7. Trauma

1164 Kata
Yang terjadi beberapa hari lalu sebelum hari pernikahan.. Di tengah persiapan pernikahan July dan Argus berjalan. Kabar pernikahaan mereka meski menjadi rahasia dari berbagai pihak namun Minerva bisa mengetahui dengan segera karena obsesinya yang masih belum bisa merelakan Argus kembali pada July. Argus memang telah menceraikannya namun proses perceraian itu masih berjalan dipengadilan belum dijatuhi keputusan hukum secara resmi. Minerva menolak permintaan cerai Argus di hadapan pengadilan, karena itu di mata hukum Minerva masih sah sebagai istri Argus. Betapa berangnya Minerva ketika mendapat laporan dari orang suruhannya yang selalu mengintai aktivitas Argus bahwa pria yang masih menjadi suami sahnya itu akan menikahi mantan kekasihnya semasa kuliah bernama July Foster. Minerva bertekad bagaimana pun caranya ia harus bisa menggagalkan pernikahan itu terjadi. Dan kesempatan bagai restu jawaban dari dewi keberuntungan itu muncul berpihak pada Minerva. Segera ia datang menemui Argus dengan bersemangat dan percaya diri akan menang melawan July Foster. Ya, karena alasan ini Minerva percaya Argus akan kembali padanya, memilih dirinya dan meninggalkan July. Bukan yang pertama tapi untuk yang kedua kalinya, Minerva merasa berada di atas angin. “Kau gila! Untuk apa aku kembali padamu dan meninggalkan July! Hari pernikahan kami hanya tinggal hitungan minggu.” Hardik Argus pada Minerva pada pertemuan rahasia mereka berdua. “Dalam kandunganku ini jelas adalah anak kau Argus. Bukan siapa pun!” “I-Itu...” Pertemuan terakhir mereka sebelum ini, Argus memang dalam keadaan mabuk berat. Dengan suasana hati buruk setelah July hampir berucap kata ingin mengakhiri hubungan mereka dan akan serius dalam kencan buta yang diatur oleh tantenya. Saat itu Minerva memanfaatkan sisi lemah Argus dan menghiburnya, lalu mereka berakhir dengan menghabiskan malam bersama. “Hari itu karena pengaruh arkohol, kau tahu kejadian malam itu bukan karena aku menginginkannya!” Argus mengelak apa yang terjadi malam itu ketika mereka menghabiskan waktu bersama. Minerva langsung menggunakan jurus air mata, playing victim. “Argus... Hik! Kau sungguh tega, jahat sekali padaku! A-Aku... Aku bahkan senang luar bisa akhirnya mendapat anak darimu setelah penantian panjang selama usia pernikahan kita. Hik!” Argus memijat kepalanya yang terasa penat. Helaan panjang terdengar jelas, mengisyaratkan bahwa trik yang Minerva gunakan tidak berhasil. Argus sangat hafal bagaimana piciknya permainan kata Minerva dan sifat egois, keras kepala selama kehidupan pernikahaan mereka. “Jangan jadikan itu sebagai alasan! Aku tetap tidak akan kembali padamu. Kita sudah berpisah Minerva, kau ingat itu!” “Tapi secara hukum kita masih pasangan menikah Argus. Apa kau pikir pengadilan akan mengabulkan pemintaan perceraianmu begitu tahu fakta apa yang terjadi padaku saat ini? Dengan keadaan aku sedang mengandung anakmu?” Sudah dikatakan, posisi Minerva berada di atas angin. “Itu tidak akan merubah apa pun Minerva! Aku akan mengajukan pada pengadilan tentang hak khusus, selalu ada banyak cara untuk menyelesaikan suatu persoalan.” Sebagai seorang pengacara, Argus bisa mencari jalan dan berbagai cara agar tetap berpisah dengan Minerva. Sementara permasalahan calon anak dalam kandungan itu, Argus bersedia mengambil hak asuh atau memberikan tunjangan untuk anak secara penuh pada Minerva. “Oh ya? Kalau begitu, bagaimana dengan ini! Aku akan datang langsung bertemu July Foster tercintamu itu dan menceritakan semuanya yang terjadi di antara kita, termasuk calon anakmu yang sedang kukandung sekarang!” Ancam Minerva pada titik kelemahan Argus terbesar. Meski menjalani pernikahaan selama bertahun-tahun, Minerva tahu Argus tidak mencintainya. Dan seseorang yang selalu ada mengisi di ruang hati Argus adalah mantan kekasih dan cinta sejatinya July. Karena itu pula salah satu alasan pernikahan mereka tidak bahagia dan berakhir di pengadilan. “BRAKK!!” Argus menghantam meja dengan kepalan tangan kosong. “Jangan kau berani menampakkan diri di hadapan July, wanita licik rendahan!” Argus geram menahan diri tidak main tangan menghadapi Minerva. Meski ia merasa muak dan jijik melihat Minerva, namun ia masih sepenuhnya waras tidak bertindak kasar pada wanita yang mengaku tengah hamil anaknya itu. “Ya benar, kau sangat mengenal bagaimana diriku. Licik dan terkadang sedikit gila, benar? Karena itu kau pasti tahu bahwa ucapanku ini bukan sekedar gertak kosong. Aku bisa melakukannya tanpa ragu.” Bila Minerva benar datang menemui July itu sama saja artinya hubungan Argus dan July berakhir. July tidak akan pernah bisa menerima atau pun mengerti. Bahkan July tidak akan sudi mendengarkan penjelasan Argus lagi. Argus merasa posisinya terdesak buntu, tentu saja ia tidak ingin melepas July untuk kedua kalinya. Setelah perjalanan panjang akhirnya mereka bisa kembali bersama dan kini merencanakan pernikahan. Di sisi lain Argus sama sekali tidak punya keinginan untuk kembali bersama Minerva, meski sekarang muncul persoalan tentang anak sejujurnya Argus tidak ambil peduli. Argus hanya meladeni Minerva saat ini karena ancamannya akan menemui July. Bagaimana pun Argus harus mencari cara keluar dari permasalahan ini dengan tetap aman tanpa sepengetahuan July. Untuk itu Argus harus bisa mengambil hati Minerva dan menenangkannya agar tidak berindak impulsif. “Jangan coba-coba membuat deal denganku Argus! Aku tidak akan menerima tawaran apa pun darimu. Yang kuinginkan adalah kau tinggalkan July, batalkan pernikahan kalian karena kau masih suamiku! Aku ingin hubungan kalian berakhir dan jangan saling bertemu lagi.” “Tunggu Minerva, bagaimana bisa kau memintaku untuk tidak bertemu lagi dengan July. July dan perusahaannya adalah klienku. Kau pikir masuk akal permintaanmu itu untuk tidak menemui July sementara kami adalah rekan kerja?” “Itu permasalahanmu! Kau harus alihkan pekerjaan itu pada orang lain, ‘kan bisa kau lakukan seperti itu!” “Kau pikir pekerjaan itu mudah dan main-main! Bisa-bisanya keluar ucapan remeh seperti itu dari mulut orang yang tidak pernah bekerja sepanjang hidupnya.” Keluarga Minerva memang konglomerat yang mana tanpa harus bekerja ia sudah memiliki dan akan mewarisi harta dengan jaminan tanpa kekurangan materi seumur hidupnya meski sepanjang hidup ia isi dengan berfoya-foya. Minerva terdiam, ia tahu ucapannya sudah menyenggol harga diri Argus.Ya selama pernikahan topik ini juga kerap kali muncul menjadi penyebab pertengkaran mereka. Karena itu Argus merasa lebih nyaman, cocok dan dihargai oleh July karena mereka sama-sama berjuang meniti karir dalam dunia kerja. Argus merasa lebih sepemahaman dan berada di dunia yang sama bila bersama July. “Kita akhiri saja pembicaraan ini. Aku tidak ingin lebih lama lagi bicara denganmu!” Argus bangkit dari duduknya, beranjak pergi. Namun saat itu Minerva tidak pantang jua, menginginkan Argus kembali walau harus sampai bertaruh nyawa sebagai cara terakhir. Dan ini adalah cara terakhir yang benar-benar licik Minerva lancarkan khususnya bagi Argus. “Aku akan bunuh diri bila kau tidak menerimaku kembali!” Pungkas Minerva pada punggung Argus yang membelakanginya beranjak pergi. Argus berhenti membatu, bergeming di tempatnya berdiri. Ia pasti masih bisa mendengar Minerva dengan jelas dan perkataan yang diucapkannya. Argus berbalik badan menatap Minerva dengan sorotan mata amat dingin. Tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana bisa Minerva mengucap kata itu sementara ia sangat tahu bahwa ancaman bunuh diri adalah trauma besar bagi Argus. Pilihan apa yang Minerva miliki setelah alasan kehamilannya tidak mempengaruhi Argus untuk meninggalkan July. Maka dengan nekat Minerva mengucapkan kata yang paling Argus benci dalam kamus hidupnya. Meski cara itu tidak menjamin Argus kembali padanya, malah mungkin Argus semakin membenci Minerva tapi setidaknya itu bisa membuat Argus mendengarkannya. ***upcoming
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN