Malam minggu .... bagaimana sih rasanya di apelin pacar? gimana sih rasa deg-degan dan harus tampil maksimal ketika pacar datang? sumpah aku gak tahu rasa semua itu.
Terkadang, Juan datang ke rumah, kami hanya sekedar mengobrol, banyak yang kami bahas, bahkan terkadang gosip murahan di kantor pun bisa kami bahas, entah mengapa Juan senang sekali datang ke rumah, katanya rumahku sejuk dan asri, masih terlihat tradisional, sederhana dengan halaman yang lumayan luas jika di buat kontrakan biasalah dapat lima petak rumah, masih banyak pohon, dan tak berpagar, seperti layaknya rumah- rumah gendongan. Hadeeh bos, ..... apa yang mau di pager coba? biar rumah begini juga kaga ada banda yang berharga, semua perabotan peninggalan warisan nenek, Rambutan sama mangga mau di maling? kaga perlu di maling bosku, Aku dan Ayah membebaskan warga buat ambil buah di halaman rumah kami, dari pada mubazir busuk atau di makan codot, mending di makan sama warga asalkan jangan di jual.
Terkadang, Ayah ikut nimbrung bersama kami, tentu saja dengan minuman favorit ayah kopi hitam, kami bertiga tertawa bahkan adu argumen bersama, seru sih, jadi .... week end ga sesepi dulu lagi.
Beberapa kali Juan, mengajakku pergi ke luar rumah, selalu aku tolak, aku paling males malam minggu ke luar rumah, pasti sepanjang jalan pemandangannya sama, muda-mudi saling bergandengan tangan, dunia serasa milik mereka sendiri, bahkan tidak jarang di taman dan di makam mereka mengumbar syahwat, Hadeeh ..... ga deh ya bos ku, mending kita anteng aja di halaman ngopi toh sama saja di cafe kita minum kopi juga. lebih enak malah di rumah, bisa rebahan, sambil memandang langit yang bertabur bintang.
Juan buatku sebuah misteri, namun aku tidak bahkan enggan mencari fakta tentangnya, biarlah dia menjadi bos sekaligus teman dalam hidupku,mengisi ruang hampa dan kosong di relung hati ini, aku bahkan tidak berani mengusik atau bertanya tentang pribadinya, bahkan hampir setiap malam minggu dia ke rumah dengan segala teng-tengan di tangannya saja, aku tak berani menyimpulkan jika dia menyukaiku, atau sekedar bertanya padanya apakah pacarnya akan cemburu denganku? atau memang dia punya kekasih yang super duper sabar, hingga dia bebas melanglang ke mana saja yang dia mau.
Mungkin benar aku egois, atau ketakutan jika pertanyaanku tentang hidupnya membuat Juan segan bahkan tidak akan menginjakkan kakinya kembali di rumahku, dan menjadikan aku sendiri lagi.
Di kantor memang sudah beredar desas- desus kedekatan kami, bahkan ada mulut yang lebih jahat lagi, aku di jadikan simpanan bos Juan, astagfirullah segitu buruknyakah citraku di mata teman-teman? ah biarlah tak perlu aku tanggapai, percuma jika aku menjelaskannya juga, mereka ga akan berhenti bicara semaunya sendiri, biarlah, toh nanti semua akan berlalu dengan sendirinya.
Parahnya Juan, selalu mengantarku pulang, biasanya dia berhenti di halte tempatku menunggu angkot, tapi kali ini dia dengan sangat jelas menunggu ku di depan kantor, ya Allah .... apa sih yang mau Juan tunjukkan padaku? atau pada yang lain? oh bos ganteng, jangan membuatku tambah tak punya muka di kantor ini, aku belum siap jika harus berhenti dari pekerjaanku dan mencari ladang pekerjaan lain.
"masuklah " perintahnya seperti biasa.
sepanjang jalan hanya ada kebiasaan di antara kami, aku bener-bener tidak habis fikir dengannya. sudah di gosokan jadi simpenannya saja aku nahan sabar, ini dia sudah seperti supir pribadiku, menunggu ku di lobi kantor, bukan hanya akan ada gosip aku simpenannya, mungkin akan ada gosip aku melet dia. apa Juan gak punya hati ya?
Aku memang nyaman dekat dengan Juan, hanya wanita blind saja yang tidak mau dekat dengan pria blaster segagah Juanito firdaus.
" Why? ada apa? banyak kerjaan? cape? atau apa? kemanakah burung beo ke sayanganku ?" Juan mulai bertanya.
" Pak... Bos.... Juan ...." kataku terbata-bata,
" Hei .... w******p honey ?"
" Hmmm bisakah kita bicara? "
" Hei .... sejak kapan kita gak bicara ?"
"maksudku .... " Aku terus saja memberi jawaban ngambang.
Diam .... bisu ..... kami kembali bisu, Juan masih membelah jalanan dengan sedan sportynya. dan berhenti entah ini di mana namanya, tempat apa ini?
Juan membukakan pintu untukku, di hadapanku sebuah Rumah besar, apakah ini Rumah Juan? apakah aku bermimpi di bawa ke rumahnya, oh tidak aku harus pulang, Ayah pasti was-was jika aku belum sampai rumah. Aku kembali masuk ke dalam mobil
" Turunlah .... atau aku gendong? "
" Antar aku pulang, Ayah pasti menunggu ku "
" Turun dulu, nanti aku antar pulang "
"sekarang ... atau aku akan naik ojek " aku mulai merajuk, Aku lupa jika berhadapan dengan Juan aku pasti kalah.
" Oke ... baiklah honey, jika itu maumu " jawabnya, tanpa di sangka dia membopong tubuhku memasuki rumah besar itu, jelas saja aku berontak, seenaknya sendiri saja dia, otakku sedang ada di rumah bukan sedang bersamanya.
" Jangan marah, aku sudah telfon Ayah, aku bilang akan membawamu ke rumahku dan mengenalkan dirimu ke keluargaku "
Rumah besar, keluarga besar, banyak anggota keluarga Juan, Juan tidak canggung menggendongku di hadapan mereka, aku jadi malu sendiri.
" mau turun atau mau aku ajak langsung kekamar"
" Turunkan Aku .... gak waras ya ? look jadi tontonan keluarga kamu " bisikku di telinganya,,, aku sampai bisa mendengar dia menelan air liurnya, entah mengapa dia seperti itu.
" papaaah....." suara gadis kecil menghampiri kami.
ku tatap wajah Juan papah? apakah ini anak Juan? berarti Juan sudah ber istri? atau kah.....astagfirullah .... aku benar-benar bodoh sudah menjadi perusak hubungan orang lain, akan aku jelaskan pada istrinya bahwa antara aku dan Juan tidak pernah ada hubungan apa-apa.
Juan menggendong putri rajanya dan menggandengku, tangannya menggenggamku dengan erat, seperti kami mau nyebrang jalan saja, gengaman tangan Juan mengisyaratkan agar aku dengan apa yang akan aku hadapi saat ini, Putri Raja yang cantik.masih bergelayut mesra di gendongan sang Raja.
" Tenanglah, tidak usah berkeringat seperti ini, mereka gak akan makan kamu kok, mereka keluargaku yang kepo sama kamu" Bisiknya di telingaku,
Pertemuan keluarga .... Aku paling asing sendiri, Orang tua Juan masih lengkap, mereka terlihat sangat harmonis, tidak seperti aku hanya berdua saja dengan Ayah, Juan anak pertama dari Tiga bersaudara, tapi kedua adiknya sudah memiliki keluarga masing - masing bahkan anak mereka yang masih kecil-kecil memenuhi ruangan keluarga. keluarga yang hangat.
Makan malam keluarga, sepertinya semua keluarga memang tinggal di Rumah besar ini. kami duduk di ruang keluarga, anak -anak asyik menonton Tv. fikiranku masih melayang di rumah, apakah Ayah sudah makan? padahal aku janji hari ini akan belikan Ayah nasi goreng seafood.
ayah tolong maafkan anakmu yang tak menepati janji.
" Hmmm .... pintar kau Ka, cantik. .... manis ... tapi sayang tidak boleh terlalu lama di biarkan, nanti di ambil orang " kelakar Andri adik Juan.
" Saya...saya ... hanya teman saja, kami tidak punya hubungan lebih, ya kan pak? " jawabku sambil memandang Juan.
"Apa? Pak ? Juan ?" Mamah juan bertanya yang tentu saja aku tak tahu maksud dari pertanyaan itu.
" Aku kan sudah cerita, Rindu adalah stafku "
" sudahlah .... ka Rindu .... tidak perlu resmi di sini, kita keluarga kak ... " ROMI adik bungsu Juan mulai bicara, aku tidak mengira jika wakil direktur pak Romi adalah adik Juan.
Aku benar - benar masih meraba tentang keadan ini, aku di perkenalkan sebagai apa di sini? jujur aku canggung dan gak nyaman. Juan masih saja menggenggam jemariku, jika tidak aku akan pamit pulang.
" Nanti akan aku ceritakan " katanya
"papah .... Aku ngantuk .... "
" baiklah, kita tidur sekarang, bolehkah teman papah ikut ?"
"yes .... Aku punya Mamah, Opa ...Oma look aku punya Mamah "
Juan menggendong Putri rajanya, jemari besarnya ,masih menggenggam tanganku, terpaksa aku mengikuti kemanapun dia pergi.
kami berdua saling pandang di atas tempat tidur tuan putri, Putri Raja ingin kami berdua tidur di sampingnya.cukup lama menidurkan gadis kecil ini, aku bercerita dongeng yang akuntahu ketika aku kecil, dan mengajarinya membaca doa, sepertinya papahnya tidak pernah mengajarinya berdoa sebelum tidur. sehingga aku harus mengulang Ulang perkataanku, tidak apa lah .... toh masih kecil masih banyak waktu untuknya belajar.
" Bisa kau ambilkan baju tidurnya? " pintaku pada Juan.
baru beberpa jam aku bersama putri raja, aku sudah nyaman, anak yang manis dan fleksibel, tidak menunjukkan kejudesannya.
Orang tua Juan masuk ke dalam kamar ketika aku sedang menggantikan baju putri raja, aku sudah merasa lebih baik dari pada awal datang tadi ...
" Hmmm .... Juan mandilah sudah malam nak " pinta Ibunya
Aku tahu maksudnya pasti dia akan menginterogasiku.
" oke .... Aku tinggal ya honey " jawab juan, mata kami saling berpandangan, aku berharap juan tak meninggalkanku.
" sudah berapa lama kalian bersama? apakah Juan sudah melakukan hal buruk padamu ?" Papah Juan sepertinya tipe orang yang to the point.
hal buruk? maksudnya apa? hal buruk apa? mencelakaiku?