Pertemuan pertama.
"Maaf," ucap pria muda setelah dia tidak sengaja menabrak Jessica, hingga membuat semua barang bawaan Jessica jatuh berserakan.
"Tidak apa," jawab Jesica sambil berjongkok untuk memunguti barang-barang nya yang berjatuhan.
"Sekali lagi maafkan, aku." sesal si pemuda yang ikut berjongkok untuk membantu Jesica.
"Sudah! Terimakasih," ucap Jesica pada si pemuda, setelah semua barang-barang yang jatuh selesai di punguti.
"Sekali lagi aku minta ma'af, karena aku sedang buru-buru, jadi aku sampai tidak melihatmu," ucap si pemuda yang memiliki paras yang begitu tampan, dengan mata bulat dan juga bibir tipisnya. Mungkin pemuda itu lima atau sepuluh tahun lebih muda dari Jesica. Jika dilihat dari wajahnya.
"Memangnya kau mau pergi ke mana?" tanya Jesica yang jadi penasaran dengan tujuan pemuda itu.
"Oh, aku? Hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Tapi aku terlambat bangun," ucap si pemuda sambil menggaruk tengkuknya, pemuda itu juga tersenyum manis hingga membuat gigi kelincinya terlihat jelas dan membuat parasnya yang tampan jadi semakin tampan, dan manis secara bersamaan.
"Kalau aku boleh tahu dimana kampus mu?" tanya Jessica yang sadari tadi fokus menatap bibir si pemuda. Karena bibir dan senyamannya begitu indah hingga Jessica sulit untuk memalingkan pandangannya.
"Aku kuliah di Golden universiti," jawab si pemuda.
"Kau mahasiswa baru di sana?" tanya Jessica kaget. Karena tadinya Jessica pikir pemuda itu sudah ada di semester empat atau lima. Tapi ternyata dia baru masuk kuliah yang artinya dia benar-benar masih sangat muda. Jauh lebih muda dari Jessica yang sudah berumur tigapuluh enam tahun.
"Iya. Jalur beasiswa," jawab si pemuda sungkan, sambil kembali tersenyum manis pada Jessica. Tapi gelagat pemuda itu aneh, karena dia selalu melihat sekeliling seperti sedang di kejar, atau dia sedang bersembunyi dari orang lain.
"Wah! Kau pasti pandai?" puji Jesica pada pemuda itu, tanpa memperdulikan gelagat anehnya. Karena pemuda itu begitu murah senyum dan juga sopan. Hingga membuat Jesica nyaman saat bicara dengannya.
"Tidak juga! Aku hanya beruntung," jawab si pemuda rendah hati.
"Tapi sepertinya aku akan langsung di keluarkan, karena aku terlambat," ucap si pemuda sedih.
Jesica langsung melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan pagi.
"Hampir," saut Jesica.
"Kalau begitu, aku harus segera pergi. Sekali lagi maafkan aku, ya!" ucap si pemuda sambil berlari pergi meninggalkan Jesica yang baru saja hendak menawarkan tumpangan untuk pemuda itu. Tapi si pemuda malah pergi begitu saja sebelum Jesica bicara padanya.
"Dasar aneh!" ucap Jesica sambil menggelengkan kepalanya setelah pemuda itu hilang dari pandangannya.
Di lain tempat.
Seorang pria sedang berdiri di depan sebuah proyektor yang sedang menampilkan grafik saham perusahaannya yang setiap bulan terus saja menurun. Padahal semua cara sudah dia lakukan untuk membuat saham perusahaannya naik. Tapi bukannya naik, yang ada setiap bulan perusahaannya harus mengalami kerugian yang lumayan besar. Karena penjualan produknya yang sepi.
"Aku sudah memberikan gaji besar, dan juga tunjangan lainnya pada kalian. Tapi kenapa kalian tidak becus mengurus perusahaan ini? Hingga setiap bulan, perusahaan ku selalu rugi besar!" marah si pengusaha yang bernama Antonio.
Antonio adalah suami dari Jessica. Suami pilihan orang tua Jesica, laki-laki yang sama sekali bukan tipe Jessica. Karena laki-laki yang Jessica mau adalah laki-laki yang selalu punya waktu untuk wanitanya, laki-laki yang selalu bisa di ajak bicara dan bercerita, bukan suami dingin yang setiap hari hanya sibuk bekerja dan bekerja. Hingga tidak pernah ada waktu untuk istrinya.
"Ini benar-benar di luar kendali kami, karena kami juga sudah berusaha sekuat tenaga kami, agar produk kita bisa laris di pasaran. Tapi ternyata promosi kita yang kurang, hingga orang-orang kurang familiar dengan produk kita," jawab salah satu manager pemasaran pada Antonio.
"Promosi? Bukannya selama ini kita juga melakukan promosi? Kenapa kau mengatakan kalau promosi kita masih kurang?" tanya Antonio tidak terima dengan alasan salah satu managernya.
Si manager langsung ijin untuk berdiri. Karena dia mau menjelaskan apa alasannya mengatakan, jika promosi produk mereka yang kurang.
"Maaf sebelumnya, tapi saya bicara seperti tadi, bukan karena lancang, atau merendahkan bagian promosi di perusahaan kita. Tapi saya bicara hanya sesuai dengan fakta. Karena sasaran produk kita adalah kalangan muda, tapi kita menggunakan model yang sudah tua dan sudah tidak terkenal lagi sebagai brand ambassador produk kita. Jadi promosi yang kita lakukan sangat amat kurang tepat menurut saya," ucap si manager pada Antonio.
"Jadi makaudmu, kita harus mencari brand ambassador lain untuk produk kita?"
"Ya. Kalau bisa kita harus pakai artis atau model yang sekarang sedang di kagumi oleh kalangan muda," jawab manager mengiyakan.
"Samudera. Kalau Bapak mau, kita bisa pakai dia sebagai brand ambassador produk kita," sambar manager yang lain.
"Samudera? Siapa itu?" tanya Antonio.
Di tempat lain.
Samudera baru saja sampai di kampusnya, tapi Samudera harus rela di hukum berlari memutari lapangan yang ada di sana. Karena Samudera datang terlambat di hari pertamanya masuk kuliah. Hingga membuat kakak tingkat nya marah.
"Satu putaran lagi! Kau harus berlari satu putaran lagi! Jangan kau pikir, karena kau seorang artis terkenal, kau bisa seenaknya datang ke kampus ini sesuka hatimu," teriak Kakak tingkat Samudera yang mengawasi Samudera yang sedang menjalankan hukumnya.
Samudera yang di hukum sama sekali tidak bicara, dia hanya fokus berlari mengitari lapangan. Samudera bahkan tidak perduli dengan suara teriakan semua wanita yang ada di sana. Karena terpesona dengan ketampanannya. Hingga membuat kakak tingkat Samudera muak mendengar semua mahasiswi meneriakkan nama Samudera.
"Kau benar-benar perusak pasaran pria-pria di kampus ini, Samudera! Karena setelah ada kau, para mahasisi di sini pasti akan mengejarmu, bukan kami lagi." ucap kakak tingkat Samudera yang benar-benar sudah sangat kesal dan muak dengan suara teriakan para mahasiswi yang ada di kampusnya saat melihat Samudera yang sedang di hukum. Tapi sedikitpun fokus Samudera tidak teralihkan hingga mata Samudera menangkap sosok wanita yang tadi sempat dia temui di jalan, wanita cantik yang membuat Samudera yang terlambat bangun semakin kesiangan. Karena harus menolongnya lebih dulu.
Sambil berlari memutari lapangan, mata Samudera terus fokus pada wanita cantik itu, wanita yang memiliki tubuh mungil yang benar-benar terlihat menggemaskan di mata Samudera. Sedangkan wanita yang sedang fokus dengan handphonenya sama sekali tidak menyadari jika ada sepasang mata yang terus menatapnya.
"Jessica!" panggil seseorang dari sebrang jalan menyebut nama Jessica, sambil melambaikan tangannya pada wanita cantik yang tadi tidak sengaja Samudera tabrak.
"Jessica. Nama yang cantik, secantik orangnya," ucap Samudera dengan jantung yang berdegup kencang saat melihat wanita cantik itu.
Jessica yang sedari sibuk dengan handphonenya, baru menyadari jika banyak mahasiswi yang berkerumun melihat ke arah lapangan. Setelah dia menaruh handphonenya ke dalam tasnya.
"Ada apa? Apa yang sedang mereka lihat?" tanya Jessica.
"Kau tidak tahu, jika ada artis yang kuliah di sini?" tanya teman Jessica pada Jessica.
"Artis... Artis yang mana?" tanya Jessica pada sang teman.
"Samudera," ucap sang teman sambil menujuk kearah lapangan.
"Dia artis?" tanya Jessica setelah melihat wajah Samudera.
"Hei! Jangan bilang jika kau tidak kenal dia?" tanya teman Jessica tidak terima. Karena Jessica tidak kenal siapa itu Samudera.
"Hai!" sapa Samudera pada Samudera, sebelum Jessica menjawab apakah dia kenal atau tidak dengan Samudera.
"Hai!" saut Jessica yang membuat temannya hampir jatuh pingsan. Karena Samudera menyapa Jessica begitu juga dengan Jessica yang balik menyapa Samudera.