Sayang

1103 Kata
" Kamu kerja di kantor apa Diz?" tanya salah satu kerabat dekat keluarga Lily saat mereka semua duduk menikmati makanan yang di sediakan. " Perusahaan telekomunikasi tante" jawab Diza dengan bangga. Semua orang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Reiga pun nampak duduk santai sambil memainkan ponsel miliknya. " Kamu nggak makan?" tanya Lily tidak begitu memperhatikan obrolan orang di sekitarnya. " Enak?" tanya Reiga yang langsung di angguki oleh Lily. Dan detik selanjutnya Lily terkejut karena Reiga langsung memakan makanan di piringnya bahkan dengan sendok makan bekas pakai miliknya. " Not bad" ucap Reiga dan kembali meminum minuman di gelas yang Lily pakai yang tentu saja di saksikan oleh orang sekitar mereka. " Kamu masih kerja di kafe, Ly?" tanya Diza dengan nada mengejek. " Masih sih sesekali" jawab Lily santai. " Trus, Reiga ini bos kamu di kerjaan part time kamu yang mana?" " Tapi Reiga ngelarang aku kerja part time lagi." jawab Lily santai. Reiga menyingkirkan sebuah daun kecil yang terbang dan hinggap di rambut milik Lily dan itu membuat orang lain nampak tersenyum melihat perhatian kecil pria tersebut. " Oh ya, Ly. Ini siapa? Tante baru lihat" tanya kerabat ibu tirinya yang lain. " Maaf, nama saya Reiga, kekasih Lily. Dan saya juga sekaligus atasan Lily." " Oh ya? Kantor apa?" " Saya menjalankan beberapa bisnis hotel keluarga saya. Salah satunya Vermont yang di sini. Kebetulan saya mau mengecek sesuatu, jadi skalian ikut. Dan sekarang, Lily sedang saya percayakan untuk jadi desainer interior hotel saya yang baru. Sejauh ini, saya cukup puas sama kerjaan dia" " Jadi Lily bukan pelayan lagi?" tanya Diza mengejek karena amat kesal dengan fakta bahwa kekasihnya adalah pria kaya dan sangat tampan. " Saya nggak suka dia menjadi bawahan ataupun suruhan orang lain. Bahkan jadi asisten atau sekertaris pun, saya nggak rela. Dia layak dapat yang lebih baik. Dia pintar, di cerdas, juga mandiri. Sayang kalau hanya jadi pesuruh. Dia pacar saya, jadi saya percayakan dia menata hotel baru saya. Tentu kami bekerja profesional" jelas Reiga dengan angkuh. " Jadi maksud kamu, sekertaris itu sama dengan pesuruh?" tanya Diza kesal. " Trus apa? Tugas sekertaris melayani melayani atasan kan? Kalau asisten saya, dia mengurusi makanan saya, membersihkan kantor saya, membuatkan saya kopi, dan semacam itu " ucap Reiga santai. " Sayang, ayo kita pulang. Mereka bukan manggil kamu untuk kumpul keluarga, mereka mau mempermalukan kamu. Dan saya nggak akan membiarkan itu. Ayo" lanjut Reiga sambil menarik tangan Lily dengan lembut. Lily ikut saja karena apa yang Reiga katakan memang benar. Mereka semua adalah keerabat ibu tirinya. Dan hanya Ana yang menyukainya. Bahkan menamainya Lilyana. " Ma, makasih udah ngundang Lily. Sehat selalu ya ma. Diz, semoga sukses. Dan maaf aku nggak bisa lama." ucap Lily tulus. Ia terluka dengan sikap keluarganya yang secara tidak langsung mempermalukannya di depan Reiga. " Ayo sayang. Mama sama papa nunggu kita di Vermont" " Mereka disini?" tanya Lily yang diangguki oleh Reiga. *** Mereka berjalan dan menuju dimana mobil Reiga di parkirkan oleh supir ibu tirinya. " Pantas saja kamu nggak betah disini" ucap Reiga akhirnya. " Begitulah mereka. Dan aku udah terbiasa. Mereka seperti sengaja mau aku jatuh, aku down, aku kesel, aku marah, ya padahal itu sama sekali nggak pengaruh buat aku. Aku---" Tubuh Lily terkejut ketika Reiga langsung mengangkat tubuhnya dengan sigap lalu memeluknya erat saat sebuah motor melaju kencang. " Kamu nggak apa kan?" tanyanya sambil mengusap wajah Lily dengan kedua telapak tangannya. Jantung Reiga berdegup kencang seketika saat air mata di sudut mata milik Lily mengalir perlahan dan Reiga kembali memeluknya erat. " Its okay. Ada aku. Aku nggak akan biarin kamu terluka" ucapan Reiga barusan malah membuat Lily sesenggukan dan memeluk tubuh keras Reiga dengan erat. " Lily..." sapa sesorang yang mendekati mereka dengan memegangi helm sport miliknya. " Ka...Kamu siapa?" tanya Lily yang langsung mengangkat kepalanya meski masih dalam pelukan Reiga. " Maaf tadi saya nggak ngelihat kamu tiba-tiba muncul. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya nya sambil menatap rangkulan Reiga di pinggang milik Lily. Lily yang menyadari posisinya dan Reiga saat ini, langsung melepaskan siri secara perlahan namun Reiga kembali menggenggam tangannya. " Kamu siapa? Lagian kenapa kamu balapan di pekarangan rumah orang. Kalau tadi dia kenapa-kenapa bagaimana?" tanya Reiga dengan marah. " Rei, aku nggak apa-apa" sela Lily mencoba menenangkan Reiga. " Kalau dia sampai ada apa-apa, maka saya adalah orang yang paling rugi. Saya buru-buru kesini karena mama bilang kamu udah mau pulang. Makanya saya ngebut. Maaf ya" ucap pria itu lagi. " Kamu siapa?" tanya Lily. " Saya anak tante Fitria. Kamu manggilnya tante kan?" " Owh..." ucap Lily santai karena ia hanya mengenal tante Fitria sebagai orang yang ramah dan sopan. Namun tidak begitu akrab dengannya. " Kalau gitu kami permisi. Kami mau pulang" " Sampai ketemu lagi Lily. Saya senang ketemu kamu" Reiga lalu menarik tangan Lily menuju mobil mereka dan membukakan pintu mobilnya. Mereka lalu berkendara selama tiga puluh menit menuju Vermont, dimana orang tua Reiga sedang menginap. " Mama ada di president suite. Kamu naik duluan ya, aku mau ketemu seseorang dulu" " Siapa?" Reiga tersenyum simpul dan membuat Lily salah tingkah. " Mak--maksud aku, kamu nggak lama kan? Aku malu sama mama kamu" Reiga mengusap lembut pucuk kepala Lily yang langsung menyetrum seluruh tubuh gadis itu. (" Apaan sih dia? Kok jadi gini sih?") " Aku mau ketemu sama cewek. Cantik. Nggak kayak kamu. Nah, itu dia" tunjjuk Reiga dengan dagunya. " Halo pak Reiga..Selamat siang" ucap seorang wanita berusia sekitar 70 tahunan dengan riasan tebalnya. " Siang, bu Ariani. Lama tidak ketemu. Apa kabar?" " Baik, pak. Sehat dan semakin muda. Siapa nona cantik ini?" " Pacar saya bu. Kenalkan, namanya Zelykha" ucap Reiga sambil merangkul pinggang Liky dengan santai saat kedua wanita tersebut saling berjabat tangan. " Sayang, kamu ke atas dulu ya. Aku mau membujuk ibu Ariani dulu supaya mau menjual lahannya sama aku" " Baik. Kalau gitu aku duluan. Bu Ariani, saya permisi ke atas dulu. Senang bertemu ibu" " Saya juga senang, sayang" jawab Ariani. Mereka lalu kembali saling berjabat tangan dan Lily kembali melanjutkan langkahnya. Namun baru beberapa langkah, Ariani kembali memanggil namanya. " Eh, pak Reiga. Saya bersedia menjual sebagian lahan saya sama bapak. Tapi dengan satu syarat" " Apa itu bu?" " Saya mau kalian datang ke pesta ulang tahun saya besok malam." " Hanya itu?" " Dan saya mau, kalian memotivasi anak saya agar mau menikah" " Tapi...tapi kami sendiri belum menikah" ucap Lily. " Tapi kalian terlihat saling jatuh cinta. Anak saya nggak mau pacaran. Gila kerja" " Kami akan datang. Iya kan sayang?" ujar Lily memandang Reiga dengan tatapan meminta persetujuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN