan Reiga." ucap Devan santai. " Lagian nggak mungkin juga kan kamu sama Reiga. Dia CEO yang lagi naik daun. Resort dan hotelnya ada dimana-mana. Nggak mungkinlah dia bisa tunangan sama kamu" lanjut Devan yang kini membuat Lily begitu geram. " Maksud kamu?Aku dan Reiga nggak mungkin tunangan?" tanya Lily kesal dan diangguki santai oleh Devan. " Baik. Kita lihat aja Devan. Dan tolong, kamu bukan tunangan aku." ucap Lily dan langsung berjalan dengan cepat dan kesal. " Lily tunggu...Maksud aku bukan gitu...Li..." panggil Devan. Lily lalu memasuki ruangan dimana pada sisi lain nampak Reiga dan rombongannya pun tengah memasuki ruangan tersebut. " Tunggu aja Devan. Kamu bilang nggak mungkin? Awas aja..." ucap Lily lalu menarik napas panjang dan berjalan menuju Erkan berdiri dan menyalami beberapa orang yang menyambut kedatangannya. " Reiga..." panggil Lily pada Reiga dan tentunya langsung mendapat perhatian dari seluruh orang yang hadir dan menatap ke arah Lily berdiri. Lily lalu berjalan dengan pasti namun seluruh tubuhnya bergetar dengan apa yang ada dipikirannya saat ini. " Kamu datang" ucap Reiga begitu Lily sudah dekat dengannya namun langsung berubah terkejut ketika Lily langsung menggandeng tangannya dan mencium pipinya dengan mesra. " Tentu aja sayang" ucap Lily yang lansung mendapat kilatan cahaya kamera dari wartawan secara bertubi-tubi dan juga disaksikan oleh Devan dan puluhan orang yang menghadiri acara tersebut. *** Reiga berkacak pinggang di hadapan Lily yang mengusap bekas pegangan Reiga di pergelangan tangannya. " Apa-apaan tadi ?" tanya Reiga serius. " Ya...sama seperti yang kamu lakuin sama aku kan?" bela Lily pada dirinya. " Kamu kesini untuk membersihkan berita yang kemarin kan? Kamu tahu yang kamu lakukan tadi berakibat apa?" " Aku kesini tadi cuma mau ngasih kamu sebagian uang ganti rugi dari aku. Tapi tadi Devan muncul dan..." " Rei... Semua baik-baik aja kan?" tanya Zara tiba-tiba. Reiga lalu memaksakan agar ekspresi wajahnya senormal mungkin. " Nggak ada apa-apa Zar. Kami cuma ngobrol" Lily lalu memperhatikan kedua orang dihadapannya secara bergantian. " Bisa kita mulai sekarang Rei?" Reiga menggaruk pelipisnya memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya dan tiba-tiba ponselnya berdering. " Mama..." gumamnya. " Zar, tolong kamu minta Aryo gantiin aku. Aku ada urusan lain." Zara hanya mengangguk dan menatap Lily yang nampak tak merasa bersalah sama sekali. " Kalau gitu aku akan kasi tahu Aryo dulu. Dan..." " Tolong atasi wartawan juga" Zara mengangguk dan berjalan meninggalkan mereka berdua. Reiga lalu menggeser tombol ponselnya dan menjawab panggilan dari Hana, ibunya. " Halo, ma" " Halo sayang, kamu harus bawa pacar kamu kerumah. Mama nggak mau tahu. Hari ini mama mau kalian makan malam di rumah. Mama tunggu. Bye sayang" " Maa.." Reiga menggenggam erat ponselnya dan menatap kesal pada Lily. " Kamu tahu berapa lama aku siapin hari ini?" Lily menggeleng santai. " Tiga bulan. Dan kamu sekarang tiba-tiba datang dan membuat semua berantakan." " Trus kenapa bisa jadi salah aku coba? Kan kamu bisa langsung lanjutin. Aku nggak ganggu kamu kan?" Reiga memejamkan matanya menahan emosi. " Sekarang mereka akan lebih fokus ke hubungan kita. Apa kamu nggak kenal siapa aku?" Lily kembali menggeleng santai. " Lupain aja." Lily lalu berjalan mendekati Reiga dan memberikan amplop yang sejak tadi ia pegang. " Apa ini?" tanya Reiga menatap sinis pada amplop yang Lily ulurkan. " Sedikit dari ganti rugi yang harus aku bayar. Nggak banyak tapi akan aku lunasin secepatnya." " Dan soal yang tadi?" " Itu juga aku harus ganti rugi? Kamu aja yang udah ngaku ke orang aku tunangan kamu 2 kali nggak minta dibayar tuh!" " Sssttt... Jangan ribut" gumam Reiga. " Ahhh.... Aku tahu...Kamu..." Reiga lalu menarik tangan Lily dan membawanya meninggalkan tempat tersebut. " Kita mau kemana?" tanya Lily sambil mencoba melepaskan tangannya dari Reiga. " Kerumah orang tua saya" " Eh? Ngapain?" Lily menabrak punggung Reiga yang tiba-tiba berhenti di hadapannya. " Melanjutkan apa yang udah terlanjur mulai?" " Maksudnya?" tanya Lily heran. " Begini, kamu nggak perlu membayar ganti rugi apapun" " Bener?" tanya Lily sumringah. " Tapi dengan satu syarat!" tegas Reiga. " Apa?" " Kamu akan terus pura-pura menjadi tunangan saya" " Apa???!!!Tunangan?" tanya Lily terkejut dengan nada suara sedikit heboh. " Ssstt...bisa diam?" " Nggak bisa. Enak aja. Aku nggak mau ya pura-pura jadi tunangan kamu. Aku nggak..." " Kalau gitu ganti semua kerusakan dan kerugian yang saya alami sekarang juga. Termasuk resiko kalah untuk presentasi saya hari ini. Dan saya akan melaporkan kamu untuk pencemaran nama baik" " Apa? Gila loe ya! Kamu sendiri yang dua kali ngaku..." " Apa ada yang dengar? Mereka semua orang saya kan? Saya bisa saja mengatur kalau mereka nggak pernah mendengar saya mengakui hal itu. Tapi kamu, kamu melakukannya di depan umum" " Kamu menjebak aku ya?" tanya Lily kesal. " Dengar. Ini hanya untuk beberapa bulan. Akan saya jelaskan nanti. Dan saya rasa kamu juga nggak akan ada ruginya" " Maksudnya?" " Dan tadi kenapa kamu tiba-tiba datang dan ngelakuin itu?" " Ya karena Devan bilang nggak mungkin aku bisa tunangan sama kamu" " Ternyata pacar kamu itu cukup pintar" ejek Reiga. " Terserah. Pokoknya aku nggak mau! Aku punya harga diri ya dan aku akan nyari uang sendiri untuk ganti uang kamu. Dan aku nggak mau pura-pura jadi..." Ucapan Lily terpaksa harus terpotong saat Reiga mencium bibirnya dengan mesra dan memeluk tubuhnya. Lily yang merasakan ciuman hangat dari bibir Reiga pun tanpa sadar melepaskan tangannya yang tadi nampak meremas lengan Reiga karena mencoba melepaskan dirinya. Dan kini jantungnya serasa akan lepas dan melompat keluar. Reiga lalu melepaskan ciumannya perlahan dan mengusap lembut bibir bawah Lily yang nampak basah. " Jangan bicara apapun. Ada pacar kamu dibelakang. Dan ada Zara juga tunangannya. Jangan bertindak bodoh dan mempermalukan kita berdua" Lily lalu mengerjapkan matanya agar kesadarannya kembali pada dirinya. " Kita pulang sekarang ya sayang. Mama nunggu kita" ucap Reiga dengan mengusap lembut rambut panjang Lily yang kini hanya mengangguk dan masih terbawa suasana akan ciuman hangat Reiga tadi. (" Apa gue harus marah? Tapi kok gue tadi nikmatin sih? Kok gue diem aja? He's so sweet")
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN