Aku berdandan seadanya, tidak ingin terlalu menor seperti orang-orang yang mirip dengan ondel-ondel. Aku lebih menyukai tampilanku yang natural, karena itu akan menunjukkan diriku yang sebenarnya, bukan sekedar topeng belaka.
Tak lama aku mendengar suara Bayu yang begitu cempreng, meneriaku dari luar rumahku. Sepertinya Bayu bisa membaca fikiran orang lain, atau mungkin memiliki indra ke enam yang bisa mengetahui apa yang sedang di bicarakan orang lain yang jaraknya jauh darinya. Betapa tidak, aku dan mamaku membahas tentang ini pagi tadi, tentang tumpangan gratisku ke reuni. Belum juga aku mengatakannya, orang yang di bicarakan sudah nonggol duluan.
Aku menghampiri Bayu yang sudah duduk di ruang tamu, nasib baik mamaku menyuruhnya masuk sebelum aku menemuinya.
"Lama amat sih Mut" Ucap Bayu.
"Terserah aku dong, kok kamu yang repot. Lagian siapa suruh kamu ke sini? Bukannya aku sudah bilang gak mau pergi sama kamu?" Ucapku, tapi Bayu hanya terkekeh mendengar pertanyaanku. "Bukannya di jawab malah nyengir, dasar aneh kamu Bay. Tapi gak apa-apa, karena kamu udah di sini, yasudah ayo kita berangkat bersama" Lanjutku. Mama yang mendengar ucapanku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putri cantiknya yang ngeselin ini.
Aku dan Bayu pergi ke acara reunian dengan teman SMA kami dulu, menghabiskan waktu bersama hingga jam sembilan malam. Tidak ada yang spesial menurutku, kebanyakan teman-temanku memamerkan pangkat dan juga kekasih mereka yang cantik dan tampan. Seketika bayangan perjodohan melintas di kepalaku, membuatku merutuki nasibku yang harus terhimpit zaman Siti Nurbaya.
Bayu mengajakku untuk pulang terlebih dahulu, entah memahami keadaanku atau tidak, aku tidak tau pasti. Yah, sepertinya tidak karena Bayu tidak tau masalah perjodohanku.
Bayu melajukan motornya meninggalkan ABUBA steak, sementara aku duduk manis di boncengan bak seorang penumpang. Tiba-tiba aku tersadar kalau jalan yang di lalui oleh Bayu bukan jalan menuju rumah kami, seketika pikiranku melayang-layang.
"Kita mau kemana Bay? Ini bukan jalan ke arah rumah kita kan?" tanyaku memastikan.
"Kita belum punya rumah Mut" jawab Bayu sambil terkekeh.
"Jangan bercanda deh Bay, aku gak suka" jawabku kesal bercampur panik.
"Udah sih Mut, selow aja di boncengan." jawab Bayu.
Tak lama kami tiba di tempat tujuan, jantung serasa ingin copot selama di perjalanan karena ulah Bayu yang membuatku panik.
"Gak salah kan Mut aku ngajak kamu ke sini? Gak lama kok, bentar aja. Besok kamu udah balik ke Bogor, gak ada lagi waktu seperti ini" Ucapnya yang membuatku tersenyum.
Kami masuk ke kedai BAPER Bekasi, tempat yang sering di kunjungi oleh pasangan-pasangan, namun masih banyak juga orang yang datang ke sini bersama teman-teman mereka.
"Aku tau bagaimana perasaan kamu saat di reunian tadi" Bsyu memulai percakapan setelah kami memilih tempat duduk. Aku tak percaya kalau lagi-lagi Bayu seolah bisa mengerti apa yang aku katakan dalam hatiku.
'Benarkah dia bisa membaca fikiran orang dan mengetahui isi hati orang' batinku.
'Ah sial, kenapa aku membatin, bisa-bisa dia tau' batinku lagi.
'Astaga, kenapa aku mengumpat, bisa-bisa Bayu mencekikku' lagi-lagi aku membatin.
"Gak usah sok tau deh, sok ngomongin perasaan. Memangnya aku ngerasain apa? Sedih karena belum punya karier? Sedih karena masih jomblo? Hello, aku gak mikirin itu sama sekali, dan aku tidak peduli akan hal itu. Kalau masalah jabatan atau karier, aku yakin Tuhan sudah menyediakannya untukku." Ucapku.
"Kalau masalah jodoh?" tanya Bayu yang membuatku berfikir sejenak.
'Sungguh dia bisa tau apa yang sedang aku bicarakan dalam hatiku' batinku.
'Astaga aku membatin lagi, pasti dia tau lagi apa yang aku katakan. Tapi yasudalah, apa boleh buat kalau dia bisa mendengar batin seseorang' batinku lagi.
"Yah aku juga tidak peduli, mereka mau punya kekasih tampan atau jelek" jawabku.
"Bukan itu maksudku" ucap Bayu yang membuatku lagi-lagi tak mampu berkata-kata.
"Lalu?" tanyaku penuh hati-hati.
"Aku tau kau tidak merasakan seperti yang mereka rasakan. Tak masalah pasangan tampan atau jelek asal itu adalah pilihan kita." lagi-lagi aku mengernyitkan kening mendengarkan ucapan Bayu, seolah-olah dia tau semua tentang aku.
"Maksudmu?" tanyaku, seolah tidak tau apa-apa.
"Tidak perlu kau tutup-tutupi lagi Mut, aku tau kalau kau itu di jodohkan oleh papamu. Dan paling parahnya, kau membangkang kepada papamu" ucapnya membuatku kaget.
"Hei, aku bukan membangkang. Aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan, dan mengikuti apa yang ada dalam hatiku. Lagipula kau tau darimana kalau aku di jodohkan? Kau seperti paranormal yang sok tau dengan segala tebakanmu itu" jawabku kesal, namun sebenarnya aku hanya menutupi keterkejutanku.
"Papamu yang mengatakan kalau kau itu pembangkang, aku hanya mengulang kalimatnya saja" aku membulatkan mata tak percaya.
"Papaku?" tanyaku memastikan.
"Iya" jawab Bayu lalu menceritakannya kepadaku.
***
Di perjalanan ingin pulang ke rumah, saat akan melewati terminal bus, Bayu melihat papaku sedang duduk di temani segelas kopi hitam. Memberanikan diri untuk menghampiri papaku dan menanyakan tentang diriku.
"Om, kapan Mutia pulang om?" Tanya Bayu.
"Dia di rumah, baru pulang pagi tadi. Memangnya kenapa Bay?" Tanya papa.
"Tidak om, ada yang mau Bay bilangin sama Mutia. Saya hubungi ponselnya tapi tidak aktif" jawab Bayu.
"Oh begitu, yasudah kamu temui Mutia ke rumah saja" ucap papa lalau meneguk kopi di depannya.
"Oh iya om, besok saja Bayu ke sama. Sudah malam, mungkin Mutia sudah tidur. Yasudah kalau begitu, Bayu pulang dulu ya om" ucap Bayu.
"Eh tunggu Bay, om mau tanya sesuatu" jawab papa. "Kau tidak menyukai Mutia kan? Kau tidak sedang menjalin hubungan dengannya kan?" Tanya papa penuh menyelidik.
"Maksudnya apa ya om?" tanya Bayu selah tak mengerti perkataan papa.
"Om yakin kau tau maksud om. Jadi begini, om sudah menjodohkan Mutia dengan pariban (sepupu) nya. Tapi dia menolak dan menjadi pembangkang, om tidak ingin berdebat dengannya karena selalu menolak perjodohan ini. Dan om lebih tidak ingin kalau dia menolak perjodohan ini karena kamu, karena menjalin hubungan sama kamu" jelas papa.
"Gak kok om, saya sama Mutia cuma teman aja." jawab Bayu.
"Baguslah kalau begitu" papa kembali meneguk kopinya.
"Yasudah Bayu pamit dulu ya om" ucap Bay yang di jawab dengan anggukan kepala oleh papa.
***
"Bagaimana bisa papa curiga sama kamu, sementara kita tiap hari ribut mulu kayak Tom and Jerry. Papa juga apa-apaan bilang kalau aku di jodohin, nyebelin banget sih" ucapku kesal.
"Yah aku gak tau, yang aku tau kamu di jodohin dan kamu menolak, udah itu aja" jawab Bayu.
Di tengah perbincangan kami, tiba-tiba ponselku berdering. Panggilan masuk dari mama, aku melihat jam masih menunjukkan pukul 21.32 wib. Bahkan belum waktunya untuk pulang karena sebelumnya aku bilang sama mama kalau acara reunian selesai jam 22.00 wib.
Maria: Pulang ya nak, papa nyariin kamu. Sepertinya papa marah, cepat pulang ya.
Mutiara: Iya ma.
"Bay, pulang yuk, papa nyariin aku nih. Sepertinya akan ada perang dunia ke-III di rumah" ucapku yang membuat Bayu terkekeh.
"Yaudah ayo, aku takut tanduk papamu keluar kalau kita tidak segera pulang" ucap Bayu yang langsung mendapat toyoran dariku.
'Semoga tidak ada perdebatan lagi malam ini' batinku memohon kepada sang khalik.