Queeny Lee

2304 Kata
Ting Ting Ting “hhh.. kenapa dia mengganggu sekali” Pesan dari Will terus saja muncul di notifikasi handphoneku. Aku berada di hotel The Ritz-Carlton saat ini, baru selesai semua urusan kontrak dan lainnya. Rasanya kepalaku sangat penat sekali, setelah penjamuan makan malam dengan meneguk beberapa wine bersama Ashish Pal, direktur utama perusahaan Farmasi itu. Ia sangat setuju untuk bekerja sama dengan perusahaanku. “hallo..” Aku langsung saja melakukan panggilan. “Aaron.. gimana? Kamu dapatkan kontraknya bukan???” Suaranya terdengar sangat antusias dari handphoneku yang ku set mode loudspeaker, sementara aku merebahkan diriku di kasur hotel ini. “tentu, dan itu pasti akan jadi berita utama besok pagi di perusahaan, idemu soal speciality care benar-benar langsung di setujuinya, bahkan beberapa produk kita bisa langsung masuk kedalam agenda perencaan produk utama mereka” “benarkah?” “ehmm…” “ah, aku lupa memperingatkanmu satu hal… soal Queeny Lee” Aku langsung terperanjat saat mendengar namanya. “apa?? dia kenapa?” “Bro.. menyerahlah.. dia tak berniat mencari pasangan kencan apalagi untuk menikah, bacalah data yang kuberikan padamu..” “bacakan untukku..” Pintaku seenaknya, “aku ini bukan sekertarismu Aaron Scoth..” “bacakan William Kim..” “hhh dasar menyusahkan saja, baiklah.. data pribadinya saja yang akan kubacakan okey? Selebihnya kau baca sendiri riwayat hidupnya” “hhmmmm.. cepat bacakan Will” “Queeny Lee, 23 tahun. Anak dari Lee Mina yang berkebangsaan Korea selatan. Bekerja sebagai Pelatih kebugaran di Kick Gym, atlet aktif selama 3 tahun. Tinggal di sebuah komplek apartemen milik Jack Lee” “tunggu.. apa katamu, Jack Lee? Apa hubungan Mereka? Lee.. marga mereka sama, Will jangan katakan padaku mereka-“ “bukan, itu hanya kebetulan saja. jadi Jack Lee adalah orang yang sama berasal dari Korea, yang juga membatu Queeny saat pertama kali menginjakan kaki di negara ini bersama ibunya” Jelasnya padaku, aku bersyukur ada perasaan lega saat mengertahui itu, aku jadi tak harus berurusan dengan keluarga yang menjalankan bisnis gelap seperti mafia. “mereka memang dekat, tapi kupikir itu hanya seperti hubungan kakak beradik saja” Tambah Will, dan aku setuju dengan itu. kulihat foto hasil pemantauan yang dilakukannya, kulihat Queeny dan Jack memang dekat seperti kakak-beradik. Queeny yang sedang di gendong di punggung Jack Lee wajah keduanya tampak sangat bahagia. bahkan pria bertato yang shirtLess itu tengah merangkul Queeny sambil melakukan pose V, tak tampak garang dan jauh dari wajah-wajah seorang bos pemilik bisnis gelap. “tunggu.. tapi jika Jack Lee memiliki hubungan yang hangat dengan Queeny Lee, kenapa dia membiarkannya naik ke ring dan selalu berakhir mendapat luka sampai terbaring di rumah sakit” “entahlah.. kupikir ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. dan foto yang kuberikan padamu itu adalah foto satu tahun lalu, karena orang bayaranku tak bisa menjangkau Queeny Lee ataupun Jack Lee saat ini, penjagaan mereka terlalu ketat bahkan mata-mataku harus kehilangan kameranya karena ketahuan” “apa? jadi foto liburan mereka ini satu tahun lalu?” “benar, dan jika inginkan informasi terkini kau harus sendiri yang mendekatinya. Dan bukankah kamu juga pernah bertemu dengannya, jadi dekati dia sendiri okey” “hhh….” Jadi pada akhirnya aku harus tetap mencari tentangnya sendiri. “cepatlah pulang, Jennie seolah berkuasa di perusahaan tanpa dirimu, bahkan ia menyelenggarakan pesta atas kerja sama gilanya dengan wali kota Jhonas” “besok pagi aku pulang.. jadi biarkan saja menikmati kesenangan sesaatnya itu..” “yah.. see you tomorrow.. Aaron..menyebalkan.. ” “ehmm.. see you Will…. yang lebih menyebalkan…” Balasku, kudengar dia terkehkeh di siana sebelum kemudian di tutupnya. Mataku kini masih memandangi foto wanita cantic yang tengah tersenyum dengan sangat lebar, matanya sampai melengkung seperti bulan sabit. “dia ini apa? aku meragukan dia ini manusia.. bagaimana bisa dia sampai sekuat itu membantingku di hari pertama bertemu…. Dan bagaimana tubuh wanita cantik yang harusnya di perlakukan bak putri malah harus menahan banyaknya pukulan di ring yang sangat brutal itu…” Aku tak bisa berhenti memikirkannya. Sungguh, untuk pertama kalinya aku merasa sangat terobsesi mencari tahu kehidupan seorang wanita, selain selama ini hanya Jennie dan Jennie saja, selalu dia. itupun karena dia selalu berulah jika tak kuperhatikan dan kucari tahu segala tentangnya. “Queeny Lee…” …. Aku sudah kembali dan kini sedang berada di tengah-tengah pesta perusahaan yang entah tak jelas untuk merayakan apa. Banyak karangan bunga dengan ucapan selamat atas kerja sama yang baru terjalin. ‘cih.. tak akan kubiarkan kerja sama atau apapun itu sampai terjadi’ Kataku dalam hati, dan saat itu pula kuemukan manusia yang ingin mencari keuntungan saja dari perusahaanku ini. “oh.. Mr. Jhonas” Sapa ku pada pria tua beruban yang berperut buncit di balik jas hitam yang di kenakannya bersama dasi kupu-kupu merahnya. Benar-benar bukan pemandangan yang indah. “ku pikir anda masih berada di Kanada Mr. Scoth?” “aku segera pulang karena ada orang yang berani berbuat keributan di perusahaanku malam ini” Kataku sambil menyunggingkan bibirku, menatapnya tajam dan tak lupa kutuangkan wine kedalam gelasnya. Gerakan matanya kini gelisah, bahkan gelas yang di pegangnya jadi sedikit goyah karena tangannya yang jadi gemetaran. ia cukup sadar bahwa dirinyalah orang yang kumaksudkan tengah membuat keributan di perusahaanku ini. “bukan keributan kakakku tersayang, ini adalah pesta” Jennie muncul dengan mengenakan long dress red satin dengan double slit yang menampilkan kedua kaki jenjangnya sampai paha atasnya dan di tambah V neck yang sangat rendah. Alhasil penampilannya itu membuat semua pria yang beridiri di sampingku menurunkan pandangannya pada dadanya yang sungguh sangat terekspos. “benarkah?” Kataku sambil ikut menatap dadanya yang benar-benar berada sangat dekat bahkan dirapatkannya kini pada tubuhku. “tentu, kakakku yang tampan ini harus bersenang-senang di pesta malam ini.. kita harus menyambut kerja sama hebat antara perusahaan dengan Wali kota Jhonas nanti” Jawabnya sambil bergelayut manja padaku, kubiarkan saja dirinya itu meski dalam hati aku memaki hhh…menjijikan sekali dia itu. Aku sudah tahu apa jadinya setelah penandatangan MOU itu bersama si wali kota korup itu. ia hanya akan terus menguras uang perusahaan yang tak sedikitnya membutuhkan $ 7 - 9 juta US dolar untuk maju sebagai wali kota kembali. Tak tahan dengan sikapnya, akhirnya kulepaskan tangannya yang mengait di lenganku. Lalu kubuka jas yang kukenakan malam ini dan kusampaikan pada pundak Jennie, sedikit terkejut dirinya saat kututupi tubuhnya dengan jas ku itu. “akan sayang sekali jika pesta mewah yang telah Adikku siapkan ini, harus dikacaukannya karena pakaian kurang bahanmu yang terlihat sangat murahan…” Bisikku padanya sambil menampilkan smirk-ku. Jennie menatapku tajam mendengarku berkata demikian. Namun tak kupedulikan, ia akan marah atau mengamuk sekalipun di pestanya ini. Aku justru malah merasa senang karena berhasil membuatnya kesal dengan kata-kataku baru saja. “kenapa wajahmu begitu Adikku yang cantic..hhmm? nikmatilah pestanya aku harus meninggalkan pesta lebih dulu” kataku sambil berjalan melenggang menjauh dari manusia-manusia licik itu, menuju bagian pintu masuk pesta dan berencana keluar gedung ini melewatinya. “Aaron!” Will memanggilku dan kini tengah berjalan menghampiriku. “oh.. Will, bagaimana kita benar-benar akan masuk kedalam Devil Ring?” “tentu, khususnya dirimu.. aku sudah menyusun rencanya. Stiff, kenalanku ternyata sudah lama bermain disana. Dia akan membantumu untuk ikut bertaruh disana. dan kabarnya si wali kota itu pun akan melakukan pertaruhannya besok malam, jadi usahakan untuk memenangkannya dan bertaruhlah agar ia mundur dan membatalkan kontraknya” “bagaimana jika aku yang kalah?” “ssstttthhh… kau harus kehilangan beberapa ratus dolar saja. tenanglah” Will bicara seenaknya sekali. Aku kembali melangkahan kakiku. “Aaron! Aaron kau mau kemana???” Will sedikit berteriak padaku bertanya begitu. “menemuinya.. ” Balasku sambil terus melanjutkan langkahku. Telah jauh meninggalkan Will yang masih diam di tempatnya semula tadi. Aku harus tahu keadaannya, sudah tiga hari lebih aku tak tahu bagaimana kabarnya. ‘kuharap dia baik-baik saja’ Sebenarnya hanya butuh 15 menit saja untuk bisa sampai di rumah sakit tempat Queeny di rawat, tapi kenapa rasanya lebih lama dari itu, mungkin karena aku tak sabar untuk menemuinya. Aku sudah memasuki area rumah sakit saat ini, dan berjalan menuju kamar Queeny Lee. Namun saat tepat aku sampai di depan kamar yang tiga hari kudatangi itu, kini kulihat kamarnya kosong dan seperti sudah di bersihkan. Kubuka pintu kamar tempat semula Queeny di rawat. “suster.. pasien tiga hari yang lalu.. yang di rawat disini-“ “ahh.. Ququ, dia sudah pulang” Jawab suster yang kebetulan melintas didepan pintu kamar inap ini. “apa Ququ? Aku mencari Queeny Lee yang semula di rawat disini” “oh.. iya maksudku, Queeny.. kebiasaan perawat disini memanggilnya Ququ. Dia pulang sore tadi, tapi tenang saja tak lama lagi dia sudah pasti kembali lagi dengan luka lagi yang lainnya” Aku tak suka mendengar kata-kata suster itu, bagaimana dia meramalkan Queeny mendapat luka kembali. “tenang saja tuan, jika anda ingin menemuinya mungkin kembalilah beberapa hari lagi, dia pasti sudah terbaring disini lagi. lagi pula rumah sakit ini sudah seperti hotel baginya, mungkin karena ia atlet tarung bebas, terlebih juga illegal jadilah dia-“ “bisakah aku tahu dimana dia sekarang ini?” Tanyaku pada suster itu sambil mendekat padanya. sesungguhnya aku tak tahan dan mulai kesal padanya, maksudku bagaimana bisa dia berbicara seperti itu soal Queeny. sampai harus kuhentikan ocehannya soal Queeny yang di panggilnya Ququ itu. dan bertanya langsung dimana keberadaan Queeny saat ini yang mungkin saja dia juga tahu. “itu.. mungkin…” … … Suster itu akhirnya mengatakan bahwa saat ini mungkin Queeny Lee sedang berada di sebuah kedai ramyun pedas yang ada di persimpangan jalan kota. Dokter sampai suster di rumah sakit itu memang sepertinya cukup dekat dengan Queeny sampai memberinya nama panggilan Ququ. “Ququ… Ququuu… hah.. lucu sekali nama panggilannya… Ququ?” Aku jadi terus saja mengucapkan nama panggilan itu, yang sangat lucu kedengarannya di telingaku. Menurut cerita suster tadi, Queeny selalu pergi memakan ramyun pedas saat dia keluar dari rumah sakit. itu di ketahuinya saat Queeny mendapat luka yang membuat organ pencernaannya yang terkena luka dan kemudian saat tak lama ia keluar dari rumah sakit, Queeny malah langsung memakan ramyun pedas yang seharusnya tak di makannya. Dan itu berhasil membuat luka di organ pencernaannya itu terkena infeksi kembali. Berkali-kali dokter dan perawat mengatakan padanya untuk jangan memakan ramyun pedas yang biasanya di makannya bersama sosis, corn dog, onigiri, (nasi kepal yang di bungkus rumput laut) dan meminum sparkling water atau soda. Namun ia malah dengan santai menjawab, bahwa itu semua adalah makanan yang selalu bisa membuatnya bahagia, sampai – sampai ia jadi bisa melupakan semua rasa sakit di tubuhnya. Queeny Lee tak bisa berkompromi jika sudah menyangkut soal makanan, sekalipun itu di larang oleh dokter, ia tetap membandel dan memakan apa yang ingin di makannya. Ceritanya suster itu panjang padaku yang dengan senang hati ku dengarkan tadi. Aku jadi menambah satu informasiku tentang Queeny, dan aku senang sekali karenanya. Kuperhatikan kedai yang di maksud oleh perawat tadi itu dari dalam mobilku. Rupanya itu adalah kedai makanan korea selatan. Ia pasti sangat merindukan makanan dari tempatnya berasal, pikirku. Dan akhirnya aku turun dari dalam mobil dan memasuki kedai itu, untuk memastikan keberadaannya. Benar saja ucapan suster itu tadi, Queeny ada di sana. duduk di meja pojok restoran, sedang menyeruput mie dengan kuah yang berwarna merah itu, uapnya dari semangkuk makanan itu masih mengepul tapi kulihat ia mamakannya dengan lahap seperti tak peduli dengan mie yang masih panas itu. “Suurrrlllppppppp…” Suaranya membuatku sangat penasaran dengan makanan yang sedang di santapnya itu. “aku pesan menu yang sama dengan wanita itu” Kataku pada pelayan yang datang mengahmpiri mejaku yang tak jauh dari mejanya. “baik, di tunggu sebentar” Sambil menunggu, dari kursi tempatku duduk bisa dengan jelas kuperhatikan Queeny yang masih tetap cantic meski tampak sudah merasakan sensasi pedas dari menu yang di pesannya itu. pipinya yang jadi memerah, juga keringat yang mulai keluar dari dahi dan lehernya. Bahkan tangannya sudah mulai mengipas-ngipas bibirnya. “aahh… pedasss!!!” Ucapnya cukup keras. Aku tersenyum melihat tinggahnya yang entah bagaimana bisa sangat begitu menggemaskan di mataku . “ini… silahkan” Menu yang kupesan sama dengan yang Queeny makan sudah tiba di hadapnku kini. Ku sendoki kuahnya. “uhuukk..uhuk..” ‘astaga kenapa pedas begini’ Tanyaku dalam hati, aku sudah batuk-batuk karena rasa pedasnya, sementara Queeny kulihat saat ini malah tengah meneyeruput habis kuahnya dan mienya sudah ludes dari manggkuknya itu. “waaah… bagaiamana dia malakukan itu” “dia sangat kuat bukan? aku saja aneh di biasanya menghabiskan 3-5 mangkuk mie itu dengan tubuhnya yang sangat bagus dan atletis itu” Sahut salah satu pelanggan kedai di sampingku yang sepertinya telah lama memperhatikan Queeny, membuatku terperanga mendengar apa yang baru saja di katakannya itu. “benarkah?” “aku sudah melihatnya sedari dia masih memakai seragam sekolah” Balasnya. Tak lama kemudian ia sudah pergi meninggalkan kedai ini, dan aku tentu langsung mengikutinya. Ia kemudian memasuki sebuah minimarket dan mengambil dua buah ice cream. Langsung membukanya sebelum ia membayarnya di meja kasir. Ia kemudian duduk di depan minimarket itu sambil menikmati ice creamnya. Masih kuperhatikan dirinya, bibirnya yang tadi merah karena makanan pedas kini kembali merekah karena ice cream dingin dan manis yang tengah di emutnya itu. ‘kenapa semua tentangnya terlihat sangat cantic di mataku, padahal dia hanya mengenakan jeans kaus putih juga sepatu Puma putih, dengan rambut yang di ikat saja… sudah sangat cantic sekali’ Larut aku terpesona karena kecantikannya, tiba-tiba saja aku bertemu mata saat tengah memperhatikannya dari jarak yang tak begitu jauh. Ia jadi memicingkan matanya dan memperhatikanku dari tempatnya duduk itu. Aku langsung kikuk dan kakiku entah harus kemana ku langkahkan jadinya. sampai aku memutuskan untuk berjalan saja memasuki minimarket itu dan mengambil ice cream yang sama dengan yang tadi sedang di makan Queeny Lee. ‘aah.. bodoh sekali Aaron!! Kenapa harus sampai ke tangkap basah siii…’ Kutukku dalam hati, cepat-cepat kubayar itu dan keluar kemudian. “hhh… kemana perginya dia?” Gumamku saat kulihat Queeny yang tadi duduk di kursi tempatku berdiri kini sudah menghilang entah kemana. “padahal hanya kutinggalkan sebentar saja..” Ku sapukan pandanganku ke sepanjang area jalanan ini. tapi tak kutemukan dirinya. sampai aku mulai berjalan menyusuri jalanan kota ke arah kanan, karena firasatku mengatakan mungkin saja ia pergi ke arah sana. Dan tiba-tiba satu tangan menarikku dengan kuat, aku di buatnya masuk diantara lorong dua gedung pertokoan jalanan kota ini. tubuhku di pojokannya kedinding dengan mengunakan tubuhnya yang berada sangat rapat di depanku. Tangannya satu menahan tubuhku, seolah ingin mengurungku dan satunya lagi di gunakannya untuk menarik dasiku, sampai membuatku sedikit membungkuk dan menatap wajahnya dengan jarak yang sangat dekat. " siapa yang menyuruhmu mengikutiku?” …. …
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN