Family Dinner

1546 Kata
Lily melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu rumah keluarga Reiga yang sangat megah. " Kenapa?" Lily mencoba tersenyum meski ia nampak sedikit gugup. " Kayaknya ini berlebihan deh. Kita nggak mesti libatin keluarga kan?" " Mestinya memang seperti itu. Tapi keadaan menjadi nggak terencana karena seseorang muncul di depan publik dan..." " Iya...Iya..." ucap Lily memutar bola matanya. " Lagian orang tua saya nggak seperti yang kamu bayangkan". " Kita lihat aja nanti" jawab Lily datar. Ia sudah biasa mendapat perlakuan sinis ataupun diremehkan oleh ibu tirinya selama bertahun-tahun. Jadi untuk pertemuannya malam ini dengan orang tua Reiga bukanlah hal yang harus ia khawatirkan. Reiga lalu membuka pintu besar di kediaman orang tuanya dan langsung di sambut oleh senyuman manis dari seorang wanita dewasa yang masih nampak cantik meski tidak begitu muda lagi. " Selamat malam. Ayo masuk" Lily tersenyum dan mengangguk mengikuti langkah Reiga yang memeluk wanita tersebut. " Kamu pasti Zelykha" tebak wanita tersebut ketika Lily berdiri di hadapannya. " Iya bu,. Saya Zelykha. Terima kasih sudah mengundang saya untuk makan malam." ucap Lily dan mendapat senyuman dari sang wanita yang kini mengulurkan tangannya. " Halo, saya Erya. Tante nya Reiga. Senang ketemu sama kamu" Erya lalu memeluk Lily sesaat ketika wanita tersebut menjabat tangannya. Hal itu tentu membuat Lily sedikit terkejut. " Maaf, tadi saya kira...." "Mamanya Reiga? Sedikit saran, jangan panggil dia Ibu kalau kamu nggak mau dengerin omelan panjangnya" " Maaf sekali. Saya tidak tahu harus memanggil apa---" " Kalian udah datang?" sapa seseorang yang langsung datang di antara mereka. " Mama..." sapa Reiga dan langsung memeluk dan mengecup pipi seorang wanita yang sangat anggun dan nampak begitu ramah. " Mama apa kabar?" " Baik. Kamu harus jelasin ini sama mama. Halo, saya Hana. Mamanya Reiga." " Ha-- Se- Selamat malam, saya Zelykha" " Mama tahu. Ayo, langsung makan dulu." ucapnya dengan menggiring lengan Lily dengan ramah. Mereka lalu sampai pada sebuah ruang makan besar dengan begitu banyak makanan yang telah di tata sedemikian rupa. Hana lalu memberikan kode kepada Reiga agar menarik kursi untuk kekasihnya. " Sayang, silahkan duduk" ucapnya nampak ramah dan dibalas dengan senyuman oleh Lily yang merasa merona karena Reiga memanggilnya dengan panggilan sayang. " Makan sekarang aja ma?" " Sebentar. Er, panggil yang lain ya" Reiga yang mendengar hal tersebut nampak membesarkan bola matanya mencoba mencari jawaban dari sang mama. " Kan mama bilang makan malam keluarga Rei.. Jadi mama panggil aja sekalian. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Hana pada Lily yang mengangguk ragu. " Good. Kalau gitu kita tunggu yang lain. Mereka ada di taman belakang." Dan tak lama kemudian muncullah tujuh orang lainnya yang membuat Lily menyenggol kaki Reiga di bawah meja. " Apa?" bisik Reiga. " Kamu nggak bilang keluarga besar kamu akan datang. Gimana kalau ketahuan" " Mana saya tahu. Saya juga baru datang" " Aku, Reiga. Aku..." " Oke" ucap Reiga dengan sedikit berdehem. " Rei... Apa kabar nak?" tany Erkan sang ayah yang membuat Lily sadar jika Reiga sangat mirip dengan orang yang kini ia panggil papa itu. Lily yakin, pria itu pasti jauh lebih tampan dari Reiga sewaktu muda dulu. " Jadi ini calon menantu kita?. Gimana menurut kalian?" tanya Erkan to the point dan langsung duduk di kursi yang berada di ujung meja. Mendengar itu Lily kembali menyenggol kaki Reiga di bawah meja. " Cantik ya Er. Kalau aku sih yes" ucap Erina yang tadi mengenalkan diri sebagai kakak dari Erkan. " Kalian ketemu di mana?" tanya Erina lagi. " Di jalan" " Di dekat resort" Semua orang langsung saling berpandangan mendengar jawaban mereka berdua yang tidak sinkron. " Maksud kami, kami ketemu di jalan dekat resort" Reiga menjelaskan. " Oh ya? Dan kamu langsung suka?" tanya Erkan pada putranya. Reiga berdehem dan menggenggam tangan Lily yang berada di atas meja dan dapat merasakan jika tangan lembut gadis di sampingnya itu terasa sangat dingin. " Tentu aja nggak, pa. Tapi kesan pertama aku ya dia tentu saja cantik. Dan karena sering ketemu, sama-sama, akhirnya kami sadar kalau kami saling cinta. Iya kan sayang?" Lily tersenyum canggung namun mengangguk dengan pelan. Ia lalu meraih segelas air putih di hadapannya untuk menetralkan jantungnya yang sedang tak karuan di dalam sana. " Mama papa juga dulu seperti itu. Bahkan kami pura-pura untuk akur dan pura-pura jadi pasangan hanya untuk bisa dibilang ngikutin kemauan eyang. Kami pura-pura saling jatuh cinta." jelas Erkan yang sontak membuat Lily langsung menyemburkan minumannya. " Maaf.." Reiga lalu mengambilkan serbet dan mengusap lembut dagu dan bagian ddada Lily. " Biar aku aja" " Oh, maaf" bisik Reiga kikuk dan menyerahkan serbet tersebut pada Lily. " Serius pa?, dulu pura-pura jatuh cinta sama mama?" tanya Riana, adik Reiga yang mendapat anggukan dari Hana dan Erkan. " Kami bahkan punya surat perjanjian dimana kami hanya akan menikah selama setahun lalu berpisah. Untung papa cepat sadar kalau papa udah jatuh cinta sama mama. Itupu mama kamu berapa kali mau kabur" " Kok aku nggak pernah dengar pa?" tanya Reiga. " Kalian nggak pernah nanya kan? Dan papa nggak mau ya, kamu asal bawa perempuan ke kami. Saat kamu kenalin Zelykha, berarti kamu nggak boleh seenaknya mengganti dia dengan orang lain. Paham Rei?" tanya Erkan tegas. " Iya, pa" jawab Reiga lirih. " Ceritakan soal diri kamu sayang" ucap Hana pada Lily. " Saya... Mama saya sudah meninggal sejak saya bayi. Dan papa saya menikah lagi. Sejak kecil saya tinggal bersama keluarga baru papa. Sampai saat saya berumur enambelas tahun, papa saya juga meninggal." Hana tersenyum lembut. " Kamu sama seperti saya. Kita sama-sama yatim piatu. Beruntung kamu masih memiliki ibu tiri yang mau merawat kamu. Rei, mama nggak mau dengar ya kamu nyakitin Zelykha. Dan sayang, sekarang kamu punya keluarga baru. Dan mama rasa, kita akan sangat cocok" Lily menatap Reiga yang juga menatapnya dengan pandangan yang sulit Lily artikan. " Saat kamu merasa Reiga menyakiti kamu, jangan ragu untuk tinggalin dia. Jangan sampai dia menunda langkah kamu. Mungkin saja ada orang lain yang bisa membahagiakan kamu di luar sana." Lily mengangguk pada Hana yang menatapnya dengan hangat dan begitu keibuan. " Apa kalian berencana menikah?" tanya Erkan yang kini membuat Reiga tersedak dengan minumannya dan membuat Lily refleks berdiri dan mengusap tengkuk Reiga. Tentu hal tersebut tak luput dari pandangan semua orang. " Kamu oke?" tanya Lily nampak cemas dan dibalas senyuman oleh Reiga. " Cie...Perhatian banget. Biasanya mama yang elusin" ejek Riana yang langsung mendapat tatapan sinis dari Reiga. " Kamu belum jawab pertanyaan papa kamu Rei" ucap Erya menggoda. Reiga berdehem dan menatap sekilas pada Lily yang menatapnya dengan pandangan yang ingin menertawakan kegugupannya. " Kami mau jalanin dulu pa. Lagian dia akan kerja di kantor aku dulu." ucapan Reiga barusan membuat Lily menatapnya tak percaya. " Serius?" tanya Lily yang mendapat anggukan dari Reiga hingga sontak membuatnya berdiri memeluk Reiga di tempat duduknya. " Ma..Maaf" ujar Lily dengan wajah merona. " Zelykha akan bekerja sebagai apa?" tanya Hana. " Lily seorang desainer interior ma. Untuk hotel yang baru, aku akan ngasih dia kamar junior dan presiden suite. Kamu bisa kan?" tanya Reiga beralih pada Lily " Bisa. Aku bisa. Jadi kapan aku bisa mulai bekerja?" tanya Lily antusias. " Terserah kamu saja. Sayang. " lanjut Reiga dengan sedikit kikuk. " Besok. Aku akan datang besok. Makasih ya" ucap Lily memamerkan senyum manisnya dan menyentuh tangan Reiga dengan lembut. " Ekhemmm" Erkan berdehem karena melihat Lily dan Reiga hanya saling bertukar senyum dan memandang dengan lembut. " Kami tahu kalian lagi sedang jatuh cinta. Tapi orang jatuh cinta pun, butuh makan. Ayo, habisin makanan kalian." goda Erkan. " Kalian tinggal serumah?" tanya Erkan lagi. " Papa..." sela Riana. " Papa kok nanya gitu sih? Kan nggak sopan" lanjutnya. " Nggak, papa nanya karena pengen mereka tahu kalau mereka tinggal serumah, mungkin tahun depan papa akan sudah punya cucu" jelas Erkan yang membuat Reiga menutup kedua telinganya. " Papa ada-ada aja" lirihnya. " Kak, kalau kak Rei rada - rada kaku gimana, maklumin aja ya. Dia emang gitu. Kaku. Nggak bisa bercanda. Semuanya di bawa serius. Sedikit ngebosenin sih. Tapi sebenernya dia baik banget. Gentle lagi. Perhatian. Saking perhatiannya, dia selalu ngomong kalau pacar kak Za---" ucapan Riana seketika terhenti saat Hana menyikut lengangannya dan membuat suasana menjadi hening. " Iya. Rei emang sangat perhatian." ucap Lily. " Kalau sama kakak, dia gimana?" tanya Riana antusias. " Dia perhatian. Dia sering buatin saya makanan, anter jemput, dan sebelum tidur akan telepon lamaaa banget. Iya kan sayang?" tanya Lily yang membuat Reiga menatapnya intens dan membulatkan matanya. " Mama senang akhirnya Rei bisa jadi apa yang selama ini mama bayangkan. Papa kamu dulu, sangat baik sama mama. Awalnya juga gitu sih. Tapi lama kelamaan papa bisa nunjukin sisi lainnya ke mama. Dan itu bikin mama makin sayang. Makanya Rei, sering - sering nunjukin kebaikan kamu sama pacar kamu, biar dia betah dan makin mencintai kamu. Bener kan Zelykha?" " Lily. Kalian boleh manggil saya Lily. " " Nama kamu sama dengan anak tante." ucap Erina. " Oh ya? Yang mana?" " Nggak ada. Dia nggak disini. Dia lagi sekolah di luar negeri" " Papa udah mutusin. Kalian akan tinggal bersama." Sontak semua pandangan beralih pada Erkan. " Pa...." " Nggak ada tapi Rei. Kalian akan tidur dikamar terpisah. Besok papa akan suruh orang untuk siapin kamar Lily di apartement kamu"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN